F.M 22 - How can Ramirez have you as a decendant, Moron?

25.8K 1.2K 3
                                    



"Hey, Dimitri Ivansov kita tumbuh bersama. Berapa banyak perempuan yang dekat dengan seorang Gavino Ramirez? Hampir tidak ada! Berapa banyak perempuan yang menarik perhatiannya? Tidak ada! Berapa banyak perempuan yang menjadi kekasihnya? Tidak ada! Bahkan, berapa banyak kontak fisik yang ia lakukan dengan lawan jenis? Hampir tidak ada selain dengan Nenek Ramirez. Kau tahu maksudnya inikan? Ini pertama kalinya kita melihat Gavin tertarik dengan perempuan. Bahkan ia sempat menyentuh perempuan tersebut. Menyentuh! Sentuhan yang Gavin inisiatifkan sendiri. Tidak hanya menyentuh bahkan, ia memeluk balik perempuan itu! Kau tahu apa artinya!? Ini namanya cinta pada pandangan pertama!!" ucap Rafael bersemangat.

Ugh...

Raf...apa kau serius?

Untuk seorang laki-laki sering berganti pasangan kau percaya dengan apa yang nama...cinta pada pandangan pertama?

Apa Keluarga Ramirez tidak merasa malu punya salah satu penerus seperti ini?...

Dimitri memijat pelipis kepalanya perlahan berusaha mengumpulkan kesabarannya ketika mendengar kalimat Rafael yang bodoh itu sedangkan Leo yang mendengarnya langsung mengerang keras.

Rafael Ramirez adalah sahabat terbodoh yang pernah ia miliki, walaupun mereka terbiasa berhubungan dengan perempuan baik itu untuk bersenang-senang, menghabiskan waktu atau hanya sekedar untuk dimanfaatkan baru kali ini ia mendengar kalimat bodoh keluar dari mulut sahabatnya.

Bayangkan kalimat itu keluar dari sosok yang bahkan lebih sering bergonta-ganti pasangan dari pada mengganti pakaiannya!

Dumbass.

Gavin yang mendengar perkataan Rafael hanya menaikkan sebelah alisnya tanpa perubahan ekspresi apapun namun, dapat dilihat dari kilatan matanya menunjukkan bahwa ia memikirkan seluruh ucapan sepupunya yang satu itu. Sepertinya sepupunya yang satu ini masih berguna karena ucapannya masih masuk akal.

"Kenapa kalian melihatku seperti itu, huh? Apalagi kalau bukan itu?" tanya Rafael dengan nada bodohnya.

"Sudahlah. Aku sudah menyerah dengan logikamu, Raf. Untuk orang yang masuk ke dalam daftar the most eligible bachelor to be married to, untuk sosok yang selalu handal dalam memanipulasi orang, untuk sosok yang selalu jadi panutan seluruh departemen public relation di seluruh perusahaan dalam mengatasi masalah...kau benar-benar mengecewakan" komentar Dimitri sambil menggelengkan kepalanya pelan.

Rafael mengerutkan alisnya pelan sambil menatap sahabatnya dengan tatapan polos. "Kenapa?"

Leo yang sudah tidak tahan dengan kebodohan Rafael memukul pelan belakang kepala Rafael sambil menatapnya dengan kesal. "Untuk orang yang selalu berganti pasangan semudah mengganti pakaian, kamu benar-benar bodoh jika percaya dengan hal yang namanya cinta pandangan pertama!!!" ucapnya dengan nada kesal.

"Hey! Sakit, tahu! Kan aku hanya beropini. Lagi pula belum tentu apa yang aku bilang itu benar. Tidak ada penjelasan lain disini" sangkal Rafael sambil mengelus kepalanya pelan.

"Sudahlah lupakan perkataan bodoh Rafa. Jawab saja pertanyaanku, Gav" ucap Dimitri sambil menggerakkan tangannya pelan. Seluruh mata memandang kearah Gavin menunggu jawaban apa yang akan keluar dari mulutnya. Sosok yang sedari tadi memutuskan untuk menutup mulutnya akhirnya membuka kembali mulutnya.

"Serius"

Satu kalimat yang diucapkan Gavin mampu membuat seluruh sahabatnya mengerti betapa seriusnya masalah ini untuk Gavin. Lagipula mereka sebenarnya sudah mengira jawaban Gavin hanya saja tetapi, mereka butuh kalimat kepastian dari mulut laki-laki itu langsung. Siapa yang mengira akan ada saatnya seorang Gavino Ramirez tertarik dengan sosok perempuan? Kalau mereka mendengar hal ini dari orang lain dan tidak melihat kejadian malam itu di Aurora dengan kedua mata mereka pasti ketika mendengarnya mereka akan tertawa terbahak-bahak sambil mencemooh orang yang memberitahu mereka mengenai hal ini.

"Seperti yang aku bilang...perempuan kecilmu itu tidak seharusnya berada di dunia kita. Dunia kita terlalu gelap untuk perempuan seperti dia" komentar Dimitri pelan. Walaupun, ia belum pernah berinteraksi dengan perempuan mungil yang menarik perhatian Gavin tetapi, ketika ia melihat perempuan itu dari ruang VIP Aurora, Dimitri langsung mengetahui bahwa perempuan itu tidak seharusnya berada di dalam dunia yang mereka tempati. Tidak ada perempuan yang berada di dunia yang sama dengan mereka memiliki senyum secerah dan setulus perempuan mungil itu.

"Hm. Perempuan kecilmu itu seperti udara segar untuk kita semua. Sudah lama kita tidak pernah melihat perempuan sepolos itu" timpal Rafael sambil bergumam pelan secara tidak langsung menyetujui kalian Dimitri.

"Doesn't matter" jawab Gavin singkat namun, ketiganya mengerti betul maksud dari kalimat Gavin yang ia ucapkan. Doesn't matter. Gavin sendiri sebenarnya apa yang terjadi dengan dirinya, otaknya masih berputar keras untuk mencari tahu alasan sikap anehnya saat ini namun, sudah beberapa hari ini rasanya ia tidak pernah bisa melupakan sosok perempuan mungilnya itu. Gavin tidak peduli apapun pokoknya sekalinya, ia menginginkan sesuatu ia akan mendapatkannya.

Bagaimanapun caranya.

"Well, good luck to you brother" jawab Dimitri singkat sambil menggerakkan bahunya pelan sebelum senyum khas yang selalu membuat perempuan perempuan berdebar setiap melihatnya merekah di wajahnya. "Lagipula betul kata Rafa. Perempuan kecilmu itu seperti udara segar untuk dunia kita yang terlalu gelap ini" lanjutnya pelan masih dengan senyum yang sama.

"Ah...aku benar-benar tidak sabar untuk menghabiskan waktu bersama sister-in-law!!! akhirnya di lingkaran persaudaraan yang menyedihkan ini bakal ada perempuan manis. Finally!" ucap Rafael bersemangat.

"Tapi, sebelum itu masih ada masalah yang harus kita diskusikan bukan? So...shall we?"


TO BE CONTINUED

Forever MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang