32. Normal

648 101 14
                                    

"Maksud chat lo semalam apaan?"

Jaehyun mengintrogasi Jibeom mengenai pesan yang dikirim olehnya semalam. Setelah berhasil membuat Jaehyun murka, Jibeom meninggalkan chat dari Jaehyun begitu saja walaupun tahu pemuda Bong itu menyampahi notifikasinya dengan ratusan pesan. Bongjae butuh klarifikasi dari Jibeom kenapa bisa Jibeom malam-malam pergi dengan Hyeseong-nya.

"Ya kita jalan-jalan, ngegibahi lo." Jawab Jibeom sambil mengaduk kuah baksonya.

Saat ini Jaehyun, Jibeom, serta Donghyun sedang menikmati makan siang di warung bakso yang ada di depan kampus mereka. Joochan lagi ada urusan dan nanti dia nyusul para googoos makan bakso.

"Beom!!"

"Udahlah beom, gak capek aja bikin misuh anak orang," tegur Donghyun.

Donghyun yang dari tadi diam akhirnya angkat bicara karena capek dengar Jaehyun ngomel tiada henti. Jibeom pun terkekeh geli karena senang membuat Jaehyun uring-uringan dari malam tadi.

"Gak ngapa-ngapain kok. Cuma nemani dia nyariin adiknya aja yang belum pulang," ucap Jibeom pada akhirnya.

"Taeseon?" Balas Jaehyun.

Ah..

Sekarang Jaehyun paham kenapa Jibeom dan Hyeseong bisa jalan berdua di tengah malam. Jaehyun teringat dengan cerita Hyeseong soal adiknya yang badung. Membayangkan Hyeseong harus jalan sendirian untuk menyuruh adiknya pulang membuat Jaehyun khawatir. Untungnya sekarang ada Jibeom yang bisa menemani Hyeseong. Ya... Walaupun awalnya Jaehyun akui dia cemburu karena Jibeom bisa dekat dengan Hyeseong di saat hubungannya dengan gadis itu sedang renggang.

"Adeknya Hyeseong galak," celetuk Jibeom.

"Gue pernah sekali ketemu dia. Sama kakak sendiri aja kasar," balas Jaehyun.

Donghyun mengerutkan keningnya mendengar topik pembicaraan yang tidak dia mengerti. Memang tadi baru saja dia dengar dua sohibnya membicarakan adik Hyeseong yang Donghyun simpulkan namanya Taeseon. Tapi kenapa mereka menyebut anak itu kasar dan galak?

"Ngomongin apa sih?" Tanya Donghyun.

"Eh ya dung, lo harus minta maaf sama Hyeseong." Kata Jaehyun.

"Lah? Gue salah apa?"

Kim Donghyun semakin bingung dengan ucapan Bong Jaehyun. Donghyun merasa tidak pernah melakukan kesalahan apapun terhadap Hyeseong. Berinteraksi dengan gadis itu saja tidak pernah lebih dari 5 kata, itu saja karena Jaehyun.

"Gue gamau tau pokoknya lo harus minta maaf sama Hyeseong karena lo salah satu orang yang percaya soal rumor tentang dia!" Paksa Jaehyun.

Donghyun mendengus kesal. Dia tidak termakan rumor soal Hyeseong kok! Dia hanya menyampaikan apa yang dia dengar dari orang lalu memberitahukannya kepada Jaehyun karena dia sendiri yang minta untuk diceritakan.

"Hyeseong itu baik," sambung Jibeom.

"Iya," balas Bongjae.

"Soalnya pagi tadi dia masakin gue nasi goreng sih," lanjutnya.

"HAH?!"

Bong Jaehyun berteriak saat mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Jibeom. Kim Jibeom dibikinkan nasi goreng oleh Hyeseong di saat dia sendiri belum pernah mencicipi masakan gadis itu?

"Jibeom awas aja ya lo kalo macam-macam!" Ancam Jaehyun.

"Hadeh mulai lagi," gerutu Donghyun.

Malas mendengar perdebatan Jaehyun dan Jibeom mengenai Hyeseong yang tidak ada ujungnya bagaikan lingkaran, Donghyun memilih untuk pergi dari warung bakso itu. Lebih baik kalau dia cepat kembali ke kampus lalu mencari Joochan yang belum datang-datang juga daripada harus menyaksikan pertikaian Jibeom dan Jaehyun.

.

Kim Jibeom kembali ke kampus setelah makan bakso dengan googoos dan saat ini ia tengah berjalan menuju Gedung D untuk pergi ke kelasnya. Berhubung kelas Jibeom berada di lantai bawah dia tidak perlu memakan waktu lama untuk menaiki anak tangga. Dan saat ini Jibeom pun sudah berada di kelas D1 lalu duduk di salah satu kursi kosong yang ada. Di saat yang bersamaan juga seseorang yang dari tadi duduk di belakang kelas berjalan menghampiri Jibeom lalu duduk di sebelahnya.

"Udah ngampus lagi?" Sapanya.

Mendengar seseorang menyapanya Kim Jibeom otomatis menolehkan kepalanya ke kiri lalu tersenyum kikuk saat mengetahui siapa dia. Tak lain yang menyapanya barusan adalah Kim Donghan.

"Iya," jawab Jibeom singkat.

Donghan mendengar kabar duka Jibeom, maka dari itu dia berbasa-basi mengenal hal tersebut kepada Kim Jibeom.

"Gue turut berduka ya," kata Donghan.

"Thanks.." gumam Jibeom.

"Gue juga tau rasanya kehilangan nyokap,"

Ucapan Donghan barusan membuat Jibeom terpancing untuk mendengar ucapan pria itu lebih lama lagi. Ia kini menatap Donghan penuh tanda tanya dan pria itu pun melanjutkan kembali ucapannya.

"Tahun lalu nyokap gue juga dipanggil ama yang Di Atas. Gue tahu rasanya kehilangan,"

Oh...

Mendengar ucapan Donghan barusan membuat Jibeom sadar bahwa dia bukan satu-satunya orang yang pernah kehilangan. Mungkin, ada jutaan anak di luar sana yang juga pernah terluka saat ditinggal oleh ibunya. Dia dan Donghan termasuk ke dalam golongan anak-anak itu.

"Seenggaknya nyokap lo tau kalau lo anak yang baik semasa hidupnya. Lah gue? Bisanya ngebangkang doang ucapan nyokap semasa hidupnya," ucap Donghan lagi.

Sejujurnya Jibeom tidak suka perbandingan. Seseorang memiliki kesulitannya tersendiri menghadapi situasi pelik ini. Bagi Donghan, dia menyesal karena tidak menjadi anak yang baik semasa hidup ibunya. Sedangkan Jibeom? Dia menyesal karena di akhir hidup ibunya dia malah marah hanya karena dia sulit menerima ayahnya kembali di dalam hidupnya. Tidak perlu dibandingkan karena masing-masing kehilangan seseorang yang berharga di hidupnya.

"Makanya sekarang lo pensiun jadi preman?" Canda Jibeom.

Jibeom sengaja menjawab seperti itu karena ingin mencerahkan suasana. Bila atmosfer gelap karena membicarakan bunda, Jibeom takut akan menangis kembali dan tidak bisa menjalankan kehidupannya seperti sedia kala. Jibeom ingin kehidupan normalnya kembali walaupun kenyataannya seseorang dari kehidupan normalnya itu telah pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya.

"Ya begitulah hehe," balas Donghan.

"Jadi sekarang lo sama bokap doang?" Tanya Jibeom.

Donghan menganggukkan kepala, "Iya. Gue ama bokap aja. Lo?"

"Gue sekarang tinggal dengan keluarga baru bokap,"

"Ah.."

Donghan bergumam mendengar jawaban Jibeom barusan karena tidak tahu kalau orangtua Jibeom sudah bercerai bahkan ayahnya sudah punya keluarga baru. Untuk menghilangkan kekikukannya, Donghan pun kembali berbicara untuk melanjutkan percakapan mereka.

"Kalo motor lo kenapa-napa bawa ke bengkel bokap gue aja," celetuk Donghan.

"Oh.. buka bengkel?" Tanya Jibeom.

Kim Donghan mengangguk lalu mengeluarkan dompetnya dari saku celana. Ia menyelipkan kartu nama ayahnya yang memang sengaja dia bawa ke mana-mana untuk mempromosikan bengkel ayahnya.

"Nih alamatnya. Rumah gue juga di situ jadi kalo mau sekedar main, datang aja gapapa." Ujar Donghan.

Kim Jibeom menerima kartu nama ayah Donghan lalu menyimpannya di dalam tas. Ia tersenyum kepada Donghan lalu berterima kasih padanya.

"Thanks.."

"Sama-sama bro!"

Hmmmm..

Sepertinya Kim Donghan tak seburuk yang dibayangkan oleh Jibeom. Ia rasa tak masalah bila harus berteman dengan Donghan yang sejatinya mantan preman sekolah.















...

Sejatinya inti permasalahan Jibeom udah lewat. Jadi next kayanya aku mau nyelesain story Jaehyun > lanjutin Jibeom > masuk ke cerita Donghyun

Googoo Child Squad | FRESHMANOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz