F.M 44 - Terrifying pair of eyes

20.3K 988 3
                                    



"Bitch. Aku tanya. Kamu jawab. Apa kamu tuli, hah?!" teriak Johanson sambil menekan tangannya yang menggenggam rahang Amel dengan kuat. Tatapan penuh amarahnya membuat Johanson terlihat mengerikan bahkan Laila yang merupakan perempuan yang menemaninya malam ini tidak berani mendekati kedua sosok yang berada dihadapannya.

Tidak puas ketika sosok perempuan di dalam genggamannya tidak menunjukkan respon apapun, Johanson mengeratkan genggaman tangannya yang berada di rahang Amel sebelum menyentak tangannya dengan keras untuk menatap wajah perempuan yang ada dihadapannya saat ini namun, apa yang dilihatnya membuat seluruh tubuh Johanson seperti tersiram air dingin. Seluruh tubuhnya bergetar hebat, detak jantungnya bergedup dengan cepat, ia bahkan dapat merasakan keringat dingin mengalir di pelipis wajahnya.

Kedua mata abu tersebut menatapnya dengan kosong yang penuh dengan aura membunuh

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kedua mata abu tersebut menatapnya dengan kosong yang penuh dengan aura membunuh. Membuat rasa takut menyelimuti tubuhnya. Nafasnya terengah-engah seperti lehernya di tahan oleh tangan besar yang membuatnya kesulitan bernafas.

Ter...terlalu menyeramkan!!!

Kedua mata itu terlalu menyeramkan!!

Baru kali ini Johanson merasakan ketakutan yang seperti ini terutama dari seorang perempuan. Sosok Amel yang seharusnya ceria sangat berbeda dengan sosok Amel saat ini. Astaga, bagaimana bisa ia merasa setakut ini? Perempuan ini bahkan umurnya jauh lebih muda dibandingkan dirinya! Makinya dalam hati sambil berusaha menenangkan degup jantungnya.

Ekspresi wajah Amel terlihat tenang. Sangat tenang. Tanpa ada emosi apapun yang terlihat namun, Johanson dapat merasakan tatapan tajam tersebut dari kedua mata hazel yang saat ini menatap dirinya.

"Kenapa kamu melihatku seperti itu, hah?"

"Amelia Candrakirana, aku tahu kau selama ini menolakku. Seperti ular kau pintar untuk lepas dari genggamanku setiap kali. Licin. Licik dan penuh tipu muslihat. Sekarang apa yang kau bisa lakukan?"

"Kenapa diam saja? Apa kamu terlalu takut hingga tidak bisa berbicara?" ucap Johanson dengan nada mencemooh sebelum tawanya menggema di seluruh lantai terlihat kosong malam ini.

"Kenapa kau tidak nurut saja, untuk sekali saja kamu coba dahulu. Aku dapat menompangmu. Kamu akan mendapat uang banyak jika bisa menghiburku. Kamu bisa membeli baju-baju mahal, tas yang kamu inginkan. Apapun. Tawaran yang menarik bukan?" ucap Johanson dengan nada menggoda.

Mau berkali-kali Johanson berbicara, sosok perempuan dihadapannya masih tidak menunjukkan perubahan apapun. Tatapan matanya, ekspresi tenangnya. Semuanya masih sama dan hal itu memancing emosinya.

"Bitch. Kenapa kau masih diam? Apa kau takut, hah? Jawab! JAWAB!!!" teriak Johanson dengan penuh amarah sambil mengeratkan genggaman tangannya, berusaha menghentikan saluran udara Amel namun, tetap saja. Amel sama sekali tidak menunjukkan perubahan apapun.

"Lepaskan" suara tenang dan lembut terdengar pelan di Jika di dengar dengan lebih fokus suara tersebut sarat akan nada yang berbahaya yang mampu membuat orang yang mendengarnya merinding namun, Johanson yang terlihat senang karena akhirnya Amel menunjukkan sebuah reaksi balasan sama sekali tidak merasakan keanehan dari suara yang di dengarnya.

"Lepaskan? Baby, bagaimana jika aku menolak? Hm?" ucap Johanson dengan nada suara yang di buat-buat. Ia semakin mendekatkan tubuhnya kearah Amel hingga tidak ada ruang yang tersisa diantara mereka, telapak tangannya yang kasar mengelus pipi Amel. Melihat tidak adanya reaksi perlawanan dari sosok dihadapannya membuat Johanson semakin bersemangat.

"Lepaskan" ucap Amel masih dengan nada pelan.

"Baby, aku tahu kamu menginginkan ini juga"

"Lepaskan atau kau akan menyesalinya"

"Menyesalinya? Menyesali bahwa aku akan ketagihan dengan rasamu? Hahaha...tentu saja ba –" belum sempat Johanson menyelesaikan ucapannya ia hanya bisa merasakan bayangan dimana tiba-tiba saja pandangannya berputar sebelum bunyi keras terdengar tepat di gendang telinganya.

Brak!

Rasa sakit menyebar di seluruh tubuhnya, kepalanya sakit karena benturan yang keras dan telinganya berdenging keras. Johanson merasa dirinya sudah mati untuk beberapa saat. Seluruh nafasnya terhenti ketika ia merasakan tubuhnya melayang.

Fuck!

Sakit sekali!

Ap..apa yang terjadi!? pikirnya sambil berusaha memfokuskan pandangannya. Seluruh pandangannya terasa buram sebelum ia berusaha mati-matian memfokuskan sorot matanya kearah bayangan hitam yang berada dihadapannya. Setelah beberapa saat akhirnya Johanson dapat kembali memfokuskan pandangannya. Ia tertegun ketika melihat Amel berdiri dengan tegap dengan ekspresi yang tenang. Seakan apa yang baru saja dilakukannya bukan merupakan hal yang besar. Namun, semua orang dapat melihatnya memandang rendah kearah Johanson dengan sorot matanya yang meremehkan dan penuh dengan rasa jijik.

"Amelia Candrakirana!!! Brengsek!! Mati kamu!!! Akan aku pastikan kamu mati!! MATII!!!" teriak Johanson penuh dengan kemurkaan. Seluruh tubuhnya sakit terutama punggung dan kakinya, hal itu membuat Johanson kesulitan untuk berdiri. Ekspresi wajahnya saat ini terlihat menyeramkan, terutama dengan wajah yang sangat merah karena menahan rasa sakit dan amarah.

Teriakan umpatan dan makian yang diucapkan oleh Johanson sama sekali tidak mempengaruhi Amel sedikitpun. Bahkan ekspresi wajahnya pun masih terlihat tenang. Orang yang melihatnya bahkan tidak bisa membayangkan perempuan anggun di hadapan mereka baru saja membanting tubuh laki-laki dengan berat minimal 80 kg kearah lantai.

"Aku sudah bilang, Johanson. Kau akan menyesal" ucapnya pelan sebelum berjalan masuk kearah lift yang baru saja terbuka.

Sosok Amel saat ini sangat berbeda dengan Amel yang biasa di kenal oleh orang-orang yang ada di kantor. Bahkan Laila yang melihat dari kejauhan tertegun melihatnya.

Meng...mengerikan!!

Tapi....astaga, benar-benar menganggumkan!!!

Apa itu benar-benar Amel, bagaimana bisa auranya terlihat sangat berbeda?!

Apa ia sedang berhalusinasi!?

Otaknya berpikir keras berusaha mengenali sosok perempuan yang berada tidak jauh dari hadapannya. Aura dingin yang dipenuhi oleh keanggunan terpancar dari tubuhnya membuat Laila tidak dapat memalingkan wajahnya. Ia terpana melihat sosok dihadapannya namun, di saat yang sama ia juga merasa takut.

Bagaimana orang bisa memiliki tubuh dan wajah yang sama namun, dapat memberikan kesan dua sosok yang sangat jauh berbeda!?

Sibuk dengan pikirannya sendiri tanpa sadar Laila mengarahkan pandangannya menatap tepat kearah dua manik mata dingin Amel. Nafas Laila tertahan untuk beberapa saat, jantungnya seakan berhenti berdetak. Awalnya ia sempat bingung dengan sikap Johanson yang terlihat seperti memiliki rasa takut terhadap Amel namun, sekarang semuanya jelas. Kedua mata membuat tubuhnya terpaku di tempat, rasa takut menjalar di seluruh tubuhnya.

Ba..bagaimana seorang perempuan bisa memiliki sorot mata mengerikan seperti itu...

"AMELIA!! Mau kemana kau, hah!! ARGH!! Jangan kabur!! Aku akan membalas ini!! Lihat nanti!" suara teriakan Johanson menyadarkan Laila dari sikap tertegunnya, membuatnya tersentak pelan sebelum mengerjapkan matanya perlahan. Dibandingkan Amel, sikap dan ekspresi wajah Johanson benar-benar tidak ada apa-apanya.

"Apa...kau yakin bahwa kau itu layak untuk mendapatkan tubuhku? Johanson, kau terlalu berpikir terlalu tinggi untuk dirimu" ucap Amel lembut sebelum menatap kearah manik mata Johanson yang dipenuhi dengan ketakutan, amarah, dan sakit yang bercampur.

"You're not worth it" ucap Amel dengan ujung bibir yang terangkat tipis menunjukkan seringai tipis penuh ejekan.

Laila tertegun menatap pintu elevator yang baru saja tertutup rapat, tidak mempedulikan teriakan dan makian yang diucapkan oleh Johanson. Untuk pertama kalinya dalam seumur hidupnya, Laila merasakan bahwa kedua mata abu dan senyuman mengerikan itu akan menghantui mimpinya untuk beberapa waktu.

Terlalu mengerikan..


TO BE CONTINUED

Forever MineWhere stories live. Discover now