mhib 7 : river

23K 906 5
                                    

"I don't want admit to something. If all it's gonna cause is pain. Truth and my lies right now all falling like the rain. So let the river run."
River — Eminem ft Ed Sheeran


Pertemuan Crystal dengan Nathaniel berjalan lancar. Lelaki dengan kepribadian yang romantis dan penuh perasaan itu dapat membuat Crystal nyaman dalam waktu beberapa jam. Apalagi, mereka berbincang dengan bahasa kelahiran mereka. Nathaniel juga humoris, dan bahkan seperti lelaki tanpa beban biasanya. Atau mungkin, ucapan Debora hanya omong kosong belaka? Atau, Nathaniel sudah terpesona duluan oleh Crystal?

Yahh memang sih kecantikan Crystal tidak bisa di tolak. Wajahnya yang sangat Asia dan berbeda dari warga New York, membuat Crystal menjadi sorotan dimanapun dia berada. Dan tidak jarang, selalu ada bule yang tak dikenalinya, mengajak Crystal berkenalan dan meminta nomor ataupun saling berteman di sosial media.

Saat ini, rasa penyesalan sedikit menyusupi relung hati Crystal. Jika saja dia tidak menolak diantar Nathaniel karena Crystal sendiri membawa mobil, Crystal tidak mungkin dihadapkan dengan seorang pria yang tengah menatapnya datar tanpa emosi. Terdiam, Crystal menatapi Fares yang membuat Crystal terpikirkan kata-kata orangtuanya. Kali ini, Crystal tidak menghindar ataupun berteriak marah saat Fares mendekatinya.

"Hai." sapa Fares saat sudah sampai di depan Crystal.

"Hai." balas Crystal sekenanya. Dengan wajahnya yang menatap sama datarnya pada Fares.

Fares tersenyum tipis, membuat Crystal tanpa sadar ikut tersenyum tipis. "Tadi siapa?" tanya Fares.

Refleks, Crystal menahan napasnya saat mendengar pertanyaan tak terduga dari Fares. Ada perasan tidak enak saat Crystal mencoba tersenyum sambil menjawab. "Calon suami."

Salah. Crystal seolah tahu jika apa yang membuat Fares mengerutkan alis dengan tidak suka itu karena jawaban dari Crystal yang seolah sengaja ingin melihat reaksi Fares. "Kamu calon istri aku." jawab Fares kemudian.

Kali ini, Crystal menelan ludah dengan susah payah. Jantungnya berdegup cepat saat tatapan tajam Fares menatap lurus manik mata Crystal. Takut. Mau berapa banyak pun Crystal mendengar tentang kebaikan Fares dari orangtuanya, perasaan takut Crystal masih ada. Dia takut, sekaligus sakit hati.

Masa lalu memang harus dilewati. Namun, tetap saja luka yang dibuat masa lalu akan sangat susah untuk di hapus.

"Gue kan udah nolak." akhirnya, jawaban itu yang keluar dari mulut Crystal. Tidak peduli seberapa pun Crystal mencoba menerima, Fares tetap menjadi ketakutannya yang belum bisa Crystal lawan.

Namun, Crystal ternyata salah saat menebak jika Fares akan meledak mendengar ucapannya. Fares di depannya hanya memejamkan mata dengan erat, lalu menghela napas panjang. Terlihat sabar, dan membuat Crystal sedikit merasa bersalah. Saat mata Fares terbuka, kali ini terlihat kosong dan letih. Dan tanpa Crystal dapat perhitungkan, tangan Fares melingkar di bahu Crystal, dan sebelah tangannya lagi melingkar di pinggang Crystal. Antara terkejut dan bingung, Crystal terdiam.

Terdiam dalam pelukan Fares.

"Aku harus buat pengakuan, Crys," bisik Fares kemudian, tepat di samping telinga Crystal. "10 tahun nggak ketemu kamu, ini yang sebenernya pengen aku lakuin ke kamu. Meluk kamu kayak dulu. Mendekap kamu kayak dulu. Kalau bisa sih, cium kamu kayak dulu."

Crystal lalu mendengar kekehan getir dari Fares.

"Aku tau kamu nggak bisa menerima aku kembali dengan gampangnya," Fares kembali membuka suara. Lirih, dan terdengar tersiksa. "Aku pikir, saat tau keberadaan kamu, aku bakal bisa hidup bebas lagi tanpa rasa bersalah. Tapi, semakin aku berada dekat kamu, rasa tanggungjawab aku makin besar."

Rasa tanggungjawab. Oke, akan Crystal catat baik-baik.

"Aku mau kita bersama, Crys. Aku pengen rasa bersalahku hilang."

Entah Fares memang sengaja atau tidak, yang pasti, ucapan Fares sukses membuat Crystal merasa marah. Sangat marah. Spontan, Crystal mendorong tubuh Fares dengan kasar dan menatap mata Fares dengan nyalang. "Kalau gitu, gue juga mau buat pengakuan!"

Sedikit kaget, Fares kemudian menganggukkan kepalanya dengan senyum tipis.

Ada perasaan ragu saat Crystal mencoba mengatakannya. Namun, dengan kedua tangan yang mengepal kuat, mata Crystal kini tetap memelototi wajah tampan Fares. "Lo mungkin salah paham dengan perlakuan gue dulu. Lo mungkin berpikir kalau gue jatuh cinta sama lo dan nggak bisa move on dari lo. Tapi nggak," jeda, Crystal menggelengkan kepalanya pelan. "Semuanya sandiwara, Fares. Gue ngelakuin itu buat Jo. Buat orang yang dulunya pacar gue. Gue nggak pernah ada rasa sama lo. Yang gue tau, lo dan temen-temen lo bertaruh dengan ngejadiin gue buat alat ngehancurin Jo. Gue denger itu, dan gue menerima perlakuan lo cuma buat melindungi orang yang gue sayang."

Rahang Fares kali ini mengeras, dan matanya menatap tajam pada Crystal.

Senyum miring kemudian terbentuk di wajah Crystal. "Marah, kan? Kesel, kan udah kena jebakan gue? Kalau gitu kita impas, Res. Lo nggak perlu bertanggungjawab apapun. Lo nggak perlu merasa bersalah. Karna semuanya akibat dari perbuatan gue sendiri. Salah gue juga mau-maunya terlibat sama lo, dan jemput lo ke bar sialan itu."

"Crystal!"

"GUE CUMA MAU LO SADAR!" Crystal berteriak kencang di depan wajah mengeras Fares. "Apapun yang lo rasain. Mau itu rasa bersalah atau rasa tanggungjawab, gue bukan orang yang tepat yang bisa nerima itu semua. Lo mau gue jadi milik lo dengan rasa bersalah? Kalo gitu, cari cewek lain! Karena gue nggak mau jadi cewek yang cuma sekedar buat penghilang rasa bersalah, setelah itu lo tinggalin gitu aja!"

Napas Crystal tercekat saat ia menyadari jika rasa hangat tengah jatuh melewati pipinya. Tangan Crystal terangkat dan menyentuh pipinya, merasakan kelembaban yang membuat Crystal buru-buru menunduk untuk menghapus sisa air matanya. Namun bukannya mengering, air mata itu terus mengalir dan menjadi deras. "Ish, sialan." makinya.

"Crys—"

"Gue balik," potong Crystal cepat dan berjalan melewati Fares dengan langkah panjang. Crystal tidak mempedulikan teriakan Fares yang menyerukan namanya, dan tetap berajalan cepat ke arah parkiran.

Dan Crystal bersyukur saat Fares tidak mengejarnya.

My Husband Is a BossWhere stories live. Discover now