37. Kita Damai

5.5K 258 9
                                    

Happy Reading!

^^^-^^^

Rafan berjalan cepat dengan dada sesak akan emosi, persetan dengan bunyi bedebam langkah kaki Ricco yang mengikutinya. Sengaja ia menulikan diri ketika Ricco memanggilnya berkali-kali. Ia butuh sendiri, butuh waktu untuk meredakan amarahnya yang bisa saja tumpah.

Ia muak dengan perilaku Gerald yang seakan-akan tak butuh teman dalam hidupnya. Gerald bersikap seolah-olah ia tak punya hak untuk tahu apapun. Karena cewek saja Gerald berani mengunci mulutnya rapat-rapat.

Ricco menarik tangan kiri Rafan kasar, "FAN! Lo apa-apaan sih? Lo marah ? Sama! Gue juga. Tapi reaksi lo berlebihan tau gak?!."

"Berlebihan?" Rafan tertawa sumbang, "TUTUP MULUT LO! LO GAK TAU APA-APA!" teriak Rafan kembali berjalan namun dicegat oleh Ricco.

Ricco membalikkan badan Rafan kencang, "Gue tau lo kecewa, tapi semua masalah pasti ada sebabnya, ada solusinya. Lo gak bisa langsung emosi ke Eral gitu aja.."

Rafan menatap lurus dengan pandangan nyalang, malas menyahuti ucapan Ricco.

Ricco duduk di kursi depan lorong. "Bukannya gue bela Eral, tapi atas dasar apa lo gak suka Eral sama Nara pacaran?"

Rafan menatap tajam Ricco, "Nara itu cewek nakal, onar, biang kerok, apa jadinya kalo ketua OSIS pacaran sama tukang onar kayak Nara?"

"Kalo gue juga gak setuju karena lo naksir Eca, gimana?" tanya Ricco seketika Rafan menatapnya dengan alis bertaut.

"Oke jujur, gue gak suka lo jatuh hati sama Eca karena.. lo tau sendiri Eca anaknya gimana. Famous emang, anak dance, cantik juga. Tapi? Eca deket cowok sana-sini.. gue sama Eral gak pernah larang lo suka sama Eca kan? Kita baru ngelurusin lo, waktu lo tau Eca cuma permainin perasaan lo. Itu hak lo buat suka sama siapa aja.." jelas Ricco.

Rafan duduk di sebelah kanan Ricco. "Gue cuma pingin nama Eral bersih, itu doang. Gue gak mau wibawa Eral jatuh," cicit Rafan.

Ricco memegang pundak kiri Rafan, "Fan.. buat jatuh hati itu gak ada alasan. Sama siapa pun boleh, tinggal kita nya aja bisa menyesuaikan diri apa enggak. Kalo Nara cewek gak bener terus Eral ikut gak bener, gitu salah siapa? Kita gak bisa nyalahin Nara, itu tergantung seberapa teguh iman Eral."

Ricco menatap Rafan yang masih terdiam tak mengeluarkan sahutan apa pun. "Ya itu terserah lo sih. Kalo gue pribadi, gue hargain keputusan Eral mau deket sama cewek mana pun. Lagian nih ya, kita sama Eral kan udah sahabatan 5 tahun, masa lo gak hafal Eral anaknya gimana.."

"Sahabat itu ibarat supporter, ngedukung.. ngasih semangat.. ngasih simpati kalau suatu ketika sahabat kita jatuh. Ngasih usulan kalo sahabat kita salah-.."

Rafan mendelikkan matanya,"Lo pikir barusan gue ngapain? Gue ngasih solusi-.."

Ricco menggeleng kuat, "Gak. Gak. Bukan ngasih solusi.. yang barusan lo lakuin, lo itu maksa. Maksa supaya Eral nurut sama lo buat gak pacaran sama Nara. Gue bener kan?"

Lagi-lagi pertanyaan Ricco membuat Rafan bungkam.

Ricco berdiri sembari berkacak pinggang, "Udah lah, balik kelas yuk! Gara-gara ngejar lo, gue jadi telat masuk pelajarannya Bu Ina, mana tuh guru killer-nya gak ketulungan."

Ricco menarik paksa tangan Rafan berdiri. "Ayo ah! Lo sih enak, pinter.. lah gue? Harus siapin mental buat berdiri depan kelas.." gerutunya.

^^^-^^^

Ruang Kelas X IPA 3

"Kita lanjutkan mengoreksinya ya. Kamu mbak, tulis di papan jawaban no 4," tunjuk Bu Ami kepada siswa yang duduk di bangku pojok paling depan.

Vinnara (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang