1

98.5K 6K 501
                                    


.

.

.

Kiri Lee Jeno ☝ Kanan Na Jaemin

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kiri Lee Jeno ☝ Kanan Na Jaemin

.

.

.

"Jeno-"

"Papi, lain kali saja kita bicara. Jeno bisa terlambat."

Jeno bangkit dari kursinya, mengambil dua potong sandwich yang berada di atas piring mengabaikan tatapan memelas Papinya yang berharap Jeno mau duduk sebentar untuk berbicara dengannya.

Jeno sudah berusaha menghindari pembicaraan yang sudah sangat jelas akan berakhir dimana.

Jeno tidak tertarik dengan pernikahan, jika Papinya ingin ia menikah. Jeno belum berpikir kearah sana. Kuliah saja ia belum selesai bagaimana mungkin Jeno bisa berpikiran akan menikah? Mau di kasih makan apa Istrinya jika Jeno pengangguran.

"Jeno!" Kakaknya memanggil dengan suara dingin dan sangat mengintimidasi. Jika Daddynya berada disini mungkin Jeno akan duduk menurut karena rasa takut. Tetapi Daddynya sedang tidak berada dirumah, ia memiliki kesempatan untuk terus menghindar.

Tatapan itu, Jeno sangat tidak menyukainya.
Jeno memilih mengabaikan kakaknya dan berlalu dengan sangat cepat mencapai pintu keluar.

Hari ini suasana hatinya benar-benar buruk. Jeno bahkan sudah tidak tertarik memakan dua buah sandwich ditangannya, padahal tadi ia merasa sangat lapar.

🌺🌺🌺


"Lapar atau rakus?" Renjun teman satu-satunya eh- tidak, masih ada Mark yang entah berada dimana, mengomentari bagaimana Jeno memakan makanannya dengan kecepatan penuh, Renjun bahkan berpikir Jeno tidak sempat mengunyahnya dan langsung menelannya bulat-bulat.

"Aku sudah tidak sempat sarapan dan Profesor Kyuhyun memberi Kuis dadakan. Itu menguras tenagaku asal kau tau!" Jeno menggerutu, setelah menelan kembali suapan besarnya, Jeno meminum air mineral yang baru saja di sodorkan Renjun.

Renjun memutar dua bola matanya bosan. Mau itu kuis dadakan atau tidak Jeno sudah bisa mengerjakannya dengan benar.

"Kau berlebihan, tanpa belajarpun kau selalu menjadi yang terbaik."

"Tidak, masih ada seorang yang menjadi sainganku jika kau lupa."

"Jangan lagi Jen, kita berada di fakultas yang berbeda, Kau dan Dia. Kalian berdua sama-sama tidak memiliki celah. Terbaik dalam bidang masing-masing. Aku tau kau mengerti apa maksudku."

Jeno terdiam sejenak. Mentapi wajah Renjun yang sedikit terlihat serius dari biasanya.

"tetap saja bagiku orang itu tidak bisa terjangkau."

Dear Nana [Nomin]Where stories live. Discover now