mhib 3 : mercy

30.1K 954 2
                                    

"I'm saying, baby, please have mercy on me. Take it easy on my heart."
Mercy - Shawn Mendes

[Masih Flashback]

Dengan alasan pergi ke rumah teman, Euis dapat keluar dari rumah dengan lancar walaupun harus memberikan beberapa ucapan menenangkan pada Bunda dan Ayahnya. Wajar saja, memang. Ini sudah tengah malam, dan tidak seharusnya seorang gadis pergi di jam segitu. Euis memang terpaksa untuk menjemput Fares di kelab malam. Namun apa daya. Euis tidak tahu nomor telfon teman-teman Fares. Sempat terpikir untuk meminta bantuan Jo, namun Euis terlalu malu sekaligus takut mendapat penolakan.

Euis sampai di sana tepat saat gerimis turun, dan membuat Euis harus berlari kecil ke dalam kelab tersebut, terpaksa masuk dengan alasan menjemput teman. Euis sempat menanyakan tentang dimana ia bisa menemukan seorang bartender, dan salah satu satpam yang menjaga di sana mengantarnya ke dalam. Mungkin, karena dandanan Euis yang sangat rapi dan terlihat sopan, si satpam tersebut juga rela mengantarnya hingga kedalam.

Dandanan yang kontras membuat Euis menjadi pusat perhatian sepanjang jalan. Walaupun, ada beberapa pemabuk yang tidak peduli dan lebih memilih berjoget dan hanyut dalam permainan DJ. Di bar, Euis dapat melihat seorang pria yang merupakan bartender di kelab sana. Euis menghampiri meja bar tersebut, dan seketika mendapatkan perhatian dari orang-orang di sana akibat pakaiannya yang terlalu sopan untuk clubbing.

"Hai ..." sapanya pelan saat bartender tersebut menatapnya. "Aku yang tadi kamu telfon buat jemput teman. Yang kamu bilang kalau temenku bakal babak belur."

"Oh! Si Fares!" seru bartender itu, membuat Euis terkejut karena orang itu mengetahui nama Fares. Sebuah senyum miring kemudian tersungging di wajah pria itu. "Padahal, gue bercanda. Ternyata beneran di jemput. Elo yang namanya Vany?"

Euis mengerjapkan matanya dengan cepat. "Hah? Aku bukan-"

"Lo ke atas aja. Cowok lo ada di ruangan paling ujung."

"Tapi, aku bukan Vany. Aku Euis."

Bartender itu malah mendengus sinis. "Sono jemput. Kenapa masih di sini?"

Euis cemberut, dan langsung berbalik untuk menuju ke tangga. Setidaknya, Euis sudah memperjelas identitasnya. Jadi, bukan salahnya jika bartender itu salah alamat. Sampai di atas, Euis dapat menemukan 3 pintu yang menyambutnya. Sesuai intruksi bartender tadi, Euis langsung memasuki ruangan yang paling ujung. Dia mengetuk pintunya sejenak, lalu membukanya dengan cepat. Jangan salahkan Euis atau mengatakan dia tidak sopan. Euis hanya merasa harus pulang lebih awal karena waktu sudah sangat malam. Dan kebetulan, Euis sengaja tidak membawa ponselnya karena takut sang Bunda menyuruhnya cepat-cepat pulang. Di dalam, suasana remang karena lampu yang digunakan kamar tersebut. Namun, Euis masih dapat melihat Fares tertidur dengan telentang.

Euis tidak menutup pintu kamar tersebut, dan langsung melangkah menghampri Fares. Dia menendang kaki pria itu, juga memukuli tulang betis Fares. "BANGUN!" teriaknya.

Sekalian juga, kan, Euis menumpahkan kekesalannya pada Fares?

Fares seketika terduduk dari tidurnya, dan langsung mencekal tangan Euis. "Van, jangan pergi, Van ..., aku butuh kamu." ucapnya melantur.

My Husband Is a BossOnde histórias criam vida. Descubra agora