Bulan Matahari : 3

78 18 29
                                    

Tetaplah menjadi dirimu sendiri, tanpa harus merubah dirimu.

-Athaya Matahari-

***
BAGIAN TIGA
***

Athaya kini sedang berkumpul bersama ke empat sahabatnya –Julio, Erika, Bagas, Alvaro

Kini mereka berlima sedang berada di rumah Athaya. "Terus kita kesini mau ngapain?" tanya Alvaro, yang agak kebingungan.

"Hhhh.. Lo dari tadi kemana aja Var?, kita kesini mau ngerjain tugas kelompok dari Pak Herman," Bagas menghela nafasnya berat.

Alvaro menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Kok gue gak tau sih? Tugas apaan emang?"

"Makanya dari tadi telinga lo jangan di sumbat pake beginian." Erika menggambil earphone milik Alvaro, lalu di masukannya ke dalam tas miliknya. "Ini loh tugas yang di suruh bikin makanan, buat nanti kita jual. Ntar hasilnya kita kasih ke Pak Herman, buat nilai Prakarya,"

Alvaro pun mengangguk, lalu duduk di sofa ruang keluarga. Ketika baru saja Alvaro akan mengeluarkan gawainya, Erika sudah mengambilnya lebih dulu.

"Jangan main hp, lo kalo udah main hp jadi orang yang rada-rada," ketus Erika, lalu menyimpan gawai Alvaro di meja.

Namun Alvaro tidak mendengarkan Erika, dan ia pun mengambil gawainya yang ada di meja.

"Varo!!, hpnya simpen gak!?" Erika berteriak, lalu mencubit lengan Alvaro.

"Eh eh iya.." Alvaro pun menyimpan gawainya kembali. "Erika marah-marah mulu, serem. Ini bukan Erika yang gue kenal. Erika yang gue kenal kan receh, udah gitu gak bisa diem lagi."

"Heh, emangnya gue setan apa, di bilang bukan Erika. Ini Erika nii," Lalu Erika pun tiba-tiba meloncat-loncat di atas sofa.

Alvaro pun mengikuti Erika. "Nah, ini baru Erika!" Alvaro berseru.

Mereka kini sudah seperti anak kecil, yang baru saja di belikan mainan baru oleh kedua orang tuanya.

Erika memang tidak bisa diam orangnya, bisa di bilang jahil, dan pencicilan. Namun jika Erika bertemu dengan orang yang tidak ia sukai ia akan berubah, seperti bukan Erika.

Serta Alvaro. Terkadang ia hanya mengikuti apa yang Erika lakukan, seperti saat.

"WOI BOCAH!!" teriak Raga dari pintu depan rumah.

Mereka pun berhenti loncat-loncat dan menenggok ke arah orang yang memanggilnya itu. "Ada apa?" ucap mereka berdua.

"Ngapain loncat-loncat di sofa gue? ini nanti kalo sofa gue rusak, ancur, gimana? Emang kalian mau ganti rugi?!" ujar Raga.

"Nah kan, kasian di omelin, haha. Makanya diem deh kalian tuh, bantuin kita ngolah adonan kek," sahut Athaya sembari mencampurkan tepung dengan telur.

Alvaro pun menatap Erika. "Iya bang sori, maklum lagi bosen bang," ucap Alvaro.

"Makanya biar gak bosen, bantuin kita gitu!" ujar Julio.

Alvaro dan Erika pun menghampiri mereka. "Mama, Papa kita mau eskrim," ujar Erika tiba-tiba dengan muka merajuk.

"Apaan lo Mama Papa?"

"Iya, Mama Athaya dan Papa Julio," Alvaro menahan tawanya.

"Dih apaan lo?, di kira gue Papa lo apa? Dasar dua bocah kurang belaian," Julio pun menjitak kening mereka berdua.

"Aduh sakit Jul!" ujar Erika, sembari mengusap-usap keningnya.

"Sakit ya Rik?, sini gue obatin," namun bukannya di obatkan, Alvaro justru menambah jitakan tersebut.

Bulan MatahariWhere stories live. Discover now