mhib 6 : you are the reason

23.5K 858 2
                                    

"I'd climb every mountain. And swim every ocean. Just to be with you. And fix what I've broken. Oh, all cause I need you to see. That you are the reason."
You Are The Reason — Calum Scott

Besoknya, Crystal mendapat kabar dari Debora jika Nathaniel mau bertemu dengannya. Pengusaha kaya yang katanya baik, ramah, dan sangat berwibawa itu mau bertemu Crystal saat Debora memberikan fotonya pada Nathaniel. Debora berkata, "Kamu dibilang mirip dengan pacarnya yang dulu."

Lalu, dengan semangat 45, Crystal berdandan secantik dan sedewasa mungkin. Ya memang, sih, dia ini sudah dewasa. Sangat dewasa, malah. Mana ada wanita umur 27 tahun yang masih belum menikah? Ada. Crystal orangnya.

Di bawah, dia bertemu dengan kedua orangtuanya. Memang, sih, mereka sempat bertengkar saat malam kemarin. Namun, tetap saja yang namanya keluarga pasti akan kembali normal dalam beberapa jam. Apalagi, masalahnya bukan masalah besar juga.

"Mau kemana, kamu?" Bunda bertanya saat Crystal sudah duduk di meja makan. "Kenapa rapi banget? Bukannya butik kamu libur hari ini?"

Ya, kalian tidak salah mendengar. Crystal memiliki butik sendiri yang dia kelola sejak umurnya 24 tahun. Dan sekarang, sudah memiliki hingga 3 cabang di negara New York. Yah, walaupun tidak terkenal-terkenal amat, setidaknya butik hasil kerja kerasnya sendiri sudah bisa dikatakan sukses. Makanya, Crystal tidak mencari pria yang muluk-muluk untuk dinikahi. Yang penting seorang pria tulen dan tidak menyimpang, Crystal bersedia mengenalkan mereka pada orangtuanya.

"Mau ketemu menantu kalian, Bun," jawab Crystal kemudian, mengarah pada pertanyaan yang bersarang di otak Ayah dan Bundanya.

"Fares?"

Mendengar nama itu di sebut, Crystal segera mendelik jengah. "Yang bener aja, Bun."

"Calon suamimu kan cuma Fares."

"Ayah!"

Ayah segera melipat koran yang berada di tangannya, lalu meletakannya dengan wajah masam. "Ya emang dia, kan, calon kamu satu-satunya?"

Crystal menghentakan kakinya yang berada di bawah meja. "Ayah seriusan mau jodohin Crystal sama cowok nggak tau malu itu?"

"Dia sudah berubah, Sayang."

"Nggak. Menurut Crystal belum."

"Karna kamu nggak tau apa yang dia lakukan selama ini. Makanya, kamu menilai dia sebelah mata."

Crystal kembali mendelik. "Oh ya? Yang satu sekolah sama Fares itu, Crystal. Yang ngabisin waktu sama dia dulu, itu Crystal. Masih yakin sama penilaian Ayah?"

"Ya," jawab sang Ayah mantap dengan mata yang menatap puterinya dengan serius. "Selama sepuluh tahun, Ayah selalu mendengar kabar dia."

Alis Crystal terangkat sebelah. "Ngapain? Kurang kerjaan banget."

"Bukan Ayah yang pengen," Ayahnya menjeda ucapan, membuat Crystal duduk dengan raut penasaran di wajahnya. "Tapi dia mendatangi Ayah, dan membawa bukti-bukti keseriusannya pada kamu."

Jawaban sang Ayah membuat Crystal tidak dapat menemukan kata-kata balasan lainnya.

Fares? Pria pembuat onar yang tempramentalnya sangat mudah untuk dipancing itu membuktikan keseriusannya pada Crystal? Untuk apa? Bukannya perempuan yang Fares—katanya—cintai, hanya satu orang? Ah, apa karena Fares tidak punya wanita yang mau dengannya lagi, maka dari itu dia memperjuangkan Crystal?

"Bunda juga setuju Fares menjadi suami kamu, Crys," ucap Bundanya lembut sambil menggenggam tangan Crystal yang tidak menggenggam alat makan. "Dulu, Bunda juga berpikir jika lelaki seperti Fares tidak akan pernah bisa sukses. Makanya, saat Fares mencari keberadaan kamu dulu, Bunda memberikan syarat agar dia sukses dulu, baru Bunda akan beritahu keberadaan kamu. Dengan sedikit harapan, jika dia tidak akan pernah bisa menemukan keberadaan kamu."

"Dan Ayah membuat perjanjian," ungkap Ayahnya kemudian. "Ayah menjanjikan kamu untuk menjadi miliknya jika dia mau menunggu, dan berusaha lebih keras untuk memperjuangkan kamu."

Kali ini, Crystal melotot pada Ayahnya. "Ayah! Maksud Ayah—"

"Ayah bermaksud membuat jalannya makin buntu," potong sang Ayah dengan tegas. "Ayah awalnya ingin melindungi kamu dari dia, dan membiarkan dia mengalihkan perasaannya dari kamu. Tapi tidak," Ayah lalu menggelengkan kepalanya pelan. "Fares tetap menjadikan kamu tujuannya. Dan mau tidak mau, Ayah menjadi luluh dengan kesungguhannya selama 10 tahun ini."

"Kamu mau, kan, mencoba dengan Fares?" tanya Bunda kemudian.

Crystal diam. Tidak mengiyakan, maupun mencari balasan untuk menolak. Ia kembali berpikir keras tentang Fares yang memperjuangkannya hingga 10 tahun. Bukan 10 bulan. Bukan 10 minggu. Bukan 10 hari. Apalagi 10 jam.

10 tahun.

Waktu yang bahkan tidak bisa Crystal percayai jika Fares menunggunya, dan bahkan memperjuangkannya hingga selama itu. Apa itu karena rasa tanggung jawab Fares begitu besar, atau memang ada alasan lain?

Crystal ingin tahu alasan Fares yang sebenarnya.

Instagram: nrshf.mara.s
Blogger: nurshifasf.blogspot.com
Yt channel: sf ling

My Husband Is a BossWhere stories live. Discover now