1. Don't Leave Me; jjk-myg

855 51 1
                                    

Don't Leave Me; jjk-myg

"Kumohon jangan pergi lagi, hyung

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Kumohon jangan pergi lagi, hyung.."

Suara itu bergetar, ada isak tersamar bersamaan dengan deru hujan yang mendadak turun membasahi permukaan bumi. Air mata yang turun membasahi pipi seolah tidak terlihat kala tidak sengaja bercampur dengan hujan yang menerpa.

Kepala dengan surai hitam legam yang sudah ia usahakan untuk terus tegap kini berakhir pada punggung pemuda lebih pendek di depannya. Jungkook tidak ingin sakit akan kehilangan seorang yang terpenting dalam hidupnya lagi-lagi ia rasakan.

Kedua tangan yang gemetar terus mencengkram ujung kemeja belakang berwarna merah dengan corak putih dihadapannya. Berharap pemuda itu mengurungkan niatnya untuk pergi.

Tanpa sadar Jungkook meraung pelan, begitu dalam ingatannya terlintas kenangan saat bersama pemuda itu. Yoongi yang ia anggap kakaknya sendiri selama 7 tahun mereka bersama.

Ia tidak mungkin lupa, ketika kehangatan yang diterima selama bertahun-tahun, atau kasih sayang yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya hadir memeluknya erat layaknya sebuah keluarga.

"Hyung.. jangan pergi.." Jungkook memanggil lagi. Ingin sebuah respon lebih. Namun nihil, Yoongi hanya diam, bahkan setelah beberapa menit mereka berhenti melangkah dan tetap pada posisi yang sama, pemuda itu tidak bergerak sama sekali. Seolah dengan sengaja membiarkan adiknya merasakan sesak dibelakang sana.

"Hyung, aku ingin menjadi seorang composer lagu, sepertimu"

"Tidak semudah yang kau bayangkan, Jungkook-ah.. kau suka membuat film kan? Kembangkan saja itu.."

Jungkook menghampiri Yoongi yang tengah memainkan alunan melodi, kesepuluh jari sang kakak seakan sedang menari membuat Jungkook melirik penasaran.

"Ajari saja aku bermain piano" ucapnya sembari duduk disamping Yoongi.

Hujan deras dimalam hari memang menyamarkan kedua pemuda yang tengah berdiri dipinggir jalan Daegu, tidak diragukan jika pukul 11 malam kini jalanan kota kecil mereka tampak sepi.

"Kau tidak boleh meninggalkanku lagi.." katakanlah nada bicara Jungkook terdengar egois, tidak peduli jaket berwarna kuningnya kini sudah basah diterpa hujan, ia hanya berharap kata-katanya dapat meluluhkan sang kakak. "Kau berjanji untuk mengajariku bermain piano" ucapnya lagi dengan suara bergetar.

"Kau berjanji akan selamanya bersamaku.." suaranya terbata-bata

"Kau berjanji apapun yang terjadi kau tidak akan pergi.."

"Ta- tapi kenapa?" Isak Jungkook.

Hanya beberapa detik sampai Yoongi melangkahkan kakinya tanpa aba-aba. Jungkook tidak siap, ia tidak siap jika hyung-nya pergi tanpa memberikan penjelasan apapun, bahkan ketika pada akhirnya kedua tangan di ujung kemeja secara reflek melingkar pada pinggang sang kakak, ia tidak peduli tentang skinship yang Yoongi benci.

"Kumohon jangan!" Jungkook berteriak, mengeratkan pelukannya. Suaranya yang meredam di punggung Yoongi hanya saup-saup terdengar.

"Bawa musik sampahmu itu ketempat lain! Jika memang harga dirimu tidak tau malu!"

Jungkook tidak bisa berbohong ketika kedua matanya dengan jelas melihat Yoongi tengah berlutut didepan seorang paruh baya berdasi.

Ia juga tidak bisa berbohong ketika kepalan ditangannya semakin mengeras kala ia tidak bisa berbuat apa-apa disaat Yoongi membutuhkan kekuatan ototnya yang lebih kuat. Otak pintarnya terus memutar setiap kata-kata Yoongi beberapa jam lalu, sebelum ia memutuskan untuk masuk kedalam gedung biru itu sendiri; 'ingat, apapun yang terjadi tetap berdiri disini. Jangan lakukan apapun. Jika tidak, aku akan marah padamu!' Ucap Yoongi sebelum meninggalkannya dipinggir pagar.

"Jungkook.."

Kenangan itu terputus, Yoongi perlahan melepaskan tangannya, walau Jungkook menolak dan kembali mengeratkannya, namun panggilan Yoongi yang kedua kali seolah menumbuhkan sebuah kepercayaan; bahwa kakaknya akan kembali.. "Jungkook, dengarkan aku" ucapnya sambil menurunkan tangan Jungkook dan berbalik menghadap pemuda dibelakangnya.

Ketika sepasang mata tajam namun sendu itu menatap Jungkook lekat, ia tidak bisa menahan deras air mata yang sudah berkumpul dalam pelupuk mata. Bahkan tanpa ia berkedip pun, air mata itu lagi-lagi jatuh melalui pipi bersamaan dengan tetes hujan.

Jungkook sadar, hanya dari kedua manik yang berkaca-kaca itu ia dapat melihat isi hati Yoongi. Ia yakin Yoongi juga merasakan setiap pilu yang menusuk hatinya.

Nafas Jungkook berderu, langkah kakinya terus berlomba tanpa henti. Telinga yang seakan ditutup ketika banyak caci maki dari pejalan kaki yang berlawanan arah menghujamnya. Hanya sebuah bungkuk singkat kemudian ia berlalu secepat kuda. Salahkan mata pelajaran tambahan yang mendadak wajib diikuti.

Benda tipis berwarna hitam mungkin hampir pecah melihat sebagaimana eratnya Jungkook menggengam. Pikirannya tertuju pada pesan teks Yoongi beberapa jam yang lalu. Begitu sederhana dimata Jungkook, namun perasaannya mendadak tidak karuan;

'Terimakasih, jaga dirimu'

Langkahnya semakin dipercepat setelah nomor ponsel kakaknya sulit dihubungi. Panik dan cemas menemani perjalanannya hingga tidak terasa, ketika ia sampai rumah mungilnya, rumah yang hanya ia huni berdua dengan Yoongi,

dipenuhi dengan mobil polisi.

Tidak ada kata-kata lain, Yoongi hanya menggeleng pelan seraya tersenyum. Ia memegang pergelangan tangan Jungkook dan mengusap punggung tangannya yang basah berulang kali, kemudian menariknya kedalam pelukan.

Dan disaat itu, Jungkook mendengar Yoongi menangis.



"Kumohon, hiduplah demi diriku.."

Kemudian Yoongi melepas pelukannya dan menghilang bersamaan dengan rintik hujan.

-End-

Halo, berjumpa lagi denganku yang lagi suka sama yang manis-manis bumbu bromance.
Mau bikin angst, tapi maafkan author papan gilesan yang masih belajar :')

Love Yourself; TearWhere stories live. Discover now