Bab 3

42 41 45
                                    

  Aku ingin menjadi seperti matahari yang terus tersenyum dan menyinari dunia tanpa kenal lelah dan tidak pernah mengeluh. - J. A

Semua berjalan baik-baik saja hingga sekarang meskipun semuanya sama dan tidak ada yang berbeda. 1 bulan telah berlalu dan aku baik-baik saja begitu juga dengan Rich yang sudah kembali seperti biasa maupun teman-temanku yang lain.

Jadwal yang padat semakin memadat dan memenuhi setiap ruang waktu  dalam setiap hariku. Aku sedikit tertekan dengan ini, aku pikir aku belum bisa melakukan hal yang baik dalam hidupku.

Di hari minggu pagi ini matahari bersinar dengan sangat terangnya diatas sana. Dia mulai menyinari dunia dan tersenyum dengan manisnya setiap kali dia terbangun di pagi hari.  Aku ingin menjadi seperti matahari yang terus tersenyum dan menyinari dunia tanpa kenal lelah dan tidak pernah mengeluh.

Aku memarkirkan mobilku saat aku tiba disebuah tempat.  Aku mengamati tempat itu dan ternyata tidak ada yang berubah sejak bertahun-tahun yang lalu. Hamparan rumput yang menghijau menutupi tanah bagaikan permadani, pohon-pohon bunga sakura masih terlihat tumbuh disini. 

Aku merasa benar-benar bebas disini karena jarang orang yang datang ketempat ini. Hanya pemandangan sederhana yang bisa dilihat, tidak ada yang menakjubkan sama sekali.

Hal ini berbeda untukku.  Tempat ini menyimpan kenangan tersendiri untukku. Aku sering bermain kesini dulu sewaktu aku kecil bahkan karena rumahku tak jauh dari tempat ini dulu.  Aku dan orang tuaku pindah 6 tahun yang lalu tapi aku masih sering kesini setiap kali aku punya masalah.

Sama seperti sekarang,  aku benar-benar membutuhkan ketenangan saat ini. Aku pikir sedikit saja hiburan dapat membuatku rileks untuk saat ini. 

Aku berjalan menelusuri tempat ini hingga aku melihat sebatang pohon yang berdiri kokoh sendirian ditengah-tengah taman ini. 

Aku menghampiri pohon itu dan melihat tulisan bertuliskan namaku disana. Aku menyentuh tulisan itu dan tersenyum mengingat betapa polosnya aku dulu hingga mengukir namaku disebuah pohon.

Aku menuliskan namaku karena melihat seseorang menuliskan namanya dipohon ini lalu aku mengikutinya dengan menuliskan namaku di sisi lain .  Aku mengamati dia setiap kali dia datang ketaman ini dulu.

Dia selalu melihat kearahku setiap kali dia menyadari bahwa aku memperhatikannya tapi disaat aku memanggilnya dia langsung berlari pergi meninggalkanku disana dengan pertanyaan yang memenuhi kepalaku tentangnya saat itu.

Apa yang dia lakukan disini?  Kenapa dia selalu sendirian? Kenapa dia selalu mengatakan sesuatu yang membuatku penasaran?  Kenapa dia tidak ingin bicara denganku? Aku ingin menanyakan semua pertanyaan itu tapi dia tidak pernah memberiku kesempatan.

Hari terakhir aku melihatnya saat aku pindah rumah,  aku ketempat ini untuk mengucapkan selamat tinggal dan melihat tempat ini sekali lagi.  Aku melihatnya berdiri didepan pohon itu berbalutkan jaket wol tebal juga dengan sebuah syal berwarnah merah maroon yang melilit lehernya.

 
Aku menghampirinya dan dia hanya menatapku dalam diam. "Aku pindah rumah hari ini,  aku tidak akan melihatmu lagi. Selamat tinggal"  ucapku sambil tersenyum dan menjulurkan tanganku untuk salam perpisahan.

"Hari ini pertama kalinya kita berbicara tapi juga mungkin akan jadi yang terakhir" ucapnya sambil tersenyum dan aku terkejut karena ternyata dia bisa berbicara.  Aku mengira bahwa dia bisu.

"Selamat tinggal" ucapnya sambil mengambil uluran tanganku dan kami berjabat tangan. Itulah akhir dari pertemuan kami.

Aku berjalan kesisi belakang pohon dan mencari ukiran nama gadis itu. Aku menemukannya dan membungkukkan badanku untuk melihatnya.  Kami benar-benar pendek dulu.  "Leah" ucapku sambil membaca tulisan itu.

Snow In DecemberWhere stories live. Discover now