ㅡ26. Hatredㅡ

1.4K 381 42
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

...

Sehun tahu betul siapa Kim Hana. Dia adalah sosok wanita yang sudah berkeluarga, pemilik sebuah perusahaan pembangunan di Busan. Memiliki dua anak, meski usianya yang sudah menginjak tiga puluh tujuh, nyatanya itu tidak mengurangi kecantikan yang terpancar di wajah wanita dewasa itu.

Lalu suaminya, Park Chanyeol. Entah apa yang terjadi, setahu Sehun lelaki itu hilang beberapa bulan yang lalu; Sehun melihatnya di berita. Sehun sedikit prihatin dengan keadaan Hana, setelah mengetahui kenyataan itu.

Sehun tidak menguntit, ataupun mengorek informasi. Ia hanya di beritahu para petinggi perusahaan, ketika mereka akan mengangkatnya sebagai pemimpin di perusahaan mereka. Alasannya agar Sehun menerima posisi itu, karena Hana terus menolak; hanya akal-akalan agar Sehun mau dengan alasan kasihan.

Mereka berhasil, bahkan sangat sukses. Sehun akui dirinya sangat tidak menyesal telah menerimanya, meski banyak perusahaan besar yang setiap saat, terus menerus menawarinya untuk datang ke gedung mereka.

Kim Hana itu wanita yang sangat luar biasa, dewasa dan tanpa cela. Sehun sangat mengakui itu, bukan hanya Sehun, para pegawai di perusahaan juga sering mengatakan hal itu.

Dan hari ini, untuk yang pertama kalinya. Sehun menginjakkan kakinya di istana milik Kim Hana, rumah wanita itu.

Ketika seorang wanita mudah membukakan pintu untuknya, lalu mempersilakan dirinya untuk masuk. Di sana, Sehun melihatnya. Kim Hana dan dua sosok lain tengah menikmati sarapan di meja makan.

"Kakak, pak Sehun ingin menemui kakak. Katanya penting. " Jira berbisik di telinga Hana.

Hana mengangguk singkat, lalu berpesan pada kedua anaknya agar menghabiskan sarapan agar tidak terlambat.

...

"Anda hanya harus menandatangani ini miss. " Sehun menyerahkan map yang ia bawa, beserta bolpoin.

Jika saja bukan karena proyek kerja sama yang sedang Sehun kerjakan, dan mengharuskan tanda tangan Hana pagi ini juga. Mungkin Sehun tidak perlu repot-repot datang ke kediaman Hana, menganggu acara sarapan wanita itu.

Kedua manik Sehun memerhatikan Hana, bagaimana seriusnya raut wajah Hana ketika membaca setiap baris dari lembar kertas yang ada di tangannya, atau ketika keningnya berkerut samar.

"Saya benar-benar minta maaf miss, telah mengganggu sarapan Anda. "

"Tak apa, aku mengerti. " kata Hana singkat, tanpa memutuskan sedikit pun perhatiannya dari bacaannya.

Sehun kembali bungkam, sesekali matanya bergerak keluar. Memerhatikan setiap sudut rumah Hana, pada beberapa figura yang tertata rapi di setiap sudut, berisikan dua bocah imut.

Perhatian Sehun kembali pada Hana, tepat ketika Hana mulai membubuhkan tanda tangannya di sudut kertas tersebut.

"Kurasa tidak ada yang perlu di cek lagi, pekerjaanmu sempurna. " Katanya sambil melirik Sehun, menyodorkan kontrak kerja sama tersebut pada Sehun.

Tepat ketika tangan Sehun terulur, hendak mengambil alih. Secara tidak sengaja, tangannya menyenggol minuman yang beberapa saat lalu Jira suguhkan untuk Sehun, tumpah dan mengenai celana kain Sehun.

Sehun mendesis pelan, "Maaf miss. " sesalnya, meraih map dari tangan Hana.

Untungnya, tumpahan tersebut hanya mengenai celana Sehun, bukan pada mapnya.

Hana mendengus pelan dengan senyum tipis di bibirnya, "Sepertinya kau sangat suka sekali menumpahkan minuman di pakaianmu ya. "

Sehun berdiri, menyimpan map di kursi. "Sepertinya begitu. " Dengan senyum tidak enak, Sehun kembali bicara. "Maaf miss, tapi saya harus meminjam kamar mandi Anda. "

Setelah Sehun berlalu ke kamar mandi, Hana menggeleng pelan atas kelakuan Sehun. Lalu membereskan kekacauan yang telah Sehun buat.

Sehun belum kembali, sedangkan Hana sudah kembali duduk di kursinya, bahkan Hana sudah mengganti minuman milik Sehun.

"Hanse, Hyojoo. Apa sarapannya sudah selesai. " tanya Hana setengah berteriak ke arah dapur.

"Belum! " lalu terdengar teriakan keduanya, "Sebentar lagi. " Hanse menambahkan.

Mulut Hana terbuka, hendak mengatakan sesuatu. Tapi suara bell rumah berbunyi, membuat Hana mengurungkan niatnya.

Kenapa pagi ini mendadak jadi banyak sekali yang datang, pikir Hana. Meski begitu, ia tetap membukakan pintu.

Setelah pintu terbuka lebar, kening Hana di buat berkerut heran.

Hana di sambut oleh isakan dari seorang anak di gendongan Suga, di tambah wajah Suga yang terlihat berantakan.

"Suga? "

Suga menggigit bibirnya ragu, menatap Hana dengan sejuta rasa bersalah yang bersarang di hatinya.

"Hana, nenek Jira meninggal. "










tbc.

Halo yorobun, kun kembali 😭😭

Yang kangen, peluk dong siniii 🤗🤗 maaf ya baru bisa up lagi. Pasti pada kangen story ini yaa...

Hatred [ three PCY ] Where stories live. Discover now