sixteen

1.5K 251 146
                                    

Gua ingin makasih kepada readers yang udah vote komen, bahkan yg silent readers. Makasih ya. And let me say thank you once again buat yang komen panjang tentang cerita gue dan nyemangatin gue
Komen kalian bener2 ngasih efek yang zuperr dan menyentuh gua si gaboong.

Happy reading pervs!


V O M M E N T S


***
.
.
.
.
.

"Ai'Jun."

"Ya?"

"Apabila kau kehilangan sesuatu yang mahal lalu aku sangat mengkhawatirkan benda mahal itu ketimbang dirimu. Apakah kau marah?"

"Tidak marah, hanya saja, itu sangat menyebalkan. Nyawa adalah nomor satu, kau tahu itu!"

"Lalu jika kau berkata 'kau lebih mengkhawatirkan benda itu dari pada si empunya benda.' apakah artinya kau memintaku mengkhawatirkanmu?"

Byurrr!

Seluruh isi soda dari mulut Oaujun kini menyembur hingga mengenai Nammon yang sedang bermain game tepat di hadapannya.

"AI'JUN SIALAN KAU HEI!! BODOH SEKALI!!" Seru Nammon tak karuan seraya buru-buru bangkit menuju kamar mandi.

"Ma---maaf Ai'Nammon. Ha---hanya---"

Yang hanya di pikiran Oaujun kali ini adalah kalimat Singto, walaupun ia yakin Nammon sedang marah kesetanan karena ulahnya. Ia pun menoleh ke arah Singto lalu mendapatkan sosok balok es antartika itu sedang menatap balik ke arahnya dengan tatapan datar.

"Jadi apakah artinya kau memintaku mengkhawatirkanmu?"

"SHIAAAAA!!! SHIAA!! SHIAA!!" Oaujun yang benar-benar tak menyangka kini bangkit dari kursinya, mondar-mandir ke penjuru ruangan.

"Hei idiot, jawab aku." Oaujun pun berhenti dari kegiatan gilanya lalu duduk kembali. Tapi kali ini ia mengambil duduk lebih dekat dari sebelumnya sambil menatap Singto serius.

"Bisa juga! Tapi sepertinya iya." Jawab Oaujun antusias. Sedangkan Singto hanya menatap novelnya datar. "Kenapa tiba-tiba kau bertanya hal itu?"

"Tidak apa-apa." Singto bangkit dari kursinya seraya meninggalkan Oaujun. "Aku ingin pergi ke kamar mandi."

Percayalah, kini Oaujun menjadi manusia paling dungu di dunia ini. Memandang ke arah gelasnya bermenit-menit tak bereaksi sedikit pun. Sesungguhnya ingin sekali Oaujun bertanya secara gamblang seperti,

'Ya tuhan Singto, apa yang terjadi padamu?! Apakah kali ini cabai segar yang kau makan, bukan cabai kering?!'

'Apakah kau benar-benar Prachaya Ruangroj??!!'

Ingin sekali Oaujun meremukkan wajah tampannya hingga seluruh organ dalamnya keluar, akan tetapi semua niat itu ia urungkan. Karena, menurut Oaujun hal itu malah membuat seseorang yang ingin berubah menjadi enggan karena olokkan seperti itu dari orang sekitarnya.

"Sialan! Sialan! Si gila itu kenapa ya tuhan?!"

Nammon yang baru saja kembali dari kamar mandi tak bisa tak mengamuk atas tindakan Oaujun barusan. "Hei tikus gila! Kau benar-benar gila Oaujun! Sialan kau---"

The SOCIOPATHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang