Chapter 31

78.8K 4.9K 94
                                    

Terima kasih sudah menunggu
Jangan lupa vote dan komen yaa

Selamat menikmati...
♪ ♬ ヾ(´︶'♡)ノ ♬ ♪

*

Sejak kemarin banyak wanita yang keluar masuk kantor Ekon. Ekon sengaja memanggil mereka untuk menyalurkan hasrat prianya tapi setiap kali dia mulai terbuai bayangan istrinya terlintas di kepalanya begitu saja dan membuat hilang keinginan tersebut seketika.

Seperti sore ini, ia menjambak rambutnya frustasi. Pekerjaan yang monoton dan tak ada tantangan membuatnya bosan. Dibukanya laci meja dan mengambil sebatang rokok. Sudah lama semenjak ia tinggal bersama Naomi, Ekon tak pernah memegang rokok sebatang pun.

Dihembuskannya asap rokok ke arah langit mendung London.

Suara langkah high heels terdengar memasuki ruangan dan Ekon tahu siapa itu. Ia mengacuhkan kehadiran Margo dan kembali larut dalam pikirannya.

Margo mendekat untuk berdiri di samping Ekon, ia ikut menatap jalanan kota London dari atas. Ekon tak mengeluarkan satu kata pun dan membiarkan Margo melakukan apapun sesuka hatinya.

"Aku merindukanmu."

Ekon hanya menghela nafas berat dan meninggalkan Margo yang masih berdiri, ia duduk di sofa dan menatap tubuh Margo dari belakang. Sebuah seringaian terbentuk di bibir Ekon yang sedang menghisap rokok.

"Aku sangat merindukanmu, rasa-rasanya aku akan mati saja."

"buktikan."

"ya?" Margo membalikkan tubuhnya yang indah dan menatap Ekon dengan bingung.

"buktikan jika kau merindukanku."

"maksudmu?"

Ekon menghembuskan asap rokok untuk terakhir kalinya sebelum ia mematikannya dan membuangnya pada asbak.

"jika kau merindukanku maka buktikanlah dengan tubuhmu. Aku hanya pensaran sebagaimana besarnya reaksi tubuhmu jika kau merindukanku."

Tanpa menunggu kelanjutan dari kalimat itu, Margo dengan cepat duduk di atas pangkuan Ekon dan melumat bibir pria itu dengan rakus. Ia akan membuktikan jika dirinya jauh lebih baik dari istrinya. Ia akan membuat Ekon bertekuk lutut padanya. Ekon hanya miliknya seorang.

Ekon terkekeh di sela-sela ciuman dan membalas ciuman Margo tak kalah lihai. Mereka berdua berciuman hingga keduanya kehabisan nafas.

"aku akan mengambil wine untukmu."

Dengan nafsu yang masih tergambar jelas di matanya, Margo mengangguk dan membiarkan Ekon mengambil wine pada kulkas kecil.

"hanya tersisa tahun 93 dan 87, kau ingin minum yang mana?"

"87."

Ketika Ekon menyiapkan wine untuk mereka berdua, Margo merasakan getaran pada ponsel pria tersebut sedari tadi. Di liriknya Ekon dan pria itu masih sibuk menyediakan gelas, kesempatan bagi Margo dan melihat siapa yang menelepon.

Dua panggilan tak terjawab dari 'My lil kitten'

Drrrt drrt

Margo hampir terlonjak kaget ketika ponsel pria tersebut kembali bergetar dan istrinya kembali menelepon, dengan cepat Margo menolak sambungan telepon tersebut dan mematikannya agar tak ada lagi yang menganggu momennya dengan Ekon.

Ekon duduk di sebelah Margo dan dengan gerakan menggoda wanita itu mengambil wine dari tangan Ekon, di letakannya kaki jenjangnya yang putih mulus ke atas paha pria itu untuk semakin menggodanya.

"Ekon, aku belum pernah berciuman dengan wine, kau ingin mencobanya?"

Margo meminum wine tersebut dan dengan sengaja sedikit menumpahkannya dari sudut bibit. Teteas wine yang jatuh mengalir melalui dagu, leher dan masuk kedalam kemeja ketat yang ia kenakan. Gerakan itu tak pernah lepas dari pandangan mata Ekon, di jilatnya aliran wine di leher Margo membuat wanita itu mengerang senang.

Lidah Ekon semakin naik menuju dagu dan berakhir di bibir merah Margo.

"Sir!"

