03; Spring in heart

15K 2K 271
                                    

Malam itu baru beranjak di akhir senja yang menghilang bersama cahaya terakhir. Seobi masih mengingat bagaimana warna orange menyapu lembut cakrawala di atas langit saat Jungkook membawanya pergi dengan mobilnya.

Menghabiskan makan malam bersama memang tak ada yang salah. Terlebih Jungkook membawanya pergi belanja dulu di market dekat flat-nya, untuk membeli bahan mentah dan Seobi harus merelakan diri dengan senang hati untuk memasak untuk makan malam mereka.

"Aku rindu masakan rumah, mau memasak untukku?"

Itu permintaan yang terucap langsung dari Jungkook, membuat rona merah menghias wajah mungilnya saat anakan rambut terlonjak karena gerakan kepala yang mengangguk dengan antusias.

Seobi memang bukan tipekal calon ibu rumah tangga yang pintar memasak segala jenis makanan. Namun cukup beberapa resep menu dia kuasai, dan sepertinya mempraktekan untuk makan malam bersama Jungkook memang tak ada salahnya.

Siapa tahu pria itu nantinya jatuh hati pada masakan Seobi.

"Seobi, mau sosis untuk campuran Japchae?"

Seobi menoleh dari pengamatannya pada seikat sayur, mendapati Jungkook yang tengah memperhatikannya dengan mengulurkan seplastik kecil sosis daging di hadapannya. Anggukan Seobi menjadi penentu dengan Jungkook yang memasukan sosis ke keranjang belanjaan.

"Jungkook, kau suka sayur?"

Jungkook tersenyum masam, tangannya terangkat menggaruk bagian kepala. Bergumam ragu, "Sesungguhnya aku tidak terlalu suka. Tapi karena ini masakan pertamamu untukku, aku ingin mencobanya."

Seobi tersenyum, meraih beberapa ikat sayuran lainnya dan segera memasukannya ke keranjang.

"Kurasa sudah cukup belanjaan kita. Ayo bayar dan segera pulang."

Jungkook mengangguk antusias, meletakkan dirinya di samping Seobi dan mendorong keranjang mereka ke arah kasir. Sambil beberapa kali meraih snack kecil di sepanjang jalannya menuju kasir.

• • •

Jam menunjuk angka 7 saat keduanya tiba di flat Jungkook. Jungkook membantu dengan mengeluarkan bahan belanja sebelum Seobi memulai mengolah masakannya.

"Jungkook, kau bisa berganti pakaian santai dan membersihkan dirimu dulu."

Jungkook mematuhi Seobi, mengangguk singkat sebelum berjalan ke arah kamarnya. Lagi pula tubuhnya terasa lengket, Jungkook harus segera mandi dan berganti pakaian santai.

Meninggalkan Seobi yang mulai melaksanakan misinya untuk membuat makanan enak untuk pria yang baru saja di kenalnya.

Malam itu, keduanya melewatkan malam dengan lebih hangat dan dekat. Saling mengenal, Seobi mulai membicarkan tentang pekerjaannya. Jungkook pun mulai bercerita tentang pekerjaan sebagai dokter.

Tidak ada lagi kecanggungan untuk malam itu, tak ada bayangan dinding yang membatasi keduanya. Bercerita layaknya sahabat lama yang baru bertemu. Begitu banyak bahan untuk di bicarakan, bahkan tak pernah kehabisan.

Seobi merasa, baru kali ini mengenal sosok yang bahkan mampu menyamai cara berpikir dan pembicaraannya. Jungkook adalah pria yang lembut, pria yang tahu bagaimana memperlakukan wanita dengan baik. Seobi merasa bagaikan ratu di mana Jungkook memfokuskan seluruh atensinya pada sosok Seobi.

"Jadi, kau baru pengangkatan selama 5 tahun?"

"Ya, aku selalu di tempatkan di tempat terpencil. Baru kali ini aku di tempatkan di Seoul, dan bertemu denganmu."

Ada senyuman gugup bersama rona merah yang Jungkook sadari muncul di wajah Seobi. Membuat jantungnya ikut berdetak anomali.

