Calon Imam

117 6 0
                                    

***

Masjid raya di pusat kota sudah mulai ramai dipadati para muda-mudi muslim. Laki-laki berpeci hitam mulai berdatangan, dari usia kanak-kanak hingga kakek-kakek. Perempuan berjilbab lebar hingga bercadar juga mulai berdatangan dan memasuki rumah sang Ilahi.

Minggu pagi ini, tempat yang menjadi kunjungan sebagian masyarakat adalah masjid Raya kota, dimana hari ini kedatangan tamu hafidz muda sekaligus pengusaha yang menjadi perbincangan di masyarakat.

"duuhh! Hafidznya mana sih? Ya ampuuun nggak sabar" ucap Risma sudah hampir sepuluh kali.

Ira dan Nabila hanya bisa geleng-geleng kepala sambil terus tersenyum. Tidak bisa dipungkiri, mereka juga sedang menantikan kedatangan sang hafidz yang menjadi idola tersebut. Mereka bertiga datang satu jam sebelum waktu yang ada pada jadwal, saking tidak sabarnya.

"Jangan terlalu histeris atau berlebihan yha, ingat tujuan kita kesini tuh buat dapat ilmu dari ka Ibrohim, jadi luruskan niat. yhaa walaupun juga saya juga belum tentu seperti itu, tapi kita sama-sama perbaiki niat supaya bernilai pahala di Mata Allah. Oke?" Ucap Nabila menjelaskan dan dijawab oleh Risma dan Ira dengan anggukan serta acungan jempol.

"Maasyaa Allah, tuh tuh!" Histeris Risma ketika sang hafidz sudah berada di ambang pintu utama masjid.

Hampir semua jamaah yang berada di dalamnya pun ikutan heboh, sebagian dari mereka mulai mengeluarkan ponsel mereka untuk memotret sang hafidz.

Hafidz muda bernama Ibrohim Faddalanul Haq itu memasuki masjid dengan beberapa kerabat yang mendampinginya. Memakai kemeja abu-abu yang dipadu padankan dengan celana kaos berwarna hitam, terdengar biasa saja namun terlihat berwibawa karena balutan iman dan takwa.

Kursi tempat ia akan duduk sudah tersedia. Di dinding depan bagian dalam masjid terpasang baliho dengan wajah sang hafidz dengan macam embel-embel sebagai keterangan.

Tepuk tangan riuh menemani langlah sang hafidz untuk duduk di kusri yang telah disediakan.

"Yaa Robbi, berikan dia sebagai imamku" rintih Risma penuh harapan yang melekat di setiap ucapannya. Ia terus bergumam lalu mengaminkannya sendiri.

"Ihhh jangaann!" Potong Ira membuat kening Risma berkerut.

"Lah! Emang kenapa?"

"Dia tuh calon jodoh aku, tahu!"

"Enak aja! Jelas-jelas aku deluan yang fans dia, jadi dia tuh jodoh aku lah" protes lagi Risma.

"Yhaa walaupun kamu deluan yang fans dia, tapi cinta aku tuh lebih besar daripada kamu!" Sanggah Ira lagi. Ia juga tak mau kalah dalam pembahasan ini.

"Tapi..."

"Huss, uda-udah!" Bentak Nabila, namun tidak dengan suara yang lantang. "Dengerin tuh materi kajiannya, jangan bahas jodoh mulu. Lagian jangan terlalu berharap sama manusia, berharap tuh sama Allah." ucapnya lagi.

"Iya-iyaaa" jawab keduanya bersamaan.

Tepuk tangan terus terdengar di dalam masjid ketika mendengarkan sepatah kalimat penyejuk dari sang hafidz.
Kajian yang dibawakan bertemakan Al-quran yang sesuai dengan usia berapapun.

Para jamaah mendengarkan dengan seksama, beberapa ada yang mulai menangis karena tersadar betapa jarangnya membaca kitab mulia tersebut.

Pejuang Cinta Allah.Where stories live. Discover now