2. Mendadak Panitia

4.1K 763 123
                                    

-

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

-

-

"Mau ya, Be?"

Sepiring bakwan yang asapnya masih membumbung terulur di depan tubuh Bening. Cewek itu menggeleng, kemudian dengan santai menyeruput es teh manis dari gelas. Tidak mengindahkan suara cewek berambut panjang berombak yang duduk di sebelahnya, Hira.

Salah satu dari sahabat Bening, yang paling kalem, anak rumahan, dan bertubuh lebih gempal dibanding tiga cewek lain yang rata-rata Kutilang Darat -- kurus, tinggi, dan langsing, berdada rata.

Akan tetapi, walau terbilang anak rumahan cowok Hira tidak sembarangan. Anak Perkusi dari SMA N 701, tetangga sebelah. Sehingga bisa dibayangkan repotnya mereka bertiga menghadapi telepon orang tua Hira tiap kali cewek itu pergi nge-date. Maklum Hira memang pengikut aliran backstreet.

"Mbak Lela, minta sambel kacang buat cocolan dong!" teriak Uta.

Bening menelan ludahnya kasar. Sementara mata bulat cewek itu melirik semangkuk kecil sambal kacang yang sudah berpindah tangan kepada Uta.

Warung Mbak Lela memang paling terkenal seantero SMA Bakti Pertiwi, walaupun hanya dibentuk dari bangunan sederhana dan letaknya di sudut belakang sekolah. Apalagi sebenarnya sudah ada kantin bagi para siswa di area kanan sekolah.

Usut punya usut, justru karena letaknya ini lah warung Mbak Lela seringkali jadi tempat pos pantau bagi siswa-siswi yang berniat mendaki tembok untuk bolos berjamaah. Memantau sambil sok menyantap jajanan, kemudian bila aman langsung loncat keluar pagar. Cerdik.

Selain letaknya, sambal kacang Mbak Lela juga jadi primadona di SMA ini. Entah apa resep rahasianya, tetapi kekentalan yang pas dan padanan pedas-gurih sambal kacangnya, membuat para siswa lupa akan letaknya yang juga dekat toilet siswa. Apalagi bila disantap dengan gorengan hangat seperti sekarang. Maknyus!

"Gue yang bayarin!"

Bening mendongak keheranan saat seorang Uta mendadak dermawan seperti sekarang.

"Ayolah, Be. Masa acara sekelas ulang tahun sekolah cuma diurus sama lima orang."

"Enggak. Ekskul gue aja yang udah sekarat lo kagak mau bantu."

"Kan semester kemarin gue ikut. Eh, Bapak lo bilang muka gue kurang ekspresi cem kanebo kering," gerutu Uta sakit hati kemudian ikut duduk di sebelah Bening. "Males banget lah gue."

Bening merenung. Betul juga kata Uta. Bisa jadi, selama ini semua siswa malas bergabung dengan teater Kata karena koordinatornya Pak Gumilar, yang memang terkenal killer.

"Mau ya, Be? Lo cuma numpang nama sama bantu kita dikit doang kok, please." Hira memohon sambil mengamati ekspresi Bening yang masih setengah hati. "Atau mau gue tambah es jeruk? Bihun goreng? Mie rebus? Enak loh mendung-mendung gini."

Sementara Uta sibuk memanas-manasi Bening sambil menggoyangkan mangkuk berisi sambal kacang yang baunya sudah menggoda cewek itu untuk menyerah.

"Emang di antara empat ratusan makhluk BP (Bakti Pertiwi) enggak ada yang mau?" gumam Bening mulai melirik sambal kacang yang ikut bergoyang tiap kali Uta bergerak.

"Itu dia. Lo masa enggak mau jadi satu di antara ratusan siswa BP yang berani berkontribusi buat SMA lo tercinta?" imbuh Uta mulai berdiplomasi sambil membenahi poni di atas alis yang lepek karena keringat.

"Oke." Bening menyabet sambal kacang di tangan Uta dan menyantap gorengan yang mulai anyep pada piring lainnya. "Tapi inget gue enggak mau repot."

