16

5.3K 489 4
                                    

(namakamu) memilih pergi dari villa, ia rasa keputusannya sudah bulat, ia ingin sendiri dulu, luka yang di torehkan Iqbaal begitu menusuk, ia tidak pernah menyangka Iqbaal bermain di belakangnya dan tanpa sepengetahuannya.

"Yang dengerin aku dulu."

(namakamu) hanya diam, memandang laut di depannya, ia tidak ingin melihat wajah Iqbaal lagi.

"Aku bisa jelasin semuanya yang."

"Tinggalin aku sendiri."

Iqbaal menghela napas kasarnya, ia bingung harus berbuat apalagi agar gadisnya mau mendengar penjelasannya.

"Aku mohon dengerin semua penjelasan aku (nam..)."

"Tinggalin aku sendiri, kamu ngerti ngga?"

Lagi-lagi Iqbaal terdiam saat mendengar perkataan gadisnya di tambah nada ketus di dalamnya. Mau tidak mau Iqbaal pergi meninggalkan gadisnya sendiri.

Air mata yang sedari tadi (namakamu) tahan pun seketika menetes, lidahnya kelu dan bibirnya bungkam, tidak bisa berkata apapun, hanya air mata yang mewakili rasa sakitnya.

"Abang aku mau pulang."

Tanpa (namakamu) sadari, Iqbaal melihat semuanya, Iqbaal ingin menghampiri gadisnya, memeluknya dengan erat, dan mengusap pelan rambut gadisnya.

"Maafin aku sayang, aku bisa jelasin semuanya, aku ga sanggup lihat kamu begini."

(namakamu) menghapus air matanya, matanya kembali menatap hamparan laut di depannya.

"Aku rasa kita memang tidak pernah di takdirkan bersama qi, sekuat apapun aku bertahan, jika semesta tidak merestui, kita tidak akan pernah bersatu."

Baru kemarin ia merasakan bahagia, dan melupakan masalahnya, tetapi kenapa masalah baru datang menghampirinya.

"Apa dengan melepasmu, kamu akan bahagia?"

(namakamu) menunduk, hatinya menolak untuk melepas Iqbaal, tapi tidak dengan pikirannya.

Kenangan bersama Iqbaal tiba-tiba terputar dengan jelas di memorinya, dimana mereka tertawa bersama, menghabiskan waktu bersama hingga timbul berbagai masalah, semua mereka lakukan bersama.

(namakamu) mulai beranjak dan melangkah munuju villa, ke putusannya sudah bulat, ia akan melepaskan Iqbaal.

"Yang ak..."

"Iqqi."

(namakamu) terdiam saat, memajamkan matanya, ia rasa ke putusannya sudah tepat.

"Kita selesai sampai disini yaa."

Mata Iqbaal membulat mendengar perkataan (namakamu), sampai kapanpun ia tidak akan pernah melepas gadisnya, sampai kapanpun.

"Sampai kapanpun aku tidak akan pernah melepasmu (nam..), apa kamu lupa? Aku pernah terluka, aku pernah kecewa, dan hidupku kelabu, tapi semua berubah saat kamu hadir, hidupku kembali berwarna saat melihatmu bahagia, saat melihatmu tertawa, (nam..) aku mohon kasih aku kesempatan."

(namakamu) hanya diam mendengar perkataan Iqbaal, apa yang Iqbaal rasakan dulu pernah (namakamu) rasakan, kehilangan seseorang yang berharga itu jauh lebih menyakitkan.

"Semesta tidak pernah merestui Iqqi, sekuat apapun kita mempertahankannya."

"Kenapa kamu jadi menyerah seperti ini (nam..)? (namakamu) yang aku kenal adalah gadis yang pantang menyerah dengan segala hal, selalu berjuang dan bertahan, kamu bukan gadisku yang aku kenal, sudah berapa kali aku bilang, kita bertahan bersama-sama."

POSESIF [2]Where stories live. Discover now