Rose
Mingyu mengerjap. Entah kenapa tiba-tiba saja ia sudah berada di suatu tempat. Laki-laki itu mendongak dan menemukan dua orang familiar dihadapannya.
June dan Rose.
Sudah pasti, dia sedang berada di lantai 10.
"R..Rose," June mundur perlahan hingga punggungnya menabrak tembok.
"Rose. Please, sadar. Gua gak mau lukain lu," ujar June dengan tatapan sendu.
JLEB
"R-Rose..."
Rose tersenyum lemah kemudian menarik kembali pisau yang menancap di perutnya. "G-gua... ga-gak a-akan... tega lu-lukain lu, Goo Junhoe."
Tusukan dan tubuh Rose yang terjatuh ke lantai. Air mata June. Mingyu yang tidak bisa bergerak seperti orang bodoh.
10 detik yang tidak dapat Mingyu lupakan sama sekali.
Darah segar merembes keluar dari balik baju seorang Rose yang sudah terbaring lemah. Di depannya ada June yang menatap Mingyu dengan air yang menghiasi matanya.
Cukup. Mingyu tidak tahan.
"June—"
Baru saja mulutnya ingin memanggil mendiang sahabatnya itu, tubuh June perlahan menghilang layaknya debu.
Dan yang membuat Mingyu terkejut adalah: Rose yang kembali membuka matanya dan terbangun.
Gadis itu tersenyum. "Hai, Mingyu."
Mingyu terdiam. Otak udangnya belum dapat menangkap apa yang sedang di lihatnya.
Rose terkekeh. "Apa sih bangsat kayak lagi liat setan aja."
"Rose...? Ini beneran lu???"
Gadis itu tertawa kecil. "Ya emangnya ada setan secantik gua??"
Mingyu melongo. Kemudian lelaki itu terkekeh. Ingin sekali rasanya ia menangis sambil bersimpuh pada Rose dan meminta gadis itu untuk hidup kembali.
"Oh, iya. Ini, kan, cuma mimpi."
"Nah, tuh udah tau."
Kemudian, hening.
Rose kembali membuka mulutnya. "Waktu gua gak banyak. Sayang banget gua gak bisa ketemu sama yang lain. Tapi ketemu sama lu udah cukup buat gua.
"Jangan merasa bersalah, Gyu. Ini bukan salah lu, bukan salah kalian. Ini karena takdir."
Mingyu tersenyum. "Iya tau. Gua gak merasa bersalah sama sekali, kok."
"Alah bullshit tolol."
Mingyu bingung. Harusnya sekarang ini acara nangis-nangisan tapi Rose malah ngomong kasar yang membuat Mingyu kesel.
Iya. kesel sama kangen.
"Iya, iya. Gua kesel. Setelah lu pergi, gua janji sama diri gua sendiri buat jagain yang lain, gua janji sama diri gua sendiri supaya gimana pun caranya kita bisa keluar dari tempat ini utuh-utuh." Mingyu menghela nafas. "Tapi sayang, ya. Takdir berkata lain."
"Kenapa lu malah nyalahin diri sendiri?"
"Semua orang butuh sesuatu untuk disalahkan, Rose. Gua harus salahin siapa lagi kalo bukan diri gua sendiri?"
Rose menghela nafasnya. Kakinya melangkah mendekati tubuh tinggi Mingyu. Tangan gadis itu mengambil tangan besar lelaki dihadapannya.
"Nih." Rose menaruh sesuatu di atas telapak tangan Mingyu. Ia tersenyum. "Salam ke yang lain. Pokoknya jangan salahin diri kalian, ntar gua gentayangin mampus. Jadikan semua ini pelajaran buat hidup lu kedepannya."

YOU ARE READING
«¹» Elevator Game ✔
Horror❰EG➖9597's❱ ❝Life is a beautiful lie. And Death is a painful truth.❞ highest rank: #1 in 95 #1 in gf #2 in 97 #5 in lovelyz ©Shiyuma_chan, 2018