Bab 5

10 20 53
                                    


Selamat pagi dunia!  Terima kasih karena telah memberiku hidup untuk hari ini. 

Aku melirik kearah jam dinding yang menunjukkan pukul tujuh pagi.  Masih ada dua jam waktu tersisi untuk bersiap-siap dan pergi bekerja. 
Trrrr

Aku mengambil hp yang bergetar yang menandakan ada pesan masuk.

'Chelsea' nama yang tertera di pesan itu. 

"maaf karena aku pulang duluan kemarin.  Aku harus memberimu  waktu untuk berduaan dengan pria.  Karena kau tahu sendiri itu tidak baik." bunyi pesan itu yang membua ku mendengus kesal. 

"Apa kau yang memberitahu Rich alamat rumahku?!!" balasku.

"Ya, aku yang memberitahunya.  Maafkan aku,  hahaha"

"Bisa-bisanya dia tertawa setelah membuatku emosi.  Dasar kau menyebalkan. " dengusku sangat kesal dan pergi beranjak dari kasur dan melompat-lompat kecil menuju kamar mandi. 

Aku berjalan menuju halte bus setelah mengunci pintu dan memastikan rumah dalam keadaan aman untuk ditinggal pergi.

Aku duduk dikursi halte bus sambil mengayun-ayunkan kakiku . Aku melihat kearah jalan dan tidak terlihat tanda-tanda mobil besar itu telah sampai. 

Sebuah mobil berwarna merah berhenti tepat didepan halte bus. Kaca mobil itu terbuka dan menampakkan si pemilik mobil.

"Mau pergi bekerjakan?" tanyanya sambil menggunakan kaca mata berwarna hitam, meskipun dia didalam mobil.

Apa dia mengadakan Fashion Show di dalam sana? Dasar pria gila. 

"Ayo naik" ucapnya sambil menoleh kearah kursi disebelahnya. 

"Tidak ,terima kasih.  Aku bisa menunggu bus disini." tolakku dan melihat bus berwarna merah itu berjalan mendekat. 

"Lihat busnya sudah sampai." ucapku sambil menunjuk kearah bus yang terparkir di belakang mobilnya. 

"Sampai jumpa ditempat kerja" ucapku sambil membungkuk untuk memberi salam. Aku berjalan kearah bus itu dan mengambil kursi di dekat jendela. 

Aku melihat mobilnya memotong bus yang aku naiki dan melaju dengan cepat meninggalkan bus ini dibelakang. 

Aku turun dihalte bus didepan tempatku bekerja dan berjalan memasuki perusahaan itu.  Aku menyapa dan membungkuk pelan untuk memberi salam kepada rekan sesama kerjaku. 

Kami satu perusahaan, hanya saja berada didivisi yang berbeda. 

Cklekk

Aku membuka pintu dan mengucapkan selamat pagi kepada orang yang ada di dalam ruangan kerjaku. 

Aku juga melihat Chelsea disana.  Dia sudah sampai lebih dulu.  Dia terlihat sedang berbicara dengan para members grup.  Dan pria tadi juga ada disana dan sekarang dia sedang menatapku. Tapi aku tidak memperdulikannya. 

"Leah!  Selamat pagi" ucapnya ceria sambil melambaikan tangannya kepadaku.  Tapi aku hanya menatapnya dengan wajah datar sebentar.

Aku menaruh tasku didekat kursi yang ada dekat meja rias dan memulai pekerjaanku. 

Aku duduk dan mulai menggambar.  Membuat sketsa dengan guratan-guratan pensil.

"Kau marah padaku?" tanya seseorang yang memelukku dari belakang. 

Aku melepaskan tangannya yang melingkari leherku. 

"Ayolah,, bagaimana semalam? Apa yang terjadi?" tambahnya lagi tapi aku mengacuhkannya dan sibuk kembali dengan pekerjaanku.

"Hey,,  kenapa kau diam saja?"

"Leah!!  Bisakah kau kemari sebentar!" panggil seseorang yang aku tahu itu suara manager dari para artist ini.

"Baiklah aku kesana" teriakku membalas panggilannya dan pergi menghampirinya.  Meninggalkan Chelsea disana. 

"Mereka ada konser untuk minggu  depan, jadi kau bisa merancangkan banyak pakaian untuk mereka kan? Dalam waktu satu minggu" Jelas pak Manager dan aku mengangguk, tanda aku siap.

Aku Melirik kearah  empat orang pemuda yang duduk di sofa di depanku. 

Rich nenatapku sambil tersenyum sedangkan pria yang menawarkanku tumpangan tadi pagi melihatku dengan tatapan serius. 

Apa dia merasa sakit hati karena aku tidak menerima tawarannya?  Baguslah kalau itu benar. 

Aku melihat lagi kearah manager "Bisakah aku bicara empat mata denganmu?" ajakku dan dia mengajakku sedikit menjauh dari mereka semua. 

"Apa yang ingin kau bicarakan denganku? "

"Aku punya sebuah permintaan pak"

"Apa?"tanyanya dengan serius. 

"Bisakah aku mengerjakan pekerjaanku dirumah atau di toko kami?"

"Ada apa?" tanyanya penasaran dengan permintaan yang aku ajukan.

"Aku hanya merasa lebih bebas. Tapi aku akan tetap kesini meskipun tidak setiap hari" tawarku lagi dan dia telihat berpikir serius sambil menatapku sesekali. 

"Baiklah" ucapnya sambil tersenyum dan aku merasa puas. 

"Terima kasih banyak"ucapku sambil tersenyum senang seperti seorang anak yang baru dibelikan mainan baru. 

.....

Aku mengendarai mobil sport berwarna merahku dengan kecepatan normal. 

Seorang gadis yang sedang duduk di halte bus membuatku berhenti saat melihatnya.

Aku memperhatikan dia sebelum aku menurunkan kaca mobil dan bertanya untuk memberikannya tumpangan. 

Lagi, lagi dan lagi dia hanya bisa menolakku.  Benteng yang kau bangun terlalu kuat.  Terlalu sulit bagiku untuk menghancurkannya.

Aku memacu mobilku menembus jalanan yang masih basah.

.....


"Dikabarkan sistem keamanan dinegara kita mengalami kekacauan belakangan ini.  Teroris mulai banyak muncul dan membuat keributan.  Hal ini sebelumnya pernah terjadi beberapa tahun yang lalu. Kepala kemiliteran sedang berusaha keras mengatasi masalah ini dan kami belum mendapatkan informasi pasti mengenai masalah ini. " 

Aku menarik napas panjang dan memejamkan mataku sesaat setelah melihat berita itu di televisi yang tergantung didinding ruangan. 

"Apa lagi ini? Papa apa kau baik-baik saja? " cemasku dalam hati sambil berdoa. 

Aku khawatir. Bagaimana jika mereka mengincarnya?  Dia adalah sasaran paling empuk bagi para teroris itu dan para orang yang membencinya. 

Aku takut kejadian bertahun-tahun yang lalu akan terjadi lagi.  Apa yang harus aku lakukan sekarang?  Bagaimana caranya aku bisa melindungi orang lain saat aku tidak bisa melindungi hidupku sendiri?.

















You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 23, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Snow In DecemberWhere stories live. Discover now