Hijaber 6

6.1K 323 3
                                    

Happy Reading ❤

Rutinitas Naya pada saat malam minggu adalah mengaji, seperti sekarang, gadis itu berada di sebuah pondok yang disediakan oleh seorang Kyai. Jika malam rabu, Jum'at dan malam minggu, pengajian dikhususkan untuk anak remaja seusia Naya.

Malam ini adalah jadwalnya tadarus Al-Qur'an, seperti biasa remaja-remaja diperintahkan untuk membaca satu persatu. Telapak tangan Naya terasa dingin, jujur saja, Naya gugup walaupun ia sering kali melakukan tadarus bersama.

Tiba giliran Naya, gadis itu membuang napasnya perlahan guna menetralkan kegugupannya. Kegugupan itu terlihat sangat jelas saat Naya mengenggam mikrofon, tangannya bergetar. Untung saja terdapat tabir pembatas antara cewek dan cowok, jadi Naya tidak perlu malu saat ia membaca Al-Qur'an.

Keadaan hening, hanya ada suara merdu Naya yang memenuhi seisi ruangan. Gadis itu hanyut dalam setiap lantunannya, menghayati setiap maknanya. Lantunan ayat yang keluar dari mulut gadis itu mampu menghipnotis semua pendengarnya.

Beberapa ayat telah berhasil ia selesaikan tanpa adanya hal yang menganggu konsentrasinya. Naya bernapas lega, rasa gugup mulai menguap entah ke mana.

"Nay," panggil seorang cowok dari seberang tabir yang membatasi mereka.

"Iya?" Sahutnya.

"Besok bisa nggak kamu ikut ngisi acara remaja putri?"

"Ngisi apa, Mas?" Tanya Naya.

"Tadarus Al-Qur'an, jam 9 pagi."

"Oiya, Mas, Insya Allah Naya bisa kok."

"Di mana ya, Mas?" tanyanya lagi memastikan.

"Masjid Al-Anwar."

"Oke, Mas."

Sepulangnya dari pengajian, Naya membaca novel-novel yang baru ia beli dua minggu yang lalu. Ia masuk ke dalam alur ceritanya, tanpa disadari, gadis berkulit sawo matang itu menitikkan air matanya.

Benda yang berada di genggamannya berhasil mengaduk-aduk perasaan Naya, membuatnya menangis sesegukan dan membuat dadanya sesak. Katakan Naya lebay, tapi itu adanya. Penulis itu berhasil membuat pembacanya terbawa oleh suasana.

Suara ketukan pintu terdengar, membuat Naya segera menghapus air matanya menggunakan punggung tangan dengan cekatan. Lalu ia membuka pintu dengan buku yang masih berada di ganggamannya. Terlihat sosok wanita paruh baya di balik pintu tersebut dengan menggunakan piyamanya.

"Ada apa, Ma?" tanyanya.

"Kok belum tidur, Nay?" tanya Hana dengan memicingkan matanya, meneliti wajah anaknya yang terlihat aneh.

"Iya nih Ma, Naya masih baca novel." Gadis itu menunjukkan benda berwarna biru yang berada di genggamannya.

"Pantas matanya sembap."

Cengiran yang menampilkan deret gigi putihnya membuat matanya nyaris menjadi garis yang menyisakan bulu mata yang lentik. Hana hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku anak semata wayangnya.

"Bukannya tadarus Al-Qur'an, malah baca novel," omel Hana lalu melenggang pergi meninggalkan Naya dengan cengiran kudanya.

"Hehe iya, Ma. Eh tapi 'kan sudah tadi ngajinya di tempat Pak Kyai," ujar Naya sedikit berteriak. Ia menutup pintu kamarnya dan kembali membaringkan tubuhnya di ranjang yang hanya memuat satu orang.

Hijaber [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang