18. Kim Seungmin

3.9K 993 93
                                    

Hari itu, pelajaran seni rupa baru saja selesai. Kim Seungmin dan Jeno merupakan orang-orang terakhir yang keluar dari ruangan. Seungmin tengah merundingkan tentang lukisannya yang akan menjadi primadona dalam pameran musim semi sekolah mereka. Sementara Jeno sendiri karena dia murid baru, dan ada beberapa tugas yang dilewatkan sehingga dia butuh penggantinya.

"Baiklah, Seungmin, temui aku pada jam istirahat kedua, ya?" Seungmin mengangguk sambil membungkuk. Kemudian, wanita muda itu melenggang pergi meninggalkan dua pemuda lainnya dalam atmosfer canggung.

Sejujurnya, ini kali pertama Jeno berhadapan langsung dengan orang yang tak dikenalnya. Apalagi Seungmin menyandang status sebagai salah satu teman baik Jaemin. Entah Jeno harus merasa lepas atau justru was-was.

Ruangan itu senyap. Sumber suara hanya berasal dari tangan Seungmin yang sibuk merapikan kanvas, palet, cat, dan kuas-kuasnya yang semuanya memiliki ukuran beda-beda. Jeno diam-diam melirik pemuda itu sembari merapikan miliknya meski tanpa suara. Ada sebuah lukisan yang digambarnya pada kanvas putih, tetapi kelihatannya baru setengah jalan. Jeno sendiri sesungguhnya tidak dapat menebak apa yang dilukis Seungmin, saking abstraknya. Tapi, Jeno tahu bahwa lukisan itu memiliki nilai estetika yang tinggi. Dilihat dari warna-warna yang dituang saja, orang langsung tahu bahwa itu bukan hasil dari sembarang campur. Penuh perhitungan dan imajinasi tinggi yang kuat, serta gairah untuk mencapai kesempurnaan.

Seungmin memang ditakdirkan untuk memiliki tangan emas. Dia juga telah menjiwai dan menjadi bagian dalam seni itu sendiri. Barangkali dia akan menjadi seorang seniman hebat di masa mendatang. Mengingat, dia sudah memiliki cikal bakalnya sejak muda.

Sejak awal bertemu dengan Seungmin, Jeno tidak tahu mendapat kesan apa. Pemuda Kim itu kelihatannya sukar ditebak. Wajah polosnya itu memang manis, tapi karena perpaduan kulitnya yang sepucat dan selembut salju, ada aura dingin tersendiri yang menguar dari dalam dirinya. Tapi, di sisi lain, pendiriannya sekokoh benteng. Dan Jeno tak tahu siapa yang akan menang apabila mereka berdua diadu. Dengar-dengar juga, suaranya lebih manis daripada madu. Cara berpikirnya tidak pernah main-main. Sungguh definisi dari kesempurnaan.

"Aku tidak suka kau dekat-dekat dengan Jaemin."

Jeno buru-buru tersadar dari lamunannya, "begitukah?"

"Kau membawa pengaruh buruk," kata Seungmin merendahkan. "Perusak."

"Bukan aku yang memulai," Jeno membela diri. "Dia sendiri yang mengetuk pintu."

"Kalau begitu, seharusnya kau tidak membukakan pintu untuknya."

"Serigala mana yang menolak ketika seekor domba terang-terangan menyerahkan diri?"

Habis sudah kesabaran Seungmin. Pemuda manis itu membalik badan, menatap punggung Jeno dengan tatapan menusuk. Jeno merasakan itu, dan diam-diam menyeringai. Dia membalik badannya juga hingga dua manik legam itu saling beradu. Seungmin tidak gampang menyerah, dan begitu pula dengan Jeno. Mari kita lihat, siapa yang akan mengundurkan diri terlebih dahulu nanti?

"Oh, benar," ujar Seungmin dengan nada mencibir. "Psikopat mana juga yang tidak suka melihat orang tersiksa?"

Jeno tersenyum bangga, "nah, itu kau tahu."

"Dengar, ya, Lee Jeno, kami semua menyayangi Jaemin," Seungmin mulai jengkel. "I would never let you even touch his fingertips."

"But, I already did, though?" Jeno tergelak kemudian.

Jeno menyeringai tipis, dia berhasil membuat Seungmin bungkam seribu bahasa. Pemuda itu hanya belum tahu, apa saja yang sudah Jaemin lakukan padanyaㅡapa saja yang sudah mereka lakukan selama ini. Seungmin ini buta, tapi bertindak seolah dia penjaga alam semesta. Itu kelemahannya, dan Jeno menertawakannya.

"Dunia tak butuh psikopat sepertimu. Bahkan kelihatannya, dunia saja terpaksa menerima eksistensimu."

"Ada hitam, ada putih. Kalau tidak ada aku, dunia takkan seimbang," balas Jeno percaya diri.

"Aku berharap keseimbangan tidak perlu terjadi," kata Seungmin. "Kalau pada akhirnya, aku melihat ada orang-orang tak beruntung yang harus dikorbankan."

Jeno menyeringai tipis. Seungmin memang cerdik, tetapi tentu belum serealistis dirinya. Jujur saja, Jeno sebenarnya menemukan setengah potongan dari dirinya sendiri di dalam diri Seungmin. Namun, bedanya, pemuda manis itu masih sedikit terjebak dalam imajinasi. Ada perasaan tidak rela ketika dipaksa memilih antara angan-angan atau realita. Dan, juga, Seungmin punya temperamen yang buruk. Sulit mengontrol emosi dan mimik wajah. Padahal, bisa saja Kim Seungmin menjadi diri Lee Jeno yang lain kalau dia membenahi semua kekurangannya.

Tapi, yang tidak disukai Jeno dari Seungmin adalah, karena mereka punya kepribadian yang agak mirip, Seungmin jadi bisa melihat ke dalam diri Jeno. Dia bisa menerka apa pikiran Jeno, di saat semua orang angkat tangan dan berserah sepenuhnya. Dia berani mengkritik dan menatap lurus ke manik legam yang sama seperti miliknya. Dia punya pikiran yang licik dan sukar ditebak orang awam, meski itu adalah perkara yang cukup mudah bagi Jeno.

Seungmin akan menjadi musuh terberat, alih-alih teman seperjuangannya.

Seungmin membuang muka dan mengganti topik. "Dia kelihatannya menyukaimu, dan aku tahu kau bukan orang yang tepat untuk menerima cintanya."

Jeno mengangkat alis, "tahu darimana dia suka padaku?"

"Begitu transparan hingga orang bodoh pun tahu," sarkas Seungmin.

"Justru karena kau bodoh, makanya kau menarik kesimpulan seperti itu."

✧✧

intinya, jgn terlalu terlena sama book ini. setiap chapter bisa jadi clue untuk chapter lainnya.
hati hati 😉

ohiya, menurut kalian, apa aku udh berhasil bikin tiap karakter disini jadi misterius? dan, suka ga?
mungkin kalo kalian suka, aku bisa bikin book model begini lagi

11 November 2018

i. prisoner ✔Where stories live. Discover now