[3] Menjamu tamu

3 0 0
                                    

Author POV ---

Waktu sudah menunjukan pukul 12.45 dan sinar mentaripun semakin menampakan cahayanya yang begitu sangat trik. Para pemetik teh dan para pegawai pabrikpun, tengah menikmati waktu istirahat mereka, pun juga dengan para pelayan cafe mereka bergantian untuk isoma ( istirahat solat makan ). Pengunjung juga semakin siang, semakin bertambah banyak, mereka asyik dengan kegiatannya masing-masing.

Laki-laki yang bernama alvian pun, sudah pergi dari tadi, sesaat setelah terlibat obrolan panjang dengan seorang wanita bernama clarisa. Dan wanita itu sekarang tengah berada di antara pohon teh, berdiri menikmati hamparan alam yang begitu menyejukan pandangan. Terkadang ia merentangkan tangannya dan menengadahkan kepalanya hanya sekedar berusaha meresapi angin semilir yang membelai.

Ia sengaja memilih tempat yang agak tinggi dan memang jarang terjamah orang, agar suasananya lebih menenangkan.

Alasan utama, mengapa ia memilih menyendiri di puncak bukit di banding berbaur bersama orang-orang di bawah sana, adalah karena ia kurang suka dengan suasana yang terlalu ramai. Karena biasanya suasana yang terlalu ramai, kadang membuat hawa sedikit gerah, walau di tempat yang terbilang sejuk seperti ini. Dan kurang lebih seperti itulah sekarang gambaran suasana di dalam cafe.

30 menit dengan kesendirian. Akhirnya ia memutuskan untuk turun ke bawah dan masuk ke dalam cafe, tapi tidak untuk duduk di tempat yang tadi ia gunakan bersama si alvian itu. Ia lebih memilih masuk ke bagian lebih dalam cafe tersebut, tepatnya ke lantai dua. Disana ia melakukan kewajibannya sebagai umat muslim, shalat salah satunya.

Selesai dengan peribadatan, ia mengambil handphonenya lalu mengetikan kata-kata disana. Atau lebih detailnya, ia memesan makanan, lewat pesan singkat yang nantinya di kirim ke salah satu pegawai, khusus pelayanan pelanggan. Bukan apa-apa, ia hanya malas jika harus berteriak dari atas sampai kedengaran ke bawah, dan tentu saja itu akan merusak suasana orang yang sedang menikmati hidangan di sana. Dan ia tak mau menjadi seorang PSO ( Perusak Suasana Orang ).

Menu yang ia pesan antara lain :
- Ayam krispi saus asam pedas manis
- Seporsi nasi ukuran sedang
- Capcai khas rumahan, porsi sedang
- satu botol air mineral + lemon tea

Sederhana bukan ? Yap, makanan tersebut adalah makanan paforitnya pun juga dengan minumannya. Ia bukan type wanita yang neko-neko bila memesan makanan atau minuman. Baginya kesederhanaan juga sebagian dari kemewahan.

Ia memang bukan ahli gizi, namun setidaknya, ia tau, makanan apa saja yang patut di komsumsi, dan mana yang harus di kurangi.

Baginya, kesehatan itu mahal. Di luaran sana, orang rela mengeluarkan uang ratusan juta bahkan miliaran, untuk menjadi sehat. Itulah yang menjadi motifasi baginya untuk selalu menjaga pola hidup sehat dan pengomsumsian makanan yang harus tetap terjaga nilai gizinya.

Beberapa menit berlalu..

Pelayanpun datang dengan membawa nampan berisikan makanan dan minuman yang ia pesan tadi.

"silahkan nona, selamat menikmati.. Saya permisi.." ucap si pelayan itu dengan di akhiri senyuman hangat dan tanpa basa basi lagi, clarisa ayudya pun hanya mengangguk sambil sedikit menyunggingkan senyum, tanda bahwa ia menghargai pekerjaan pegawainya. Ohh.. Ralat, pegawai ayahnya.

Sepeninggalan pelayan tadi, ia langsung menyantap hidangan yang tersaji tanpa jeda. Saat ini Ia lapar dan itu tak terasa oleh orang lain.

***

Clarisa POV --

Sekarang aku berada di kamar mandi paforitku, berendam menikmati harumnya air sabun dengan wangi bunga lili dan buah apel.

Green tea with loveKde žijí příběhy. Začni objevovat