SEPARUH KENYATAAN LAINNYA

5.1K 281 7
                                    

Aku datang ke rumah itu lagi. Rumah yang selama bertahun tahun tak pernah kunjungi lagi. Rumah yang mengajariku arti sebuah penghianatan. Yah rumah itu. Rumah mas Arya. Apakah aku siap? Tentu tidak. Rasanya seperti merobek luka yang sudah hampir mengering. Namun, ini satu satunya cara agar aku bisa menyingkirkan mereka dalam hidupku. Sudah cukup semua rasa sakit itu, mereka harus pergi dalam hidupku selamanya. Aku datang kerumah itu pagi sekali bahkan sebelum gio dan mas Anton bangun. Rumah itu begitu sepi, seakan tak ada kehidupan disana. Aku berdiri didepan pagar rumah itu. Mendadak ingatan itu begitu cepat menyergapku, kenangan tentang Anggia dan mas Arya yang dahulu begitu aku cintai. Belum aku memencet bel rumah, seorang wanita menepuk pundak ku
"Bu Dira..." Kata wanita paruh baya itu ramah. Dia adalah bu lestari, tetangga rumahku dulu. Dia membawa kantong belanjaan dan menyapaku dengan ramah dan mempersilahkan aku duduk di halaman rumahnya yang hanya berjarak 1 rumah dengan rumah mas Arya. Bu lestari menyuguhkan segelas teh hangat dan mengamatimu sejenak
"Senang bisa melihat Bu Dira lagi" katanya
"Iya bu, sudah lama kita tidak bertemu ya Bu" kataku sambil tak melepaskan pandanganku dengan rumah mas Arya
"Ibu mencari  Anggia ya? Mereka sudah pindah Bu sekitar 1 bulan yang lalu"
"Pindah?"
" Setahu saya sekitar 1 tahun rumah itu dikontrakkan dan mereka pindah ke daerah lain. Namun sekarang kosong lagi karena kata orang yang ngontrak disitu, harga kontraknya naik"
"Kira kira mereka kemana ya Bu?"
"Saya kurang tahu Bu, tapi coba ini telepon kontak yang tercantum di pagar rumah itu, sepertinya itu rumah pak Arya"
"Oohh begitu ya"
"Anggia pasti senang sekali bertemu Bu Dira, dulu saat saya mendengar ibu bercerai saya sangat kaget dan setiap malam saya selalu melihat Anggia berdiri didepan pagar sambil menangis seperti menunggu Bu Dira"
Aku tertegun mendengar perkataan Bu lestari, putriku selalu merindukanmu? Sedangkan aku selalu berusaha untuk melupakannya. Salahkah semua rasa kesalku?
Aku mengakhiri pembicaraan kami dan segera menelepon Arya. Seorang wanita mengangkatnya, suara yang tak asing. Anjani...........

Rasanya aku seperti pernah mengalami ini, duduk disebuah cafe dan menunggu wanita itu menpora porandakan hidupku. Tidak. Aku yang akan memporak porandakan hidupnya kali ini. Beberapa menit kemudian Anjani datang di caffe yang kami sepakati sebelumnya. Wajahnya nampak lebih tua dan lesu. Dia menatapku... Tatapan itu... Aku tahu betul. Ia kini duduk di depanku dengan begitu pertanyaan yang tergambar jelas d urat wajahnya
"Dira..."
"Pergilah dari hidupku.." kataku tanpa basa basi "buat Anggia menjauhi putraku. Aku akan berikan uang yang kau minta. Tolong jangan hancurkan hidupku sekali lagi"
"Sedendam itukah kau denganku"
"Aku tidak dendam, hanya jijik denganmu"
"Dira... Lepaskanlah amarahmu sebelum kau melukai orang lain lebih banyak lagi"
"Tahu apa kau tentang luka, Anjani!!"
"Aku tahu lebih banyak melebihi kau, Dira"
"Apakah karena kenyataan mas Arya tak pernah mencintaimu?" "Bagaimana jika yang dicintainya adalah kau, bukan aku"
"Hentikan omong kosong itu!!,"
Anjani tiba tiba beranjak dari kursinya berlutut dikakiku.. sandiwara apa yang sedang ia mainkan
"Biarkan anakku bahagia, Dira.. jangan hukum dia atas kesalahanku" kata Anjani sambil terus berlinang air mata. Aku menghempaskan Anjani hingga ia terjatuh. Aku beranjak dari kursinya dan berdiri tepat didepannya
"Hentikan sandiwaramu... Tinggalkan keluargaku!!!!"
Anjani kembali merangkak d kakiku dan memohon padaku
"Arya tak pernah mencintaiku Dira.... Hatinya hanya untukmu. Aku hanya menceritakan separuh kebenaran darimu dan menyembunyikan separuh lainnya"
"CUKUP!!!!!" bentakku, namun Anjani masih terus melanjutkan kisahnya
"Aku memaksa Arya menceraikannya... Anggia memang anakku dan Arya hanya menerima itu tapi tidak diriku. Jiwa mudaku saat itu memutuskan mengejar karirku sebagai pemain teater di luar negeri dan meninggalkan Arya, aku tidak pernah sakit Dira... Karirku hancur karena kehamilanku dan aku memilih kembali pada Arya, namun dia telah menikah. Aku marah... Aku memilih untuk merahasiakan Anggia namun aku selalu mengingat Arya.. dihidupku dan aku ingin merampas dia kembali. Aku datang kerumahnya namun kau justru keguguran karena ku. Arya memintaku pergi dan memastikan aku bisa dapat karirku dengan uangnya... Aku menerima itu dan menyerahkan Anggia... Keegoisanku kembali hadir. Aku dapat mimpiku tapi aku kehilangan cintaku... Sekali lagi aku menggunakan Anggia untuk merebut Arya..."
" Hentikan!!!! Aku tidak perduli lagi pada arya atau Anggia" aku melangkahkan kakiku dan meninggalkan Anjani, saat aku memegang gagang pintu Anjani mencegahku dengan kata katanya
" Anggia terkena leukimia.... Dan dia butuh tulang sumsum belakangku... Aku memberikannya dengan alat tukar perceraian kalian"
Hatiku begitu terkejut, kebohongan apalagi ini? Bagaimana bisa Anggia terkena leukimia dan aku tidak tahu? Kebenaran mana yang bisa aku percaya......... Apakah perkataan Anjani benar???

Bersambung

WANITA KEDUAWhere stories live. Discover now