09

24.6K 2.7K 93
                                    

Jika bagi seorang perempuan belanja adalah kegiatan paling menyenangkan, lain halnya dengan Jennie. Menurutnya, belanja itu membuatnya lelah karena harus berkeliling dari satu rak ke rak yang lainnya.

Melelahkan, meski dia hanya berbelanja di sebuah mini market yang berada tak jauh dari apartemennya. Jennie harus mengisi kulkas di apartemennya yang mulai kosong dengan makanan.

Jennie memang suka makan, tapi dia paling malas untuk belanja membeli kebutuhan untuk mengisi kulkas di apartemennya.

"Haruskah aku membeli ramen saja?" Jennie bertanya pada dirinya sendiri. "Oh harus, ramen itu makanan paling enak dan tentu saja praktis."

Tangannya meraih beberapa ramen dengan pilihan rasa yang berbeda agar dia tidak bosan dan memasukannya dalam keranjang yang ia bawa. Selanjutnya ia pergi ke area minuman dan mengambil beberapa botol cola dan air putih.

"Mari membayar dan lekas pulang." ujar Jennie lalu berjalan menuju kasir dan akan keluar dari mini market.

"Sedang belanja bulanan, anak manis?"

Suara itu membuat Jennie menegang hingga menghentikan langkahnya. Sekujur tubuhnya membeku, enggan melangkah berlalu ataupun menoleh ke belakang.

Suara itu adalah milik seseorang yang paling ia benci di dunia ini.

"Tidak ingin menyapa Eomma-mu ini?"

Terdengar langkah dari arah belakangnya, hingga kini seseorang itu berdiri di depannya dengan senyum angkuh yang membuat Jennie muak.

Dia adalah Ibu Tirinya, tepatnya Ibu Namjoon. Karena sampai kapanpun, Jennie tidak akan pernah menganggap wanita itu Ibunya.

Jennie menguatkan diri dan berbalik, menatap wajah cantik itu. Sayangnya wajah cantik itu tidak mencerminkan sikapnya. "Seingatku, aku tidak pernah punya Eomma seperti dirimu."

Jawaban dari Jennie membuat wanita itu tertawa. "Wah, kau semakin mirip dengan Ibu-mu yang sialan itu."

Kalimat dari wanita itu membuat darah Jennie mendidih.

"Jangan pernah sebut Ibuku dengan mulut kotormu. Fokus saja pada hidupmu yang penuh kebusukan itu."

Setelah mengatakan hal itu, Jennie pergi berlalu meninggalkan wanita yang kini menatapnya dengan penuh benci.

"Lihat saja, kau akan berakhir seperti Ibumu."

🍁🍁🍁

Jennie memasuki apartamennya dengan terburu-buru, menutup pintu apartemennya dengan cepat dan meletakkan belajaannya begitu saja.

Tubuhnya merosot, dia terduduk lemas dengan bahu yang gemetar.

"Kenapa wanita itu disini?" gumamnya pelan. "Disini sudah tidak aman, wanita itu pasti sudah tahu jika aku tinggal disini."

Jennie langsung berdiri dan berjalan menuju lemari. Mengambil tas ransel besar dan memasukkan pakainnya. Namun, dia berhenti melakukan kegiatan itu dan mengacak rambutnya.

"Tidak, tidak, tidak. Jangan jadi pengecut yang suka melarikan diri dari masalah, kali ini kau harus menghadapinya. Jennie kau kuat, kuatkan dirimu." Jennie berkata pada dirinya sendiri dan menepuk-nepuk dadanya yang mulai merasakan sakit sekaligus kebencian yang sudah mengalir dalam nadi.

Kenangan lama itu seolah mengantam otaknya, mengingatkannya kembali pada luka di masa lalu.

Jennie kecil masih menangis, menatap bagaimana jasad Ibu-nya dikebumikan. Ayah yang harusnya menggendong atau setidaknya memeluknya, hanya berdiri dengan kaku di sebelahnya. Seolah kehilangan ini hanya Jennie yang merasakan.

DARE ▪ Jennie KimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang