Chapter 3 : The Feeling

6.2K 813 102
                                    

🐥❤🐱

Jimin mengusap darah dari bibirnya dengan dengusan remeh.

"Sudah puas kau, Park?" tanya Kim Taehyung dengan lolipop ditangannya. Kedua mata birunya menatap tumpukan orang-orang terluka dengan cemberut. Jimin, jika sudah kejam, tidak kenal ampun.

"Belum. Aku ingin menyiksa mereka lebih lama lagi." dengan gelagat sombong, Jimin mengangkat tongkat baseball-nya yang penuh dengan percikan darah ke bahu dan berdecak kesal.

"Oh ayolah, kalian tidak bisa bergerak lagi? Dasar lemah!" Jimin kemudian menjambak rambut sosok yang mengkhianatinya dengan kasar. Kedua mata abu-abunya berderak seperti badai yang bisa menghancurkan apa saja menciutkan nyali siapapun.

Membuat orang yang ditatap merasa seperti berhadapan dengan iblis secara langsung.

"Dan kau, mana kekuatanmu seperti beberapa hari yang lalu? Merasa sangat kuat, huh? Ayo bangun, bajingan sialan! Hadapi aku seperti kau menendang dahiku ini~!" Jimin terkekeh senang ketika namja itu mulai menangis dan mengemis.

Rasanya menyenangkan melihat mereka lemah karenanya.

"Kau membuatku muak." dengan kejam, Jimin membanting kepala namja itu ke aspal. Jimin sedang memuaskan dahaga dendamnya.

Tidak peduli bagaimana tindakannya di anggap tidak manusiawi. Memang, Jimin mengakuinya. Mengapa tidak? Ia senang bisa bebas seperti ini.

"Jim, polisi sedang bergerak ke sini dan akan tiba dalam 10 menit." Jeon Jungkook diam-diam muncul disamping Jimin dan berbisik di telinga sang pemimpin.

"Kalian boleh bubar." Taehyung dan Jungkook mengangguk paham bersamaan dengan pasukannya yang berlalu dari tempat tersebut.

Beranjak dari jongkoknya, Jimin menatap semuanya dengan tatapan kosong. Ia menatap puas dengan pemandangan menyedihkan didepannya. Terima kasih kepada didikan keras keluarga sialannya.

Mereka yang membuat Jimin seperti ini.

"Poi-poi pecundang~😏" namja berambut hitam itu mengeluarkan rokoknya dan menghisap nikotin itu dengan desahan puas. Ia pun keluar dari tempat tersebut.

Senyuman manis itu kembali terlintas  dipikirannya. Langkah Jimin terhenti.

'Terima kasih.'

Namja pucat itu berterima kasih padanya. Suatu hal yang asing bagi seorang Park Jimin. Tanpa berpikir jernih, Jimin berbalik dan kemudian mulai berlari.

~000o000~

Kedua mata abu-abu badai menatap pintu depan dengan jantung yang mulai berdegup kencang. Ia tidak tahu kenapa. Tapi, rasa ingin bertemu dengan namja itu begitu kuat.

Jimin tidak sabaran. Ia mulai menendang pintu itu dengan kasar. Pintu pun terbuka dan pemandangan didepannya menbuat napas Jimin tercekat.

Namja pucat itu terlihat sangat mungil dalam balutan sweater putihnya yang menutupi pahanya serta memakai celana biru dongker pendek selutut. Wajah pucat manis berpadu dengan rambut putih itu membuat sosok didepannya menjadi lebih unik dan... cantik.

Your Voice | MINYOON (Complete) Where stories live. Discover now