Chapter 14 : Life or Death of Beloved

4.7K 632 59
                                    

😳😳😳😳😳

Hai Chingu~
Sekarang nama akunnya udah jadi @Tressie_G . Kalian boleh manggil apa aja yang menurut kalian tampak akrab sama saia :)
Panggilan dulu juga boleh
Tapi, buat readers baru dapat manggil saia 'Kak Es'  bagi 17 tahun dibawah :')
Dan 'Esie' bagi seumuran atau lebih dri 17 tahun.

Serah kalian aja mau manggil apa :'v
'Kak Ifa' ato 'Fa' juga boleh kok 😘

.
.
.
.
.


27 November 2002

Bagi seorang Park Jimin, ibunya adalah hal terindah di dunia. Rambut hitamnya yang menurun padanya juga manik hitam belerang berbinar penuh kasih sayang saat melihat Jimin. Senyumnya juga begitu lebar dan cantik membuat sang ibu, Park Jyuhae terlihat bersinar.

"Jimin." anak kecil berusia 8 tahun segera membeku saat tengah bermain.

"Ba-baik, Appa." Jimin berdiri murung dari kegiatannya.

"Gyeunsu, mengapa kau tidak memberinya waktu bermain sebentar? 30 tadi baru saja kau memberinya beberapa berkas kantormu." tanya Jyuhae lembut membuat Appa Jimin, Park Gyeunsu mau tidak mau berdecih kesal dan berbalik meninggalkan ruangan.

"Whoah, eomma! Bagaimana eomma dapat mengusir appa dari ruangan ini? Apakah eomma menggunakan kekuatan khusus?" eomma Jimin hanya tertawa kecil dan menggelitik pinggang Jimin dengan sayang.

"Tentu saja eomma bisa. Karena eomma adalah raja yang sesungguhnya." jawab Jyuhae dengan nada bermain-main membuat Jimin terkikik khas anak-anak.

"Eomma sangat hebat! Aku mau menjadi seperti eomma!" hati Jyuhae menghangat melihat ketulusan dan keceriaan Jimin padanya sebelum mengulas senyuman sendu dan meraih kedua tangan anaknya.

"Jimin-ah..."

"Nde, eomma?" Jyuhae memandang lekat wajah anak semata wayangnya.

"Kedepannya akan semakin sulit. Tapi, eomma yakin kau dapat menghancurkan semua rintangannya." jantung Jimin berdegup kencang penuh antisipasi mendengarnya.

"Rintangan?" Jyuhae mengangguk meyakinkan.

"Ya. Rintangan. Baik itu hidup disarang ular, diburu, dan dimangsa, kau harus keluar menjadi pemenang Jimin-ah." entah kenapa, Jimin merasakan matanya berkaca-kaca dan mengeratkan kaitan tangan mereka.

"Aku akan terus menjadi pemenang, eomma." Jyuhae tersenyum lembut.

"Aku yakin Jimin akan melakukannya."

~000o000~

Hari itu, Jimin melihatnya dengan jelas.

Rasanya seolah-olah hatinya keluar dari tempatnya melihat peti mati tertera didepannya. Siapa itu? Jimin melihat seluruh mata menghinggap padanya yang baru saja pulang sekolah.

Mengapa semua melihatnya dengan pandangan kasihan?

"HENTIKAN!" teriak Jimin yang mulai terisak dan bersimpuh didepan peti mati. Di atasnya, tertera foto sang ibu tercinta yang telah berbaring tenang disana.

"Hentikan ta-tatapan kalian! Ini bu-bukan eomma! BUKAN!" Jimin berteriak. Ia ingin menutup mata meski ia tahu bahwa apa yang dilihatnya nyata.

Your Voice | MINYOON (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang