Kepergian mungkin meninggalkan kesedihan yang begitu mendalam. Tangis, pilu dan penyesalan menghantui setiap perasaan orang yang ditinggalkan. Bagi setiap insan manusia yang dikasihi oleh banyak sesamanya, tak heran akan banyak tangis apabila ia pergi.
Entah mengapa, aku selalu membayangkan aku pergi. Pergi tanpa kembali, selamanya nan kekal. Singkat, namun mendalam. Singkat, namun abadi. Tak akan kembali.
Ingin aku berpisah dengan dunia yang fana ini, perasaan hampa dan tak berguna menjadi euforia dalam otakku yang tak kunjung henti berteriak minta pergi.
Tak perlu permisi ataupun berpamitan. Toh, apabila aku berpamitan takkan ada satupun makhluk yang menolak aku untuk mati.
Manusia yang bagai debu, tanpa kasih sayang. Hanya selalu merasa sepi dan dihina. Bagaimana caranya dapat bangkit untuk mengampuni masa lalunya? Itu cukup rumit dan mustahil.
Puluhan kisah motivasi orang lain telah aku dengarkan dengan baik. Telah aku perjuangkan dalam realita sehari-hari. Akan tetapi? Dunia ini terlalu keras, terlalu kejam. Tentu, TERLALU HINA untuk menampung manusia seperti diriku.
Tulisan ini mengandung makna putus asa dan hilang harapan. Memang, bagaikan tulisan sampah. Tetapi, aku tidak mampu membohongi hati dan perasaanku untuk dapat merangkai berbagai kalimat tersebut. Aku sudah lelah. Aku ingin mati.

YOU ARE READING
THE INTROVERTED DIARY (NON FIKSI)
Non-FictionMenjadi seseorang yang misterius terkadang memang menimbulkan sejuta tanya. Bagaimana perasaan, kehidupan dan pandangannya. Introvert yang tidak banyak bicara dan mengalami kesulitan dalam mengungkapkan isi hatinya dengan ucapan, melahirkannya menja...