"Beres!"

"Ini lo yang bayarin kan? Mbak lela bihun gorengnya satu sama tahu gorengnya dua lagi ya!"

***

Usai memindahkan jajanan-jajanan tadi ke dalam perut, Bening dan yang lain berjalan ke arah ruang Osis yang mereka pinjam untuk rapat siang ini.

"Jam tiga gue mesti ke rumah Sania buat ngerjain PR. Janji cuma sebentar doang ya."

"Iya, hari ini agendanya cuma pembagian tugas doang kok. Tenang aja," jawab Uta yang masih sibuk menghitung uang dalam dompet. Agaknya takut kebobolan akibat ulah perut karet Bening.

"Nanti gue temenin deh. Minggu kemarin kan gue nggak jadi nongkrong bareng kalian buat nemenin Ayang perform."

Uta dan Bening spontan mendelik ke arah Hira yang menyebut kata Ayang selempeng jalan tol.

"Sejak kapan lu nyebut si Ihsan Ayang? Geli banget gue dengernya," protes Uta bergidik ngeri.

"Ih, suka-suka gue sih. Makanya punya cowok," sahut Hira pongah.

"Wah, ngelunjak ni orang. Minggu depan HP kita nonaktfin bareng-bareng gimana, Cong? Biar ada yang kelimpungan cari alibi."

Bening mengangguk mantap mendengar rencana Uta. Sementara Hira tersenyum lebar dan menyampirkan kedua lengan di bahu kedua cewek yang sudah hampir lima tahun menjadi sahabatnya. Kemudian mendekap mereka erat.

"Sorry deh. Gitu aja ambek. Bercanda gue."

"Au ah," gerutu Uta menoyor pipi Hira menjauh.

Bening terkekeh mendengar keduanya yang terus ribut seperti Tom and Jerry. Akan tetapi, tawa itu langsung tenggelam kala ada suara cowok lamat-lamat terdengar dari arah ruangan OSIS.

Alis Bening menyatu. Lalu dengan langkah penuh semangat '45, ia berjalan meninggalkan dua cewek tadi jauh di belakang. Cewek berambut sebahu itu mematung sambil mengintip dari balik pintu. Bahkan mulutnya sontak menganga, ketika sang Kakak-Kelas-Kesayangan juga ada di sana mengobrol dengan beberapa siswa lain.

"Tahu si Togi ikut jadi panitia juga, nggak perlu keluar duit gue buat narik si Bening ke sini." Suara Uta terdengar dari bawah kepala Bening, ikut mengintip dari balik pintu. "Lo kok nggak infoin gue sih, Hir."

"Mana gue tahu," jawab Hira berjongkok di samping Uta. "Tapi percuma juga kali, Cong. Bukannya si Bening malah seringnya kabur tiap ketemu tu cowok."

"Bener juga." Bola mata Uta yang tadi melirik ke bawah berpindah ke atas. "Lo nggak bakal kabur gara-gara ada dia kan, Be?"

Bening diam. Ucapan Sania sore kemarin diam-diam terngiang di telinganya. Ditambah, kejadian tanpa sengaja yang acapkali terjadi antara ia dan Togi, Bening malah berniat sebaliknya.

"Enggak!" kata Bening berdiri tegak. "Malah gue bakal deketin dia."

"Serius?!!" seru Uta dan Hira hampir bersamaan.

Hening terasa di antara mereka bertiga. Sampai-sampai tatapan Uta dan Hira sudah terarah lurus kepada Bening.

"Mungkin?" gumam Bening meringis sambil memandangi kedua sahabatnya.

***

TBC

Acuy's note :

Kemarin banyak yang bilang jaman SMA itu paling berkesan bolos, jajanan kantin, ngecengin kakak kelas, ataupun ngecengin si dia. Ehem! 

- Terus, kejadian memalukan apa yang pernah dilakuin bareng temen-temen SMA dulu? Share dong!

- Adakah yang udah kepo sama kemunculan Awan? Hehehhe

 [SUDAH TERBIT] Mimpi Sebesar GajahDove le storie prendono vita. Scoprilo ora