[1] Pertemuan Pertama

10 4 3
                                    

Clarisa ayudya hermawan (Risa)

Orang-orang biasa memanggilku risa. Yaaa.. Itu nama panggilanku, nama lengkapnya sudah author tulis di atas, tak perlu di tulis lagi, karena itu merupakan penghamburan kata. Seperti itulah yang author katakan 😂

Balik lagi ke risa..

Hari ini, di pagi yang cerah ini, aku bangun dari tidur panjangku tadi malam. Berdiam dan duduk beberapa saat di atas ranjang empuku, hanya sekedar menyesuaikan diri dengan sinar mentari yang baru saja menerpa.

15 detik berlalu,

aku beranjak menuju balkon kamar, ku hirup udara segar di pagi ini, 'hemmmh sungguh nikmat tuhan' yang luar biasa. Begitulah sedikit ucapan syukur dalam batinku, sejenak termenung memandangi hamparan kebun teh hijau di seberang sana. Terlihat elok dan sungguh menyejukan mata bagi siapapun yang memandangnya, ingin sekali kakiku melangkah kesana sekarang juga.

Setelah puas memandangi ekosistem tuhan, aku segera beranjak dari balkon dan bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan badan. Aku segera masuk kedalam bathup yang sebelumnya telah ku isi dengan air sabun yang begitu harum.

Sengaja aku menghadapkan bathup ke arah barat, karena di seberang sana nampak jelas hamparan kebun teh hijau yang begitu menawan, dan aku ingin melihatnya setiap saat aku bersuci di kamar mandi, sampai sering kali membuatku betah tak ingin berhenti dari acara berendamku.

30 menit berlalu, waktu yang cukup lama bagi wanita sepertiku untuk hanya sekedar mandi dan berendam, bahkan terlalu lama, menurutku.

Seluruh kegiatan di dalam kamar mandi telah selesai di tuntaskan. Sekarang aku tengah memilih dan memilah baju mana yang akan ku pakai pagi hari ini untuk pergi ke perkebunan teh ayahku. Sekedar mengontrol saja. Karena yang bertugas sepenuhnya disana sudah terdapat banyak pegawai dan para pemetik teh baik dari kalangan pria maupun wanita.

Sederhananya, ayahku adalah seorang pemilik perkebunan teh terkenal di Indonesia ini, bahkan tak heran, ayahku sering memproduksi teh untuk di exspor ke luar negeri, yang memang para pecinta teh. Selain itu ayahku juga seorang pebisnis yang bergerak di bidang perhotelan terbesar di Indonesia.

Dan pada akhirnya pilihanku jatuh pada baju polos mirip kemeja, lengan panjang berwarna putih di balut rompi panjang sekaki berwarna coklat yang kancingnya sengaja semua ku buka dan di padukan dengan celana panjang casual berwarna senada dengan rompi yang ku pakai, dan sapatu casual warna putih. Satu lagi, rambutku ku biarkan tergerai begitu saja. gunanya hanya untuk menutupi leherku agar tak terekspos jelas.

Sejenak ku pandangi tubuhku di cermin. Terlihat aneh, tapi terserahlah, persetan dengan fashion yang penting nyaman. Itu prinsipku dalam berpakaian.

Selesai dengan semuanya, aku segera bergegas turun ke bawah lebih tepatnya ke dapur menuju meja makan yang disana sudah ada keluarga besarku menungguku untuk segera bergabung bersama. Ada mamaku tercinta, papa, kak revan yang selalu tampil menawan dan tak lupa adik kecilku yang tercinta. vania. Mereka sudah rapih dengan pakaiannya masing-masing.

"Selamat pagi.. Semuaa.. " ucapku menyapa seraya menghampiri mereka yang telah siap dengan sendok garpu yang sudah ditangan. Sepertinya aku sedikit telat hari ini.

"ngapain aja sih ka di kamar, kok lama banget" rutuk adikku dengan tatapan sebalnya, yang telah duduk lama di ruangan ini.

"iya.. Disini kita hampir lumutan, tau.. " kak revan juga malah ikut ikutan mencebik kesal. Hemh tak adakah orang yang membelaku saat ini.

"iya. Maaf.. Maaf.. Aku yang salah, tadi ke enakan di kamar mandi. " ucapku meminta maaf..

"sudah.. Sudah.. Lebih baik kita langsung makan aja, nanti kalian kesiangan." lerai mamaku, di sela perdebatan kami. Mama memang wasit yang bertanggung jawab dalam hal pertengkaran.

Green tea with loveWhere stories live. Discover now