16. Penjelasan

109 29 1
                                    

Jaehwa terus saja melihat ke arah cermin di ruang tari tempat biasa dia latihan. Wajahnya sangat kusam, terlihat seperti orang yang tidak pernah mengurus diri sendiri. Jaehwa pun berdiri, merogoh tas ransel yang tergeletak di kursi samping speaker actif untuk mengambil sabun muka yang memang sering kali dia bawa saat kuliah.

Jaehwa melenggang keluar dari ruangan tari untuk membasuh wajahnya yang kusam, namun terhenti ketika lelaki yang sengaja dia jauhi akhir-akhir ini menarik pergelangan tangannya dengan paksa.

"Ada apa sih Jim?"

Jimin tidak menghiraukan pertanyaan Jaehwa, dia terus saja berjalan ke taman belakang yang jarang dihampiri oleh mahasiswa/siswi lain.

"Kalau kamu mau menjelaskan yang terjadi saat ini, percuma! Aku ngga akan mendengarkan apapun yang keluar dari mulutmu."

Jaehwa terisak, dia menahan sakit di pergelangan tangannya juga hatinya. Setetes cairan bening jatuh di pipi gembilnya, segera dia usap agar Jimin tidak melihat. Dia tidak mau terlihat lemah di hadapan lelaki yang tega mengkhianati dirinya.

Sesampainya di taman belakang, Jimin mendudukkan Jaehwa di kursi kayu yang panjang. Lalu Jimin berjongkok di hadapan Jaehwa.

"Jee ... aku tau aku salah, maafin aku. Tapi yang perlu kamu tau, aku beneran cinta sama kamu Jee, ngga pernah ada dusta disetiap ucapanku tentang aku sangat mencintai–"

"Bulshit!" pekik Jaehwa memotong ucapan Jimin. Dia tidak tahan lagi mendengar ucapan penuh cinta yang diutarakan oleh Park Jimin.

"Aku berani sumpah Jee kalau aku beneran cinta sama kamu." Jimin memegang kedua tangan Jaehwa dengan lembut.

"Ngga perlu bersumpah jika kamu masih berani berdusta."

Jaehwa mengedarkan pandangannya ke segala arah, tidak mau melihat Jimin yang menunduk lesu dan berjongkok di bawahnya.

"Aku ngga bermaksud seperti itu Jee ... aku sama Irene udah lama ngga ada komunikasi, Irene saat itu tiba-tiba menghilang, aku ngga tau dia ke mana, terus aku ketemu sama kamu, dan jatuh cinta pada pandangan pertama, ya aku anggap aku sama Irene udah putus ...."

Jimin berdiri, tangan kanannya mengusap pipi gembil yang dulu sangat sering dia cubit karena gemas. Sedangkan Jaehwa hanya diam, dia sangat merindukan hal yang dulu sering Jimin lakukan.

"Aku mohon ... kamu bisa percaya sama penjelasanku Jee," ujar Jimin memohon.

"Terus kenapa baru sekarang kamu jelasin ke aku? Kenapa ngga cerita dari awal? Kenapa kamu alasan ke aku sibuk waktu kamu batalin semua janji kamu hanya demi bisa nemenin maba itu?"

Jaehwa tak kuasa menahan bendungan air di matanya yang siap meledak. Keluarlah cairan bening itu dan membasahi pipinya.

"Aku tau kamu sama anak maba waktu kamu batalin acara kita ke tempat buku, Seulgi dan Eunha lihat kamu! Tapi aku selalu diam dengar alasan kamu latihan dan latihan," ujar Jaehwa menggebu, "memangnya tidak ada istirahat sama sekali? Ah iya, kan latihan sama mengurus dua pacar bikin kamu lelah sampai aku tidak dihiraukan."

"Aku cuma ngga mau nyakitin kamu Jee, aku mau berusaha selesaikan dengan Irene secara baik-baik, tapi–"

"Tapi nyatanya kamu menyakitiku sampai terasa hancur tak bersisa Jim."

Jaehwan&Jaehwa || Kim jaehwan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang