8

32.5K 3.7K 512
                                    

-

-

-

Setelah pengakuan yang dilakukan Jaemin, Jeno jadi memiliki alasan kuat untuk menolak perjodohan kedua orangtuanya, di tambah dengan kenyataan jika Jeno juga tengah memiliki permasalahannya sendiri, orangtuanya tidak mungkin sampai hati menyuruhnya menikahi orang lain disaat ia juga akan memiliki bayi. Jaemin hamil dan Jeno harus bertanggung jawab.

Jika kedua orangtuanya kekeuh menginginkan Jeno menikah, Jeno akan menikah, tetapi bukan dengan anak dari sahabat kedua orangtuanya tapi Jeno akan menikah dengan laki-laki pilihannya, yaitu Jaemin.

Saat ini mereka tengah berbaring berdua di atas tempat tidur dalam kamar Jaemin. Jeno yang memeluk Jaemin dari belakang dengan punggung Jaemin yang bersandar pada dada bidangnya.

Mereka berdua tidak bisa tidur sejak kejadian beberapa waktu lalu.

"Na...." Jeno memanggil. Ada hal yang ingin Jeno tanyakan sejak tadi, tetapi melihat Jaemin yang masih tidak stabil membuat Jeno mengurungkan niatnya.

"Mmm...." Jaemin bergumam membalas. menunggu Jeno menyelesaikan ucapannya.

"Kenapa kau tidak langsung menemuiku? Kau bisa saja menghajarku detik itu juga saat kau mengetahui segalanya." tanyanya penasaran. Tangannya bergerak perlahan mengelus perut Jaemin dibalik kaus yang dikenakannya, telapak tangan Jeno berada di sana cukup lama, Jeno menyukainya merasakan kehangatan kulit lembut pemuda Na dalam pelukannya.

Jaemin bergerak mengubah posisinya. Ia kini berbalik menghadap Jeno. Sehingga sentuhan tangan Jeno di perutnya terlepas. Matanya menatap kedua obsidian milik Jeno menyelami apa yang ada disana.

"Kau melupakanku." Jaemin berkata lirih.

"Bagaimana aku mendekatimu disaat kita tidak pernah bertegur sapa meski kita berpapasan. Kau bahkan melewatiku begitu saja saat kita bertemu di tengah koridor universitas. Apa yang bisa aku lakukan disaat kau bahkan menganggapku tidak ada?"

Ada perasaan menyesakkan ketika Jaemin berkata demikian. Jeno menyadari semuanya, ketika mereka berdua saling berselihan tanpa sengaja, saat mereka pernah saling bertatapan meski hanya sekilas, Jeno menyadari semuanya karena tanpa Jeno sadari, ia telah jatuh begitu dalam pada sosok pemuda manis penyendiri yang sering dilihatnya dalam perpustakaan.

Karena Jeno telah merubah perasaan kagumnya menjadi sebuah rasa cinta yang terpendam. Perasaan yang tanpa Jeno sadari telah membuatnya hilang kendali disaat mabuk, membuatnya menjadi laki-laki jahat yang telah merusak masa depan seorang Na Jaemin.

Jeno menyesal.

Bolehkah saat ini Jeno berharap Jaemin mau memaafkannya?

Jeno merapatkan dirinya, mempertemukan kedua kening mereka, saling bertukar nafas dalam jarak yang sangat dekat.

"Jaemin, apa kau ingin mendengar sebuah pengakuan?"

Jaemin menatap Jeno, keningnya mengerut tidak suka karena Jeno tidak membalas perkataannya barusan, malah justru mengalihkan pembicaraan mereka.

"Apa?" Jaemin memutuskan untuk mengikuti alur yang di buat Jeno.

"Aku telah memperhatikanmu sejak lama... jangan memotong ceritaku-"

Jeno menutup bibir Jaemin dengan jari telunjuknya ketika Jaemin ingin mengeluarkan suara.

"Aku dan Renjun sering berbicara tentangmu. Ku pikir Renjun adalah orang pertama yang menyadari jika aku tertarik padamu dalam konteks yang lebih serius. Aku tidak pernah menjalin hubungan dengan siapapun, karena aku telah berjanji pada diriku sendiri jika aku tidak ingin memiliki hubungan dengan siapapun sebelum aku mencapai kesuksesan-"

Dear Nana [Nomin]Where stories live. Discover now