BAB 16

1.7K 246 109
                                    

Yeee! Gak ingkar, ya? 😹🔨


"Jimin!"

Lelaki bersurai cokelat madu itu tersenyum, menerima pelukan kakak iparnya dengan erat. "Hyung, bagaimana kabar Bayi?" ujarnya seraya mengusap pelan perut Seokjin yang kian membesar.

"Uhn, kami baik-baik saja. Hanya saja, berat badanku kian bertambah karenanya."

Mereka terkekeh pelan, membuat Jimin merundukkan kepalanya, mensejajarkan tubuhnya dengan perut Seokjin. "Bayi, ayahmu tetap terlihat manis meskipun tubuhnya menjadi semakin bengkak, Bayi setuju, kan?" Ia mengusap lembut perutnya. "Sehat-sehat, ya, Sayang. Paman MinMin akan menunggu Bayi untuk bermain bersama." Lalu mencium perut itu lembut, membuat Seokjin tersenyum hangat.

Ia pun kembali berdiri tegak. "Hyung, jangan membuat dirimu kelelahan, ya? Duduklah saja di salah satu kursi. Biarkan kami yang mengurus semuanya." Jimin tersenyum lembut, menuntun Seokjin untuk duduk di salah satu kursi.

Belum sempat dirinya berbalik, Seokjin meraih pergelangan tangannya. "Aku mengundang Moonbyul Sunbae ke acara pertunanganmu besok. Apa tidak masalah?"

Mendengarnya, Jimin mengangguk antusias. "Tentu, Hyung. Tentu saja. Apa dia bersedia untuk datang?"

Seokjin tersenyum lembut. "Ya, Jimin. Dia bilang akan mengusahakannya."

"Ah, Hyung. Kau memang yang terbaik." Ia membawa Seokjin ke dalam pelukan, tersenyum senang, karena akhirnya ia dapat membantu Yoongi.

Ah, Yoongi …

Bagaimana kabar lelaki itu hari ini? Apa dia baik-baik saja? Apa dia meminum obatnya dengan teratur?

Ia melepaskan pelukannya, lalu berjalan menjauh untuk meraih ponselnya. Menghubungi Tuan Go, berharap pria itu akan segera mengangkat teleponnya.

Semenjak hari itu, Jimin sama sekali tidak bisa menemui Yoongi. Lelaki bersurai hitam itu mengatakan bahwa dirinya membutuhkan libur, dan tidak peduli betapapun kerasnya ia berusaha, Yoongi tetap menolak dirinya. Membuat Jimin memutuskan untuk mengikuti keinginan lelaki itu.

Ia menyerahkan tugasnya pada Tuan Go dan mengirimkan makanan untuk Yoongi dengan layanan antar-jemput online.

Hoseok? Lelaki itu jelas saja menyetujui pengajuan liburnya. Hal itulah yang membuat Jimin semakin merasa khawatir.

"Oh, Paman?" tanyanya khawatir, "oh, ya, aku hanya ingin memastikan semuanya baik-baik saja."

Ia mengangguk pelan mendengar penjelasan Tuan Go di sambungan telepon. Mengusap lengan kirinya gugup. "Apa … Tuan Min masih tidak mau berbicara denganku?"

"Tuan Min menitipkan salamnya padamu, Nak. Dia ingin kaumempersiapkan pertunanganmu dengan baik. Dan, dia juga menyampaikan ucapan selamat."

Apa ini?

Kenapa Jimin merasakan sesak di dalam dadanya?

"Tuan Min berharap kebahagiaan untukmu."

Apa ia bahagia sekarang?

"Baiklah. Kurasa, aku harus kembali bekerja, Nak Jimin."

"Ah," lirihnya, "ya, Paman. Maafkan aku menyita waktumu. Selamat bekerja, Paman Go. Sampaikan salamku pada Tuan Min. Tolong katakan, agar dia selalu menjaga pola makan dan istirahatnya. Dan, pastikan kau memijat kakinya setidaknya sekali dalam sehari. Dan--"

"Jangan khawatir, Nak. Aku akan menjaganya dengan baik. Tuan Min bilang, dia tidak ingin mengganggu konsentrasimu dalam menyiapkan semuanya. Beristirahatlah sejenak dari pekerjaanmu, kau harus tampil fresh besok pagi."

BORN OF HOPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang