ㅡ18. Hatredㅡ

1.8K 473 56
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

...

Hari ini adalah penetapan calon CEO baru di kantor, para pemegang saham sudah memutuskan siapa yang akan duduk di kursi pemimpin; mereka benar-benar tidak ingin membuat posisi CEO kosong terlalu lama.

Meski perusahaan sepenuhnya milik Chanyeol dan Hana, tetap saja perusahaan harus tetap berjalan dan terus bekerja. Meski si pemilik kini entah di mana keberadaannya, para pegawai tetap saja butuh pemimpin.

Jadi Hana setuju-setuju saja dengan keputusan mereka, bagaimanapun juga para pemegang saham ada benarnya. Perusahaan tidak bisa terus menunggu, terutama sesuatu yang tidak pasti. Hana mungkin bisa, tapi perusahaan dengan pegawainya yang beratus-ratus, tentu tidak bisa.

Tapi sejak Hana meninggalkan rumah, setelah kepergian Jina untuk mengantar Hyojoo ke sekolah dan Hanse yang juga berangkat setelahnya. Kekhawatiran masih membayangi Hana, ia masih saja mencemaskan Hanse yang beberapa hari yang lalu pulang dengan wajah lebam.

Ya tuhan, kenapa anak lelakinya itu selalu sukses membuat Hana pusing. Tidak ayahnya, tidak anaknya. Mereka selalu sukses membuat Hana pening.

Min Hyunjae; sekretaris Chanyeol melirik lewat ekor matanya. Dalam bungkam memerhatikan kegelisahan yang tergambar samar di wajah Hana, dalam hati lelaki berusia empat puluh itu merasa iba pada atasannya. Di lihat dari sisi mana pun, Hana merupakan sosok wanita yang begitu tegar. Terutama setelah berbagai hal terjadi dalam hidupnya, bertahun-tahun menjadi asisten Chanyeol. Hyunjae tahu benar bagaimana kehidupan keduanya.

Sesampainya Hana dan Hyunjae di kantor beberapa pegawai menyambut kedatangan Hana, membuat Hana tersenyum ramah membalas sambutan tersebut.

Hana sedikit mendengar tentang orang yang di pilih para pemegang saham, mereka bilang orang itu sudah sangat berpengalaman dan pernah menjadi wakil direktur di sebuah perusahaan ternama. Yang Hana dengar dia masih muda, usianya bahkan baru tiga puluh lima. Oh ya tuhan, dia masih benar-benar muda. Usianya jauh di bawah Hana.

"Silahkan Miss. " Hyunjae mempersilakan Hana, membungkuk hormat setelah ia membuka pintu ruang rapat.

Hana tersenyum singkat, "Terima kasih. Tolong bawa ini le ruanganku." katanya menyerahkan beberapa berkas yang ia bawa, sebelum kemudian masuk ke ruangan yang akan menjadi saksi bisu pemimpin baru di pilih.

Di sana para pemegang saham yang mayoritas lelaki tua yang sudah pasti memilik cucu-cucu di rumah mereka. Memikirkan jika Hana berada di kursi CEO dan harus terus berurusan dengan mereka, itu sungguh kehidupan yang tidak sanggup Hana bayangkan.

Meski dulu Hana sempat bekerja di kantor seperti sekarang, itu jelas berbeda. Dulu Hana bekerja sebagai asisten Chanyeol hanya sampai Hana hamil oleh Hanse, dan setelahnya Chanyeol maupun kedua orang tua Hana tidak pernah mengijinkan Hana bekerja di kantor lagi.

Baiklah, sepertinya Hana terlalu sibuk dengan pikirannya dan tenggelam dalam ingatan lamanya. Selalu seperti itu, dan pada akhirnya benak Hana selalu berakhir pada satu nama. Park Chanyeol, semuanya selalu berakhir hanya tentang lelaki itu.

Beberapa pemegang saham yang duduk di kursi mereka terlihat mengerutkan kening saat melihat gelagat Hana, tidak berani menegur. Wanita itu terlihat terlalu tenang. Sampai-sampai tidak menyadari jika si tokoh utama rapat belum tampak di ruangan itu.

Sampai ketika sebuah deheman dari ujung ruangan menyadarkan Hana yang sejak dia masuk lalu duduk di kursinya, terlihat sibuk dengan dunianya sendiri. Wanita itu mengerjap beberapa kali, menegakkan duduknya. Berdehem pelan dengan kedua manik mengedar pada orang-orang di sana.

Saat Hana menyadari sesuatu keningnya mulai berkerut, "Apa dia belum datang? "

Tiba-tiba pintu terbuka lebar, dengan seorang lelaki di sana.

"Maaf saya sedikit terlambat, kecelakaan di jalan membuat jalanan macet. " belum sempat Hana membuka kembali suaranya, orang itu lebih dulu berbicara.

Cih, alasan klasik.

Lelaki itu menundukkan kepalanya untuk beberapa saat sebagai permintaan maaf, ketika dia mengangkat kembali kepalanya, pandangannya jatuh pada Hana yang tengah menatapnya tanpa ekspresi. Namun tatapan lelaki itu tidak kalah datar.

"Silahkan duduk Tuan Oh, kami mengerti. Jangan menunduk seperti itu pada kami. " celetuk salah satu pria paruh baya, di kursi dekat di mana lelaki masih berdiri di tempatnya.

Lelaki yang di panggil Tuan Oh itu mengangguk singkat setelah berterima kasih, menarik salah satu kursi yang kosong.

"Miss Hana, ini Oh Sehun. Dia yang akan mengisi posisi kursi pemimpin kita. "

Di bandingkan suara lelaki tua yang duduk di sebelah Hana, dengan memperkenalkan nama lelaki itu. Hana justru sibuk mengamati lelaki itu, wajahnya datar tanpa ekspresi. Tidak ada raut ramah di sana, meski dengan kenyataan Hana begitu tidak menyukai Oh Sehun ini, bahkan sejak di pertemuan pertama. Semoga lelaki itu memimpin perusahaan dengan benar.

"Miss Hana, senang bertemu dengan Anda. " Sehun tersenyum singkat, menundukkan kepalanya pada Hana.

Ternyata dia bisa tersenyum juga heh?











tbc.

Sorry for typo,

100+ komen for next and....... Double up????

Hatred [ three PCY ] Where stories live. Discover now