"Bertemu di waktu yang tepat, tentu saja." Seobi tersenyum penuh terima kasih. "Jung, apa ada kemungkinan pula kau di tempatkan di tempat terpencil lagi?"

Jungkook menurunkan sendoknya, menatap Seobi serius. "Ya, sudah pasti ada kemungkinan aku di pindah tugaskan. Namun ku kira, aku akan mengajukan penetapan untuk di sini."

Seobi meraih air minumnya, meneguk beberapa untuk menghilangkan ganjalan di kerongkongan dan menatap Jungkook penuh tanya. "Mengapa begitu? Kau ingin menetap di Seoul?"

Sekali lagi Jungkook mengangguk mantap, menatap hazel hangat Seobi dan menjawah lirih. "Ya, aku kira aku sudah mempunyai alasan untuk menetap di sini."

Ada rasa penasaran terlalu besar yang mengacaukan pemikiran Seobi. Ada gengsi itu yang akhirnya terkalahkan oleh rasa penasarannya. "Boleh ku tahu apa alasannya?"

Seobi bersumpah, senyum Jungkook yang mencuri dari gigi kelincinya dan menatap Seobi hangat itu adalah yang terbaik yang mampu sekali lagi mengacaukan debaran jantungnya. Terlebih saat suara mantap Jungkook menghajarnya, "Kau. Kau bisa menjadi alasan bagiku untuk menetap di sini."

• • •

Makan malam selesai lebih cepat dari perkiraannya. Entah bagaimana secara mendadak rasa canggung itu hadir di benak Seobi setelah mendengar jawaban Jungkook. Hatinya membuncah menyenangkan dan Seobi tak mampu mengontrolnya.

Sepanjang perjalanan pulang jauh lebih hening di banding perjalanan pergi ke rumah Jungkook tadi. Seobi benar-benar masih kacau untuk memulai perbincangkan, dan bahkan Jungkook pun masih tak mengajaknya berbicara sama sekali.

'Apa Jungkook kecewa setelah mengatakan hal seperti tadi? Apa mungkin Jungkook hanya berbicara omong kosong?'

Berbagai pertanyaan semakin mengacaukan pikirannya. Jungkook tak membahas apapun lagi tentang pembicaraan yang mendadak Seobi hentikan tadi. Seobi tak bisa menutupi rona wajahnya, dan Jungkook jelas-jelas tahu bagaimana tamunya malam itu kacau hanya karena perkataan yang meluncur dari mulutnya. Lebih dari itu, Jungkook tak menyesal telah mengatakannya pada Seobi.

"Seo, sudah sampai."

Seobi mengerjap, mengedarkan pandangannya di mana mereka telah berada di area flat-nya. Sepanjang jalan Seobi memang hanya melamun, tentu saja tak memperhatikan hingga mereka telah tiba di flat-nya.

"Ada yang mengganggu pikiranmu?"

Seobi sediki tersentak, menatap Jungkook yang tengah menoleh ke arahnya dengan satu lengan kirinya tertumpu pada setir mobil. Tubuhnya sedikit menyamping untuk menghadap ke arah Seobi.

"Tidak. Tidak ada." Seobi menjawabnya begitu cepat, ada rasa gugup terlalu ketara yang tak luput dari penglihatan Jungkook. Membuat pria itu tersenyum menyadari kelakuan wanita di sebelahnya.

Hingga setelah seatbelt Seobi terlepas, wanita itu akan segera beranjak dan bangkit tepat sebelum tangan kirinya tertahan oleh Jungkook, membuat Seobi menoleh dan mengamati mata jernih Jungkook yang memabukannya.

Tubuh Seobi mematung, tepat saat hazel coklatnya merekam bagaimana Jungkook menarik tangannya mendekat. Hingga Jungkook memeliki punggung tangan Seobi untuk di berikan sebuah ciuman hangat di sana.

"Terima kasih sudah menggunakan tangan ini untuk makan malam yang enak. Jangan pikirkan apapun yang mengganggu sebelum tidur, dan semoga tidurmu malam ini nyenyak, Han Seobi."

- Sept 29, 2018

Jeooooon!!!

With Love,
Adoreyna

BRUISE - Jung.KWhere stories live. Discover now