"Astaga Khila!"
Aku langsung mempalingkan wajahku dari pemandangan indah Khila yang berdiri menghadap ranjang. Posisi tubuh gadis itu sedikit condong ke depan, dengan salah satu kaki yang di naikkan pada sisi ranjang. Khila terlihat sibuk mengoleskan lotion ke kaki mulusnya yang menggoda.
Gadis itu mengenakan kimono super pendek, dan tepian kain yang di kenakan Khila semakin tertarik ke atas, saat wanita itu menggerakkan tangannya dengan kepala menunduk.
Khila yang kaget, hampir saja menjatuhkan botol lotion di tangannya ketika mendengar teguranku. Tapi, kekagetannya langsung memudar saat melihat kehadiranku. Seketika garis bibir di parasnya berubah sensual, membuatku menatap waspada padanya yang berjalan pelan ke arahku.
"Kau mau apa?" Tanya ku dingin, berusaha menampilkan ekspresi sedatar mungkin di wajahku.
Dengan senyum penuh percaya diri gadis itu malah melingkarkan tangannya di leherku, yang langsung ku tepis dengan kasar.
"Berhenti menyentuhku," ucapku dingin.
"Kau galak sekali," cibir Khila dengan tampang cemberut.
Aku menatapnya tajam, yang masih menatapku dengan seringai lebarnya.
Kemudian gadis itu mundur beberapa langkah dengan seringai yang terlihat aneh.
Aku kembali di landa shock saat wanita itu menarik simpul tali kimononya, memperlihatkan lekuk tubuh menggodanya dari balik lingerie transparan, yang kini terpampang nyata di hadapanku.
"Khila, apa yang kau lakukan!" Ucapku setengah membentak, menutupi kegugupanku.
Aku membuang pandanganku ke samping, berusaha untuk tidak memandang gadis itu. Jantungku di paksa berpacu kencang, saat merasakan sentuhan lembut jemarinya di bahuku, sebelum perlahan turun merambati dadaku, dan berhenti tepat di kancing bajuku, memutar-mutarnya pelan, sebelum menyelinap di celah lipatan kain, dengan wajahnya yang mendongak ke arahku, gerakan nakal jemarinya hampir saja membuatku terlena.
Shit! Dia sangat menggoda.
"Kau tidak ingin menyentuhku?" Tanyanya lembut, hembusan napasnya menerpa pipiku saat dia berbisik.
"Tidak!" jawabku tegas, sambil mendorong tubuhnya menjauh, akupun berbalik dan melangkah ke tempat tidur, merebahkan tubuhku menyamping, berbaring membelakanginya yang masih berdiri terpaku.
Beberapa detik aku merasa aman, sampai kurasakan kembali gerakan tangannya di tubuhku.
"Khila, apa-apaan ini," ucapku gusar. Secepatnya aku mulepaskan rangkulan lengannya di tubuhku, berusaha menjauh dari dada sintalnya yang sempat menggesek punggungku.
Khila tersenyum sensual, gadis itu tetap berbaring menatapku yang sudah berdiri kaku di tepi kasur, memperlihatkan dalaman merah seksinya terrpampang nyata di depanku dengan pose tubuhnya yang menantang, membuat mataku semakin panas.
Ya Tuhan, cobaan ini terlalu berat untukku.
"Kemarilah Fer, apa yang kau tunggu, aku istrimu. Sah-sah saja kalau kau ingin menyentuhku."
"Aku tidak ingin menyentuhmu," geramku.
"Aku sudah merendahkan harga diriku untuk dapat bersamamu, apa itu masih belum cukup?" Tanyanya bernada protes, wajah sensualnya berubah kesal.
"Khila kau tidak akan mengerti, aku bukan Fer..."
Shit, hampir saja aku mengatakan tentang jati diriku.
"Aku mengerti, sangat mengerti sikapmu, kau membenciku, tentu saja kebencianmu membuat kau merasa jijik padaku. Benar begitu bukan," ucap Khila sinis, uh gairahnya kepada lelaki itu pupus sudah, berganti rasa kesal.
"Khila aku..."
"Sudah! Berhenti bicara, aku ngantuk," jawabnya kesal, perasaannya kembali terluka, akibat penolakan yang kembali di terimanya dari lelaki tersebut.
+++
Suara denting gelas dan sendok memecah kesunyian di meja makan berukuran besar tersebut. Hanya terdapat empat kepala yang duduk di masing-masing kursi yang di peruntukkan untuk 12 orang tersebut.
Aku berusaha fokus pada sarapanku, walau aku tahu dua pasang mata menatapku tajam saat ini.
"Kalian bertengkar?" Tanya wanita tua yang duduk di depanku penuh selidik.
Aku menarik napas sejenak, sebelum mendongak dan bertemu pandang dengan wajah keriputnya.
"Tidak grandma, aku hanya sedang menikmati sarapanku, rasanya enak sekali," jawabku dengan senyum tipis.
"Masakan cucuku memang selalu enak," jawabnya bangga.
"Kapan kalian akan memberikan cucu pada kami," ucap Kakek Khila tiba-tiba, lelaki itu menatapku tajam dengan sorot elangnya.
"Eh itu..." Jawabku gugup, perkataanku entah kenapa kembali tertelan, saat mendapati tatapan lelaki tua di depanku, yang tak berhenti menatap lekat diriku.
"Ferdi tidak ingin punya anak dariku grandpa," potong Khila sinis, membuat rahang kedua pasangan renta itu mengeras.
"Itu tidak benar grandpa," bantahku cepat.
"Cucuku tidak pernah berbohong," jawabnya tegas.
"Aku hanya ingin menundanya," jawabku pelan.
"Dalam 2 bulan Khila sudah harus mengandung anakmu, jika dalam tempo itu dia belum hamil juga, maka aku akan membongkar kasus penggelapan pajak yang kau lakukan 3 tahun lalu. Kau tentu tidak ingin membusuk di penjara bukan?" Tanyanya angkuh.
"Tapi bukan aku yang ..."
"Kau ingin menyangkal," ucapnya marah.
"Aku punya semua bukti yang akan memberatkan dirimu, dan dapat ku pastikan kau akan berada di sana dalam waktu yang cukup lama," ancamnya lagi dingin.
Sial! Kenapa masalahnya bisa jadi serumit ini. Aku pasti akan membusuk selamanya di penjara. Dan tentang menghamili gadis itu, haruskah aku melakukannya, bagaimana jika suatu saat nanti rahasiaku terbongkar.
TBC
ВЫ ЧИТАЕТЕ
Duplikat (End)
Любовные романыSyakhila sangat mencintai tunangannya Ferdi, walau lelaki itu seringkali menyakiti hatinya, namun sebuah tragedi terjadi dan merenggut nyawa Ferdi, tanpa terduga orang yang tidak sengaja diselamatkan Ferdi memiliki paras dan fisik serupa dengan lela...
