PROLOG

12.5K 1.1K 77
                                    

-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-

-

Masa Sekarang

Lampu-lampu panggung mulai padam. Geretan tali-tali dari arah atas terdengar. Backdrop babak kedua pun mulai turun perlahan. Mata sesosok cewek yang tampak berbinar, kini mengarah jauh ke depan. Kemudian bergerak mengamati properti di atas panggung serta orang-orang yang bergegas kembali ke dalam backstage, setelah merapikan panggung untuk babak selanjutnya.

Cahaya lampu panggung yang semula gelap, perlahan menyorot dari arah atas. Terang dan seakan siap menantikan seseorang yang masih bersembunyi gelisah dari samping panggung.

"Be, siap-siap!" komando Naga.
Naga dengan kertas lecek di tangannya, mulai membaca tulisan-tulisan di sana. Rambut setengah gondrongnya bergerak-gerak saat mencari manusia-manusia lain di belakang Bening. Matanya yang tajam, memang sempat membuat Bening terpesona. Namun, bagi cewek itu hanya ada satu pasang mata yang bisa membuat dunianya jungkir balik.

Bening terkekeh malu-malu tanpa sadar.

Bibir Naga menekuk. "Lo kenapa?" tanyanya lagi mendapati cewek itu justru asyik sendiri.

Cepat-cepat Bening menggeleng. Dengan senyum manis yang jelas dipaksakan, Bening membuang muka, menghindari Naga. Cowok itu mengedik keheranan.

Selang satu menit berlalu, Bening berkali-kali kedapatan meneguk salivanya kasar. Tampak sekali ia berusaha tetap tenang, walaupun sejujurnya gagal. Karena tangan cewek itu terbukti mulai basah. Tidak aneh memang, sebab ini kali pertama ia tampil dalam sebuah pagelaran besar.

Alunan musik samar-samar muncul. Naga di sebelahnya memberikan aba-aba. Bening pun mengangguk, kemudian satu per satu kakinya melangkah ke atas panggung tanpa beban. Senyum sinis muncul, menutupi rasa gelisah yang tadi terhias jelas dari wajah cerah milik Bening. Sebab untuk sekarang hingga beberapa menit ke depan, ia bukan lagi Bening. Bukan lagi Bening yang senewen, blak-blakan, dan tidak pernah bisa diam. Juga bukan lagi Bening, yang kemarin tengah patah hati.

Namun, dia Meriam.

Seorang gadis keturunan Belanda yang jatuh cinta dengan pribumi. Cintanya jelas ditentang, kisahnya jelas dilarang, tetapi apakah salah jatuh cinta. Bukannya cinta hanya entitas semata. Bukan barang haram apalagi senjata nuklir pembunuh masif. Meriam mulai bermonolog, berteriak lantang, meratapi diri, dan marah dengan keadaan di dalam kamarnya. Yang kosong tanpa teman berbagi.

Perlahan, suara Bening mulai turun. Dialognya mulai lirih. Jauh dalam lubuk hatinya ia bersyukur, tinggal satu dialog lagi dan ia bisa kembali ke backstage dan bergerak dengan bebas. Sambil menggerakkan tubuhnya ke kiri, ekor mata cewek itu sempat mencuri pandang ke bangku-bangku penonton yang terisi penuh. Semua orang bahkan ikut terhanyut sampai sulit bernafas.

Seolah-olah terbawa dengan kesedihan Meriam, wajah-wajah di gedung kesenian terlihat sendu. Bening tersenyum simpul. Ia lantas membelakangi panggung dan duduk terpuruk di lantai, membiarkan suara musik dan beberapa penari keluar untuk menggambarkan hati Meriam saat ini.

Selangkah lagi. Gumam Bening dalam hati.

Jujur. Bening bahagia karena akhirnya dapat berdiri di atas panggung teater seperti ini. Teater yang sedari dulu menjadi mimpinya. Tempat yang selalu menjadi area ternyamannya, selain rumah. Sebab, hanya di teater Bening bisa menjadi apa saja dan siapa saja. Sesuka hatinya.

