Maafkan aku.

200 12 0
                                    

Maafkan Aku.

Lapangan SMA Bakti mulai ramai dipadati siswa, ciptaan Allah yang menjadi kebutuhan seluruh makhluk bercahaya terik diatas sana, burung-burung yang tadi berkicau sudah pergi mencari makanan.

Beberapa pahlawan yang memakai baju coklat keemasan sudah berjalan menyusuri kelas-kelas yang akan mereka mulai didik lagi hari ini, sementara siswa-siswi yang memakai seragam putih abu-abu yang tadi masih betah berkeliaran kini sudah tidak terlihat, tersisa mereka yang memakai seragam olahraga, kumpulan itu betah berdiri panas-panasan di bawah terik matahari.

Hari ini merupakan pelajaran olahraga bagi kelas XII ips 1 dan 2 maka dari itu sejak 10 menit yang lalu para siswa sudah berbaris di tengah lapangan untuk melakukan pemanasan.

Pemanasan dipimpin oleh satu siswa sebagai contoh sementara yang lainnya mengikuti. Matahari pagi itu cukup terik membuat keringat mereka cepat bercucuran. Setelah melakukan pemanasan, sang guru segera memberitahu materi yang akan di-praktikan hari ini, dan ternyata Sepak Bola, salah satu olahraga yang paling banyak diminati kaum adam. Praktiknya mudah, hanya menendang bola, menggiring dan memasukkan ke dalam gawang sesuai apa yang diajarkan sang guru, tentu ini mudah bagi laki-laki tapi untuk kaum hawa? Tidak, dan disinilah kalian akan mendengar jeritan-jeritan mengenaskan dari mereka.

Setelah semua siswa selesai melakukan praktik, disinilah pertarungan dimulai. IPS 1 vs IPS 2, tanding bola dimana Bapak guru sebagai wasit sekaligus pelatih, ini untuk kaum adam sementara kaum hawa duduk di pinggiran lapangan sebagai pendukung kelas masing-masing.

"Ips satuuuuu, juaraaa" teriak Naya mengundang kehebohan teman-teman sekelasnya untuk ikutan berteriak. Adegan melempar dukungan dimulai. Keringat kaum Adam yang bergulat di tengah lapangan mulai bercucuran, sedangkan yang wanita sudah kehabisan suara karena terus teriak-teriak memberi dukungan.

"Teriak truuuss sampai habis tuh suara" cerocos Nabila yang baru saja duduk di samping kiri Risma. Dia dan Ira baru saja kembali dari kantin untuk membeli air mineral.

"Nih, minum dulu biar tuh suara normal lagi" Ira menyodorkan sebotol air mineral dan cepat diambil Risma lalu meneguknya.

"Thanks"

"Siapa kitaaa"

"Ips satu"

"Siapa kitaaa"

"Ips satu"

"Siapa yang juaraaaa"

"Ips satu"

Layaknya pendukung timnas di gelora Bungkarno, mereka juga tidak mau kalah. Yang menjadi pengumpan adalah Ayu kemudian dijawab oleh seluruh rekan sekelasnya, termasuk Risma dan terkecuali Nabila. Pertandingan mulai panas ketika ada yang terjatuh, tentu akan mengundang emosi, tapi bagaimanapun akan bisa dikendalikan oleh sang guru.

"Rismaaaa, ihhh" pekik Nabila yang ternyata sejak tadi terus berteriak memangil sahabatnya itu yang berjarak sekitar 5 meter.

"Kalian mau kemana? Udah duduk sini aja, tuh pantat gelisah banget sih!" jawab Risma, matanya fokus pada benda bulat yang terus menggelinding di lapangan.

"Dhuha, Rismaaaaa. Ayooo" Ira yang menjawab.

Risma tidak peduli dengan ajakan Ira, ia masih betah berteriak dengan rekannya yang lain sampai lupa kalau mereka memiliki agenda sholat Dhuha hari ini.

Ira terus mendesak Risma agar berdiri dari posisi duduknya, bahkan Nabila pun mulai menarik-narik tangan sahabat nya itu.

"Ikhss, sakit Nabiiil" pekik Risma sambil berdiri dari posisi duduknya.

"Sholat dhuha Rismaaa, udah mau masuk nanti..."

"Kalau mau sholat, sholat aja sendiri. Nggak tahu apa orang lagi sibuk?" bentak Risma tepat di depan wajah nabila.

Pejuang Cinta Allah.Where stories live. Discover now