Berdebar (11)

2.3K 101 4
                                    

Dia berjalan meninggalkan aku yang masih duduk.

Tapi, Al membalikan badannya..

"Ayo, pulang bareng gue aja, di sini udah sepi, bahaya cewek pulang sendiri jam segini"

Aku masih tidak percaya ini nyata.

"Mau gak? kalo gak mau, gue mau pulang" ucap Al jutek

"Ehem ehem.. boleh deh" jawabku sok

Aku mengikuti Al keparkiran, dimana ia menyimpan motornya. Aku tak sanggup menahan senyum. Aku selalu ingin senyum bila bertemu dia, dan kali ini.

Sangat dekat.

Harum badannya.

Tinggi badannya.

Kulitnya yang putih.

Aku terus berkhayal.

"Heh, kenapa diem aja?ayo naik, keburu magrib"

"Eh iyaa"

Akupun menaiki motor Al, dengan memegang bahunya, seperti mimpi aku bisa memegangnya dan berboncengan . Al mengantarkan aku sampai kerumah.

Beberapa menit kemudian, aku sampai di halaman rumah. Aku turun dari motornya, aku melihat mobil mama dan papa terparkir di tempatnya.

Kebetulan saat itu mama keluar dari rumah untuk mengambil sesuatu dari mobilnya, mama melihatku yang baru saja pulang, mama langsung menyuruhku masuk, dengan Al tentunya.

Tapi Al menolak, ia ingin pulang saja, tapi adzan magrib berkumandang, akhirnya Al memutuskan tidak langsung pulang, dan menunaikan sholat Maghrib berjamaah di rumahku.

Bahagiaku bertambah, aku sangat bersyukur hari ini dan ini akan jadi kenangan paling indah dalam hidupku, setidaknya walaupun tidak bisa menyatu, tapi aku bisa merasakan dekat dengannya.

Al selesai sholat dan berpamitan untuk pulang.

Tapi..

Mama menahan Al pulang, mama menawarkan Al untuk makan bersama kami, malam ini. Awalnya Al menolak. Tapi, mama dan papa terus saja membujuk Al, akhirnya Al mau. Ini merupakan hal yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya.

Bahagianya aku.
Di sela-sela makan malam bersama ini. Tak jarang mama menanyakan hubungan kita, Al terlihat kebingungan, aku membantu Al menjelaskan pada mamaku, hubungan kita hanya sebatas teman satu sekolah, tak lebih, bahkan dia tidak mengenal aku.

Mama terus merayuku dan Al, dia terlihat malu, pipinya memerah, aku tau Al tidak nyaman di situasi seperti ini.

Hal yang paling menyakitkan bagiku adalah, saat Al bilang "kita gak kenal, cuma pernah pas-pasan aja di sekolah", perih.

Apa salahnya lebih? Al?

Mama dan papa ku terlihat sangat akrab dengan Al. Andai dia pacarku. Al berpamitan pada papa dan mamaku dengan sangat ramah. Mama menyuruhku untuk mengantar Al sampai kedepan.

"Gue balik ya, makasih makanannya" ucap Al datar

"Oh iyaa sama-sama"

"Emm, ngomong-ngomong gue gak tau nama lu, nama lu siapa?" Tanya Al seraya memakai Helm

Al benar-benar tak kenal aku. Kini, aku sadar, aku sendirilah yang tahu segala hal tentang dia. Sedih memang, tapi mau bagaimana lagi? Karna hanya aku sendiri yang menyukainya.

"Hey" ucap Al

"E.. eh iya. Nama gue Silvia, panggil aja via"

"Gue Alvaro, panggil aja Al"

PEKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang