9

30.9K 3.7K 359
                                    

-

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

-

-

-

"Kau mau apa?" Jaemin memandangi Jeno yang kini berjalan di sampingnya saat Jaemin keluar dari kelas.

Pemuda itu sudah menunggu kelas Jaemin selesai sejak setengah jam yang lalu, membiarkan banyak pasang mata melihatnya keheranan karena Jeno bukan bagian dari mahasiswa fakultas seni.

"Menemanimu bekerja." Jawab Jeno dengan nada ringan. Kedua mata Jaemin terbuka lebar.

"Kau kan harus tidur. Ingat, kau sudah bolos satu hari?"

"Na, jika itu tentangmu aku sungguh tidak apa-apa jika tidak tidur." Ucap Jeno. Matanya menghilang ketika bibirnya membentuk lengkungan senyum. Mau tidak mau Jaemin merasa tersentuh. Namun ia segera menepisnya.

"Jika kau terus membolos, kau tidak akan bisa membayar uang sewa. Aku mungkin akan kembali mengambil pekerjaanku mengantar susu." Jaemin berkata, terselip nada mengancam disana hingga membuat Jeno betingkah panik.

"O-oke... aku akan mengantarmu saja kalau begitu, kau bisa bekerja tanpa aku disana." Jeno memilih mengalah. Ia tentu tidak ingin Jaemin terlalu memforsir tenaganya untuk bekerja lebih banyak. Saat Ini Jeno sedang memikirkan bagaimana cara ia mengatakan pada orangtuanya tentang Jaemin secepatnya.

Jaemin mengulas senyum tipis. Ia kembali berjalan dengan Jeno yang masih mengekorinya hingga di depan halte bis. Tidak sedikit orang-orang memerhatikan keduanya yang kini tengah berjalan bersama, melihat dua orang yang sering menjadi sorotan di tiap tahun berjalan bersama itu pasti akan menimbulkan berbagai macam gosip, namun kedua orang ini seolah tidak peduli dengan pandangan siapapun.

"Janji hanya mengantarku saja kan?" Jaemin memastikan, masalahnya Jeno seperti seorang yang tidak bisa menepati janjinya.

"Ya ampun Na. Aku berjanji. Kau takut sekali." Jeno berkata meyakinkan. Mereka telah memasuki bis.

Jaemin menghela nafas.
"Baiklah." Jaemin duduk di salah satu deretan kursi dekat jendela. Ia menarik Jeno duduk disampingnya dan kemudian menyenderkan kepala di bahunya, memeluk lengan Jeno dengan erat, membuat Jeno merasa gemas dengan tingkah Jaemin yang bermanja dengannya.

"Na, kau menggemaskan." Jeno berkata. Ia mengusak rambut Jaemin penuh sayang.

"Aku hanya seperti ini padamu." Jaemin memutar kedua matanya. "Baumu enak." Ucapnya. Matanya terpejam menikmati aroma yang keluar dari tubuh Jeno.

"Ingin ku peluk?" Tanya Jeno. Bukan hanya Jaemin yang menyukai harum tubuh Jeno namun Jeno juga menyukai dirinya yang memeluk Jaemin.

Jaemin mengangguk. "Aku lelah sekali..." ia bergumam dan Jeno mendengarnya. Lengannya merangkul Jaemin lebih erat membuat keduanya semakin menempel tanpa celah.

Dear Nana [Nomin]Where stories live. Discover now