Bening bisa menjadi psikopat tanpa takut ditangkap dan bisa menjadi wanita gila tanpa malu dicap gila. Bahkan dia pun bisa menjadi pencuri kelas wahid, tanpa perlu memutar otak untuk menyusun strategi.
Terakhir, hanya di sini Bening dapat menyembunyikan authentic self-nya dan berubah menjadi bunglon yang bebas berpindah dari peran satu ke peran yang lain. Sebab dirinya yang asli terkadang memang butuh disembunyikan ke dalam safe deposit box, saking blak-blakan dan memalukannya. Lebih-lebih di depan dia.

Bening tanpa sadar mengulum senyum miris. Mengingat dia, sama saja dengan membuka luka lama. Cerita tentang cinta pertama masa SMA. Bening menutup matanya rapat-rapat agar kenangan soal dia tidak mengganggunya di tengah pagelaran seperti sekarang.

Suara musik berhenti mengalun. Beberapa penari mulai kembali ke backstage. Bening pun pelan-pelan bangkit. Berbalik tiba-tiba, lalu mengarahkan tatapan nanarnya ke semua sudut gedung kesenian, menyapu kursi-kursi penonton, area lighting di atas sana, dan kembali ke depan.

Manusia-manusia di kursi penonton mulai tegang, menunggu dialog terakhir dari mulut Bening. Naga di samping kanan pun mulai serius mengawasi Bening dengan tangan terlipat ke dada. Sama-sama menanti gong, istilahnya.

Bening bergerak ke tengah. Mulut cewek itu terbuka lebar hendak mengucapkan dialog terakhir, hingga tatapannya tanpa sengaja menemukan satu sosok di depan panggung. Cahaya lampu dari panggung membuat figure itu terlihat remang-remang sampai di retinanya. Namun, di antara keremangan itu Bening yakin itu dia.

Bening terdiam. Ia pikir matanya salah melihat. Sementara itu, Naga dari arah kanan berbisik, meminta Bening untuk tetap fokus dan mengucapkan dialog terakhirnya.
Namun, Bening tetap mematung. Ia yang sesungguhnya justru ingin menyeruak keluar. Apalagi lelaki yang duduk jauh di kursi penonton tersenyum lebar. Senyum yang yang selalu ia rindukan.

Bening mengangguk pelan. Dengan mantap, dia kembali fokus kepada dialog. Sampai tepuk tangan menggema si seantero gedung kesenian tak lama kemudian.

***

TBC

Genre : Teenlit, Remaja, Komedi Romantis.

Based on : My wild ideas & True story

Jadwal Update : TBA

Cover : Me

Start : 1 September 2018

Copyright © 2018 Mooseboo // konten mengandung hak cipta. Dilarang keras meng-copy dan menduplikat isi konten //

Acuy's note :

Anyway, sebenarnya cerita ini adalah request-an salah satu temen yang mau cerita absurd jaman SMA nya bisa dibaca dan menginspirasi yang lain. Jadi ini true story, Cuy?

Enggak juga, bisa dibilang 60:40. 40% nya karena Cuy enggak mau ribet bikin karakter baru dan biar jaga identitas dia juga. Orangnya pun enggak keberatan waktu aku bilang bakalan ada yang ditambahin. Lebih-lebih waktu kasih tahu bakal nyesuain sama cara gaulnya anak jaman sekarang yang katanya generasi Z (inget millennial dan generasi Z itu beda loh. Nanti cuy bikinin artikelnya di blog ya), melek teknologi, dan paling update soal teknologi apalagi yang viral-viral.

Sorry banget Cuy belum bisa upload part 1 nya. Karena Cuy tepar dan mesti bed rest (kayanya kecapean). Doain aja enggak apa-apa ya.

So, check this out! Semoga suka.

 [SUDAH TERBIT] Mimpi Sebesar GajahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang