Perbaiki ibadahmu.

103 7 0
                                    

Sudah menjadi tradisi untuk ketiga sahabat tersebut nongkrong di salah satu tempat yang terbuka pada minggu sore. Mereka melakukan itu bukan untuk duduk bergosip atau ketawa-ketiwi curhat, namun yang mereka lakukan adalah diskusi atau melanjutkan hafalan Al-Quran mereka.

Seperti sore ini misalnya, mereka sedang melanjutkan hafalan Al-Quran mereka di taman sambil menikmat jajanan yang sudah mereka beli.

"Hafalan Al-Mulk kamu gimana, Ma?" Tanya Nabila.

Risma mendesah panjang, "masih sebelas ayat, nggak maju-maju" keluhnya.

"Kok bisa?" Tanya Ira.

"Akutuh sibuk, tahukan tugas banyak, belum lagi pekerjaan rumah yang harus aku kerjain. Resiko satu-satunya anak perempuan kok gini amat sih" keluhnya lagi.

"Hmmm iyasih! Tapi kan, kamu pasti punya waktu luang, subuh misalnya setelah sholat tahajjud?"

Risma memperlihatkan cengirannya, "aku jarang sholat tahajjud" ucapnya cengengesan.

"Pasti karena tidurnya kemalaman, brgadang mulu!"

"Tuh Nabila juga, tidur sampai jam 1 malam" ngaduhnya.

"Serius, Bil?" Kaget Ira dan Nabila hanya ikut cengengesan sambil memperlihatkan jari berbentuk gunting *peace*.

Ira geleng-geleng kepala, "katanya ada program sebulan tahajjud, kok cuman jadi wacana doang?" Sindirnya.

"Iya-iya, nanti diusahain koq" jawab Nabila, "soalnya udah biasa begadang, jadi kalau tidur cepat tuh kayak susah, mata nggak mau tertutup"

"Betul pak ekoo" sambung Risma.

"Yah gimana mata bisa tertutup kalau di depannya ada layar ponsel yang nyala" sindir lagi Ira.

Stuck. Nabila dan Risma sudah tidak bisa mengelak lagi. Mereka berdua selalu saja begadang padahal bukan untuk tujuan yang bermanfaat.

Padahal, setiap harinya Ira selalu mengingatkan untuk tidak tidur larut malam, apalagi untuk tujuan yang tidak penting. Karena jika tidur larut malam, bisa-bisa mereka tidak akan melaksanakan sholat Tahajjud dan sholat lail lainnya. Bahkan terkadang, sholat subuh juga bisa terlewatkan.

"Eh- anu. Bil, gimana sama calon imam kamu kemarin? Udah di telfon belum?" Ucap Risma mengalihkan pembahasan.

Kening Nabila membentuk lipatan, "Calon imam?" Tanyanya.

"Iyaaa, cowok yang kemarin nitip salam ke kamu itulhoo."

Nabila berfikir sejenak, "oh itu?"

"Ingat kan? Nah gimana-gimana?"

"Apanya yang gimana, Ma?" Ira yang bertanya.

"Ihhh maksud aku, tuh orang udah hubungi Nabil belum? Udah mau satu minggu lho sejak kejadian itu!"

"Kalau udah kenapa dan kalau velum juga kenapa?" Ira menimpali.

Risma mendengus, "akutuh nanyanya sama Nabila, tahu!" Ucap Risma jengkel.

"Belum!" Jawab Nabila.
"Emang kenapa sih?" Lanjutnya.

"Gini!, kali aja kan kalian tuh jodoh, awal pertemuan kalian di masjid, trus kamu Bil, nikah muda plus dapat imam soleh. Duuuuhhh pasti bahagia banget deeh" ucap Risma asal. Ia berangan sambil memeluk tas ransel mininya dan senyum-senyum tidak jelas.

Ira geleng-geleng kepala sambil membuka lembaran buku yang ia bawa, sementara Nabila melongo mendengar ucapan dan angan-angan sahabatnya itu.

"Nggak! Aku nggak mau nikah muda" tolak Nabila.

Risma membulatkan matanya, "lhoo emang kenapa? Nikah kan ibadah, semakin cepat semakin baik!"

"Iya baik, kalau niat kamu nikah karena Allah. Bukan karena mau dapat pujian, bukan juga demi kejar dunia. Nikah itu emang ibadah, tapi bukan bisa kapan aja, cek ibadah kamu udah bagus belum? Jangan mikirin perihal nikah mulu, perbaiki akhlak dan pengetahun tentang agama, itu yang lebih utama". jawab ira sambil menggigit gorengan dan matanya fokus ke tulisan yang ada di bukunya.

Nabila mengangguk setuju dan memberikan dua jempol tangannya ke wajah Ira. Sementara Risma hanya memanyunkan bibirnya.

"Tapi kan, nikah juga buat menyempurnahkan ibadah" ucap lagi Risma, mempertahankan apa yang ia tahu.

Ira mengangguk, "emang bener gitu! Cumaan, masa kita mau nikah tanpa tahu ilmu agama? Dan masa iya ibadah kita disempurnakan oleh suami sementara kita tidak bisa menyempurnakan ibadah suami kita."

Risma menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "pusing ihh, kalimat kamu berbelit-beli banget"

Ira hanya membuang nafasnya gusar.

"Oh ya, aku juga pernah baca, katanya nikah itu butuh yang namanya persiapan matang. Fisik, akal dan yang paling penting tuh ilmu, apalagi kita kan calon ibu, madrasah pertama untuk anak-anak kita nanti, kalau kitanya bodoh, mau dididik kayak gimana mereka?" Sambung Nabila.

Risma kembali memanyunkan bibirnya. Diam. Tak tahu harus memberikan argumen apalagi.

"So! Stoop bahas nikah-nikah mulu, stop juga bahas calon imam apalah itu, zina tahu kalau bayang-bayangin laki-laki terus!" Ucap Ira
"Mending, baca ni buku. Pahami, resapi dan amalkan nilai positifnya" sambung Ira memberikan sebuah buku yang tadi ada dalam tasnya.

.
.

Alhamdulillah.

Maaf kalau partnya gaje, heheh.
Diambik hikmahnya kalau ada.

Oh yaaa, mana nih yang bahasnya nikah mulu, sama calon imam padahal ibadahnya gitu-gitu aja?.

Dekati Allah dulu yha teman-teman, entar dia yang diinginkan bakal datang sendiri kok atas izin Allah.

Luvyu.

Pejuang Cinta Allah.जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें