FR 10 - His Smile

19.1K 2.1K 241
                                    

FR 10. His Smile

🍁🍁🍁
Obsidian itu masih sama,
Berwarna abu seperti yang selalu kusuka,
Namun makna tak sampai sudah berbeda,
Dingin, tajam, penuh ketidaksukaan yang nyata,
Tak kutemukan lagi binar hangat yang selalu kutunggu hadirnya.

Tapi,
Aku ini egois.
Aku juga keras kepala.
Sekeras apapun kau mencoba,
Tak peduli walau itu sakit tak terkira,
Aku tak akan menyerah untuk mencoba menjelaskan semuanya.

Percayalah,
Cacian, makian, bully-an,
Semua itu tiada guna,
Semua itu tak menyakiti jiwa,
Karena itu tak ada apa-apanya,
Dibanding kau yang memilih menutup mata,
Seakan hadirku tak penting adanya.

Namun,
Lihatlah hasilnya,
Kini aku kembali berada di dekatmu,
Seperti mimpi menjadi nyata.

Rayden membukakan pintu penumpang depan tanpa suara, tangannya terulur membantu Shanum cekatan. Membuat gadis itu menggigit bibirnya gelisah ketika masih dengan tanpa suara Rayden melajukan mobilnya.

"Lo tinggal dimana?" akhirnya suara itu membuat Shanum yang sejak tadi tak berani menatapnya pun menoleh.

Shanum menjawab kaku, "Di rumah Tante," jawabnya polos.

Jawaban itu menghadirkan dengkusan kecil dari pemuda yang duduk disebelahnya membuat Shanum juga refleks memanyunkan bibir bawahnya. "Gue nanya rumah lo," balas Rayden masih dengan wajah datarnya.

"Oo ...," gumam Shanum pelan, "Rumahnya Tante di Sudirman," lanjutnya.

Mendengar itu Rayden mengangguk sekali, maniknya tetap berfokus pada jalanan di depan. Sangat tahu jika gadis itu merasa tak nyaman duduk di sebelahnya. Namun, Rayden tidak bisa berkata apapun. Niatnya memang ingin mengantar Shanum, walau masih dengan kecanggungan yang menerpa keduanya.

Sampai tak lama, bukannya berbelok ke arah kiri, mobil Rayden malah berbelok ke arah yang berlawanan dari rumahnya membuat Shanum menoleh cepat ke arah pemuda itu. Belum sempat bersuara, Rayden sudah memotong ucapannya.

"Gue mau beli makanan dulu. Di rumah gak ada orang," jelasnya tanpa diminta.

Shanum mengangguk pelan, "Memangnya Tante kemana?" akhirnya suara itu kembali keluar. Shanum berusaha sekeras mungkin agar suaranya tak terdengar aneh di telinga Rayden saking gugupnya.

Rayden meliriknya sekilas, "Mama di rumah," jawabnya.

Dahi Shanum mengerut tanda tak mengerti mendengar jawaban Rayden karena memang sudah banyak yang tidak ia ketahui tentang pemuda di sampingnya ini, "Kakak ... gak tinggal sama Tante memangnya?" tanyanya lagi.

"Iya."

Jawaban singkat itu menutup pembicaraan keduanya ketika mobil Rayden memasuki pelataran parkir Halalan Resto yang sudah Shanum ketahui. Tante Inggrit dan Yasmin juga sering mampir kesini karena memang makanan di sini sangat enak. Salah satu restoran yang banyak diminati semua orang saat ini.

"Turun," ujar Rayden ketika membukakan pintu penumpang untuk Shanum.

"Aku gak tunggu di sini aja Kak?" tanyanya.

"Gue gak mau makan sendiri."

Mendengar itu mau tidak mau Shanum mengangguk, dengan dibantu Rayden gadis itu keluar dari mobil pemuda itu. Masih dengan wajah datarnya, Rayden berjalan di belakang gadis itu menjaga dalam diamnya. Membuat sebagian hati Shanum menghangat tanpa diminta.

For Rayden ✔️Donde viven las historias. Descúbrelo ahora