4

34.5K 4.3K 361
                                    

"Dulu aku tidak pernah takut apapun, karena aku percaya, sendiri adalah jalan hidup yang aku pilih, namun saat ini,  aku memiliki ketakutan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Dulu aku tidak pernah takut apapun, karena aku percaya, sendiri adalah jalan hidup yang aku pilih, namun saat ini,  aku memiliki ketakutan.
Ketakutan dimana kita akan dipisahkan"
-Njm-

.

.

.

Suara pintu tertutup dengan bunyi gedebum keras mengejutkan Jeno yang baru saja keluar dari pintu dapur, Matanya beralih menatap pintu utama yang memperlihatkan sosok Jaemin yang sedang melepas sepatu, Jeno mengalihkan matanya  menuju jam dinding di tengah ruangan, pukul sebelas lewat dua puluh menit.

Jeno cukup ingat dengan jam kerja Jaemin, dia sudah tiga hari berada disini. Jaemin akan pergi sejak pagi-pagi buta dan kembali sekitar jam enam. Menyiapkan sarapan lalu pergi kuliah dan kembali tepat pukul setengah dua belas malam. sedangkan Jeno ia akan bersiap keluar pada jam setengah dua belas malam, pekerjaan yang di berikan Renjun memang membuatnya kerepotan, Jeno harus merubah jam tidurnya karna dirinya bekerja di minimarket yang buka dua puluh empat jam, Jeno harus merasa puas dengan apa yang ia dapatkan, lagipula gajinya sangat lumayan untuk dirinya yang saat ini sedang berhemat dengan uang tabungannya yang tersisa. Omong-omong orangtuanya masih mengabaikan Jeno yang pergi dari rumah. Jeno benar-benar merasakan kebebasan yang sesungguhnya.

"Kau sudah makan?" Tanya Jeno sambil menyiapkan sepatu miliknya di depan pintu.

"Hm..." Jaemin hanya bergumam sebagai jawaban, ia melewati Jeno begitu saja menuju dapur, mengambil segelas air dingin dan meminumnya langsung. Jeno memerhatikannya tanpa mengalihkan tatapan. Ia sedikit melihat perubahan dari Jaemin atau hanya perasaannya saja Jaemin sedikit kehilangan lemak di bagian pipinya, dengan kata lain Jaemin terlihat kurus.

"Aku baru saja memasak jajangmyeon, kau bisa memanaskan mienya saja, kaldunya aku taruh di tempat lain agar mienya tidak membengkak." Lanjut Jeno. Ia meraih tas punggungnya dan bersiap membuka pintu.

"Makan yang banyak Na... kau terlihat sedikit kurus." Jeno berucap sebelum ia benar-benar menghilang dibalik pintu.

Jaemin menghembuskan nafasnya. Sebenarnya ia memang belum makan apapun sejak sore, ia hanya ingin menghindar dan enggan berbicara dengan Jeno. Itu sangat tidak bagus untuk kesehatan jantungnya, Jaemin selalu gugup jika berbicara dengan Jeno, ia takut kelepasan berbicara.

Jaemin bersyukur, Jeno bekerja pada malam hari dan pulang ketika Jaemin bersiap pergi kuliah, jadi intensitas pertemuannya dengan Jeno menjadi banyak berkurang, walau Jaemin sering bersikap menyebalkan Jeno masih mau mengajaknya bicara, Jeno itu sebenarnya sangat memperhatikannya dan Jaemin tidak suka, Jaemin risih, ia tidak suka di atur, contohnya seperti saat ini, Jeno memasak untuknya, menyuruhnya makan, mereka tidak sedekat itu hanya karena mereka tinggal satu rumah. Ini baru hari ke tiga dan Jeno bersikap seolah mereka adalah teman dekat.

Dear Nana [Nomin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang