Bab 8

2.4K 425 91
                                    

Yoongi hanya memalingkan wajahnya dan menghela napas lelah, membuat Jimin memandang dirinya getir. "Apa sesulit itu, Hyung?" lirih Jimin sembari mengusap kedua tangan Yoongi lembut, "apa kau selalu memendam semuanya sendirian sejak dulu?" Sendu Jimin.

Yoongi menarik napasnya dalam lalu menggelengkan kepalanya, "Kau tidak akan pernah mengerti."

Jimin merasakan rahangnya bergetar kala mendengar nada sendu dalam ucapan Yoongi, membuat dirinya tidak bisa menahan diri dan menangis kemudian. Membuat Yoongi terkejut dan refleks menggunakan kedua tangannya untuk meraih pundak Jimin dengan ragu.

"A-apa yang kau lakukan?" panik Yoongi.

"Aku sedang menangis!" kesal Jimin, "kau pikir apa yang sedang kulakukan?" keluhnya tak sabar.

"Aku tahu, m-maksudku adalah kenapa kau harus menangis? Kau membuatku ketakutan." Protes Yoongi tak suka.

Membuat Jimin menghentikan tangisannya secara perlahan meskipun sesekali ia masih terisak, "K-kau--" lirih Jimin dengan suaranya yang bergetar, "kau selalu menerima semuanya bahkan saat aku memberikan dirimu makanan yang dibuatkan oleh Bibi Jung. Kenapa Hyung? Kenapa kalau kau tahu bahwa ia menaruh obat-obatan disana, kau masih tetap bisa memakannya? Apa kau tidak takut mati?" Jimin kembali menangis dengan tersedu, air matanya membanjiri kedua pipi tembamnya.

"A-aku, aku merasa bersalah karena aku bahkan selalu memaksamu untuk menghabiskan semuanya. J-jika-- jika saja aku tahu bahwa makanan itu mengandung racun, aku pasti akan menyingkirkannya untukmu. Kenapa kau tidak bilang padaku!" Tangisan Jimin semakin keras terdengar, disertai dengan isakan yang terdengar begitu pilu dari bibirnya.

"Kau bahkan harus berpura-pura lemah dan tidak bisa melakukan apa pun selama ini, apa kau tidak merasa kaku Hyung? Apa tubuhmu baik-baik saja? Hah? Bagaimana bisa kau memerankan dirimu sebagai seseorang yang begitu lemah dan tidak berdaya? Bagaimana bisa?" Jimin kembali memprotes.

"K-kau bahkan--"

Yoongi terkekeh mendengar semua keluhan Jimin, membuat Jimin terdiam karena malu--dengan isak tangis yang sesekali terdengar. "Aku tahu," gumam Yoongi sembari menatap kedua netra Jimin tanpa ragu, "aku selalu memperhatikan bagaimana wajahmu saat melihat tubuhku, dan bagiku.. itu terlihat sedikit tidak profesional."

Wajah Jimin memerah mendengarnya, namun Yoongi segera membawanya ke dalam pelukan. "Terima kasih sudah hadir ke dalam kehidupanku, aku benar-benar terhibur karena seorang perawat sepertimu. Aku seperti menemukan dunia baru saat bersamamu. Kau benar-benar menghibur seorang penyakitan seperti diriku." Kekeh Yoongi.

Jimin mengerucutkan bibirnya, "Jangan begitu, Hyung. Itu tidak baik," keluhnya tak suka, "lalu, apa ada hal lain yang tidak aku tahu, Hyung?" Jimin tersenyum menunggu jawaban Yoongi.

Namun Yoongi hanya menggelengkan kepalanya dan tersenyum tipis, membuat Jimin tersenyum kecut. "Tidak apa, kita pasti bisa memperbaiki semuanya, Hyung. Kau pasti bisa kembali berjalan. Jangan khawatir."

Yoongi tersenyum lembut, "Tapi untuk saat ini, aku berharap kau bisa merahasiakan semuanya dari siapa pun termasuk Seokjin. Bisakah?"

Jimin mengangkat kedua alisnya bingung, namun ia memilih untuk menganggukkan kepalanya. Membuat Yoongi dapat tersenyum lega.
*****



"Jimin-ah, apa tidak apa-apa kau yang memasak sendiri untuk Tuan Yoongi? Itu adalah tugas Bibi Jung, kami semua sudah di tugaskan untuk masing-masing pekerjaan. Jika kau mengerjakannya, lalu apa yang harus kami kerjakan?" Bibi Ong bertanya.

Jimin sempat melepaskan pandangannya dari masakan yang tengah ia buat, menatap Bibi Jung yang terlihat ketakutan kala Jimin mengalihkan pandangannya pada dirinya, lalu Jimin menoleh ke arah Bibi Ong dan tersenyum. "Aku juga hanya melakukan tugasku, Bi. Aku hanya mekakukan tugasku sebagai perawat pribadi Tuan Yoongi. Maka aku akan memastikan segalanya dengan lebih ketat lagi mulai dari sekarang." Ia mengusap lembut lengan atas Bibi Ong, "Jangan khawatir, aku hanya bertanggung jawab untuk Tuan Yoongi. Bukan untuk keadaan rumah. Kalian tidak akan kehilangan pekerjaan hanya karena diriku. Aku yang akan menjamin semuanya."

BORN OF HOPEWhere stories live. Discover now