Suara khawatir dari Albaraj menghentikan gerakan bibir keduanya, Margo berdecak kesal dan Ekon hanya mengangguk untuk memberikan kesempatan Albaraj berbicara.

"Istri anda dalam bahaya."

Satu kalimat itu membuat Ekon tersadar dan mendorong Margo dari pangkuannya.

"apa? apa yang terjadi? dimana dia sekarang?"

"seseorang memasuki rumah dan terdengar ia sangat ketakutan."

Ekon tak perlu mendengarkan sisa cerita dari Albaraj, ia tak ingin membuang-buang waktu. Ekon takut jika ia datang terlambat maka semuanya tak bisa diperbaiki lagi. Naomi, untuk kesekian kalinya Ekon berdo'a kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh agar istrinya tak terluka. Semoga ketika ia pulang nanti istrinya masih di rumah mereka, menunggunya pulang dengan masakan yang masih hangat di meja makan.

Ekon mengebut tak peduli denda yang akan ia kenakan nanti karena sekarang yang ia takutkan adalah keselamatan istrinya. Ekon memarkirkan mobilnya dengan sembarangan di lobi apartemen dan berlari menuju penthouse. tanpa sengaja ia menabrak bahu seorang pria berjaket kulit dan tanpa memperdulikannya Ekon kembali berlari. Jantungnya berdetak semakin cepat ketika melihat pintu penthouse yang terbuka lebar tanpa ada penerangan satu pun.

Ia menghentikan langkahnya dan melihat kondisi rumah yang berantakan. segala perabotan telah hancur, gorden disobek sedemikan rupa tanpa berbentuk. 

"Naomi?" Tak ada jawaban yang ia dengar membuat lutut Ekon terasa lemas.

"Sayang? katakan kau masih di sini." Ia melangkahkan kakinya ke arah dapur berharap istrinya sedang memasak di sana. Hatinya terasa ditikam ketika melihat kondisi dapurnya yang telah diobrak-abrik.

"Sayang? aku pulang." Langkah Ekon terhenti ketika mendengar suara isakan lirih dari kamar istrinya. Tak ada siapa pun tapi suara tangisan itu semakin terdengar jelas dan ia menatap lemari pakaian.

"Maafkan aku, tolong jangan bunuh aku..."

Leher Ekon terasa seperti tercekik mendengar suara istrinya yang memohon di dalam. dibukanya daun pintu lemari dengan pelan dan merasa semakin bersalah ketika melihat istrinya meringkuk di dalam lemari sambil menangis ketakutan.

Direngkuhnya badan kecil itu dalam pelukannya, awalnya Naomi sedikit terkejut ketika mencium aroma yang sangat familiar ia bisa bernafas tenang dan pada saat itu juga kesadarannya menghilang.

Ia menggendong tubuh istrinya dan direbahkannya pada tempat tidur, sudut matanya menangkap sebuah pisau yang tertancap kokoh pada pintu lemari. terdapat selembar kertas sengaja disangkutkan pada pisau. 

'now i know why my brother want to taste her body so much. she is so fucking mouthwatering. see you again  bro.'

Ekon meremas kertas tersebut, nafasnya berderu menahan amarah. bagaimana ia bisa lalai dan lupa jika dulu ia sempat mendapatkan surat kaleng. ia semakin marah pada dirinya karena meninggalkan istrinya sendirian pada situasi yang seperti ini. diambilnya ponsel untuk menelepon Albaraj.

"Sambungkan aku dengan Demon, ku beri waktu 30 menit."

Ia tidak menunggu jawaban dari Albaraj dan langsung mematikan ponselnya. Ekon sadar jika ia tidak bisa menemukan orang-orang ini dengan jalannya ataupun bantuan dari kepolisisan pun tak ada gunanya jadi ia memutuskan untuk menguhubungi seorang kenalannya. 

"ini bukanlah jenis permainanku, darah adalah spesialisasi demon." 

Ekon kembali mengawasi Naomi yang tak kunjung sadar, ia duduk di samping istrinya dan mengelus pipi Naomi dengan sayang. Ekon menyesal karena lalai menjaga Naomi, dengan bodohnya ia menganggap surat peringatan yang lalu hanyalah ide busuk dari para prankster. Satu dentingan memaksa Ekon untuk melepaskan sentuhannya dari Naomi. Ia tersenyum puas mendapati pekerjaan Albaraj yang sanagt memuaskan. tertera sebuah nomor yang bahkan Ekon saja akan berpikir dua kali untuk menghubunginya.

*

Nggak ada double up.
Baru balik Indo

Expecting The Unexpected (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang