27 (REVISI)

661 34 2
                                    

Tak terasa waktu berjalan begitu cepat , sudah lebih dari lima bulan berlalu.

Namun, laki-laki itu tak membuka matanya lagi.

Sedih, itu yang Fira rasakan selama lima bulan ini. Sepi, tanpanya. Rindu, tentu saja Fira rindu dengan laki-laki yang telah merebut hatinya itu.

Ah, memikirkannya saja membuat dada Fira bergejolak. Perasaannya tak terbendung lagi, perasaan cinta ini membuatnya tidak nyaman.

"Kamu lagi."

Fira menolehkan kepalanya saat mendengar suara khas Kalina--mama Verry yang begitu sinis dengannya.

Kalina maju mendekatinya, "kamu kan yang membuat anak saya seperti ini?"

Fira hanya menunduk, Kalina benar. Dia adalah penyebab Verry seperti ini.

"Mengaku rupanya. Sebenarnya saya tidak ingin kamu berada di sini, menemui anak saya. Tapi, saya rasa saya tidak bisa."

Kalina berdiri di dekatnya, tangannya mengusap bahu Fira. "Kamu adalah orang satu-satunya orang membuat Verry bahagia selama ini." Kalina menatapnya, "saya rasa, selama saya menjaga Verry, saya tidak pernah melihat dia sebahagia bersama kamu. Saya sadar, Verry tidak pernah bahagia selama ini. Itu semua karena saya."

Fira tertegun, ia tak menyangka Kalina akan sebijak ini. Pertemuan pertama mereka cukup buruk, karena Kalina yang membentaknya dan menyalahkannya atas komanya Verry.

Namun, lima bulan sudah berlalu. Kalina tiba-tiba berubah, dan berubah baik padanya.

"Kamu pasti bingung, Safira. Saya memang berubah, karena sadar. Yang patut disalahkan di sini adalah saya sendiri." Kalina tersenyum kecil, ia tahu awal pertemuannya dengan Fira cukuplah buruk.

Kalina berubah karena tahu akan satu hal, Verry memang koma karena menolong Fira. Namun, tanpa disadarinya hidup Verry bahagia karena gadis ini.

Selama ini memang Verry tinggal jauh dari rumahnya, di kafe milik adik sepupunya.

Namun, selama itu Kalina tetap mengawasi Verry dengan menyewa mata-mata. Ia hanya ingin melindungi anaknya itu, dengan caranya.

Dan selama itu juga, Kalina sering mendapatkan laporan dari mereka kalau Verry sering sekali bersama Fira. Dan Verry begitu bahagia.

Kalina sadar, setelah bangun pun Verry tidak akan bahagia kalau dirinya memisahkan keduanya.

"Tante?" kornea Fira melebar, apa maksudnya ini?

"Saya minta maaf pada kamu, Safira. Saya tahu, saya salah." Kalina tersenyum kecil, "saya menyetujui hubungan kalian."

Fira menganga, mamanya Verry apa benar-benar serius dengan persetujuan ini.

"Tidak perlu bingung. Ini adalah bentuk terima kasih saya pada kamu, kamu tidak perlu khawatir."


°°°

Fira hanya bisa mengulas senyum tipis saat Kalina sudah pergi meningalkannya, sendiri.

Di sini hanya ada dirinya dan Verry yang tetap saja tidur. Entah sampai kapan Verry akan puas tidur.

Fira mengusap jari jemari Verry yang begitu cepat, kadang Fira mengecupnya pelan. Ia begitu rindu dengan Verry.

"Ver," Fira mengelus lembut rambut Verry, "gue kangen, bangun ya?"

Fira hanya mampu tersenyum hambar saat tahu, Verry tidak mungkin membalasnya.

"Gue bisa gila, Ver. Selama ini gue setia nunggu lo bangun. Tapi, kenapa lo nggak mau balas penatian gue dengan ngebuka mata lo? Apa lo masih marah sama gue?"

Fira meracaukan apa yang ada di benaknya, rasanya sedikit lega.

"Ver, gue itu nggak ada maksud apa-apa. Gue juga nggak selingkuh sama Verrald, itu udah lima bulan lalu. Dan sekarang, Verrald bahkan udah punya cewek lain di hatinya."

Fira menatap lembut wajah tenang Verry, "haah," Fira menguap merasakan kantuk yang begitu dalam. "Gue ngantuk, Ver. Gue tidur dulu ya? Selamat malam, Verry. Gue cinta sama lo."

Mata Fira tertutup perlahan, Fira menyandarkan kepalanya di bahu Verry.

Verry?

Laki-laki itu tampak menggeliat perlahan dari tidurnya. Sebenarnya sudah dari tadi pagi dirinya siuman dari koma.

Namun, dengan sengajanya ia mengerjai Fira.

Verry hanya ingin tahu perasaan Fira yang sebenarnya, yang begitu jujur dari mulut gadis itu.

Verry hanya tertegun mendengar pengutaraan jujur dari dalam hati Fira.

Rasanya aneh, namun begitu menyenangkan. Walau sedikit bagian di hatinya marah dengan perlakuan gadis itu yang berbohong padanya.

Rasa sakit itu terobati saat Fira mengutarakan itu semua, Verry rasa cintanya begitu buta. Hanya dengan pengakuan saja, hatinya sudah luluh.

Verry tersenyum mengusap lembut rambut Fira, Verry mencium lembut kening gadis itu dengan susah payah.

"Gue juga cinta sama lo, Fira."

The Annoying BOYS (COMPLETED)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن