Mind Reader

2.9K 185 0
                                    

Aku mengobrak-abrik isi lemari, mencari pakaian yang tepat untuk malam ini. Yang tersedia di lemariku hanyalah dua gaun bekas pesta kelulusan SMA dan kuliahku. Gaun illusion neckline, panjang selutut, dengan lapisan renda tipis di bawahnya menjadi pilihan pertama. Warna blushing pink itu tidak terlalu norak dan menenangkan.

Sera membantuku berpakaian, menarik resleting di punggungku, memilih perhiasan dan sepatu yang tepat. Dan tentu saja memoleskan wajahku dengan makeup. Aku membiarkan rambutku terurai di bahuku, sedikit bergelombang seperti biasanya. Aku melihat pantulanku di kaca terakhir kalinya. Lalu tersenyum puas.

"Dijemput Jaiden?" tanya Sera sambil membereskan berbagai macam kuas dan produk makeup di meja riasku. "Jam berapa janjinya?"

"Jam 8. Aku naik mobil aja ke sana." ucapku.

Sera berhenti membereskan lalu menatapku. "Sebenarnya..." Dia menunduk, menghindari tatapanku sambil memainkan jemarinya.

"Kenapa?" tanyaku.

"Aku mau minjem mobilmu. Aku mau pergi nanti." Sera duduk di tepi kasur dan aku mengikutinya. "Sama Richard."

Senyumku melebar. "Richard?" Aku melemparkan tatapan jail, membuat Sera tersipu, menutupi wajahnya yang memerah dengan bantal. "Kalian kencan?"

"Bukan kencan. Cuma nonton bioskop setelah itu makan malam."

"Itu namanya kencan, Ser." Aku menyubit pelipisku. "Apa yang kamu takuti? Dia cocok untukmu. Dia orang yang baik."

"Aku tau. Makanya aku mengencani dia."

"Jadi, kamu ngaku kalo ini kencan?"

Wajah Sera memerah lalu dia menelan ludah. Aku menepiskan pertanyaanku dengan kibasan tangan. "Kenapa minjem mobilku? Emang mobilmu kemana?" tanyaku.

"Mobilku masih di bengkel. Ganti oli dan ban." Sera melirik ke atas. "Ganti semuanya sih sebenarnya. Tukangnya bilang mobilku sudah sekarat." ralat Sera.

"Richard nggak punya mobil?" tanyaku.

"Mobilnya baru saja disita bank. Uangnya dipakai untuk biaya kuliah."

Aku terkesiap lalu berdiri. "Astaga, terus gimana?" tanyaku.

Sera memutarkan bola mata dan mengibaskan tangannya. "Tenang aja. Dia tinggal satu semester lagi bisa lulus dan langsung kerja di firma bapaknya."

Mataku membelalak. "Bapaknya pengacara?"

Ia meneggakkan badan dan mengangguk yakin. "Yap, betul sekali." Senyumannya mengembang.

Aku memukul bahunya dengan tas kecilku. "Jadi aku ke sana naik apa kalo kamu pinjem mobilku?" tanyaku.

Sera meringis. "Kita suruh Andre aja untuk menjemputmu."

Aku menarik lengannya ketika Sera hendak mengambil ponsel kemudian dia kembali duduk. "Jangan! Dia tidak boleh tau tentang makan malam ini!"

"Kenapa tidak??" tanyanya.

"Kamu tau kan dia orangnya seperti apa? Dia bisa cemburu dan aku sedang tidak mood untuk berargumen dengannya. Lebih baik aku tidak memberitahunya. Lagipula, ini urusanku." ucapku sambil menyipitkan mata.

"Tapi, kalo kamu merahasiakan ini, dia makin curiga. Dan juga ini hanya makan malam bisnis kan? Dia pasti mengerti."

Aku menghembuskan napas dan menjatuhkan diri ke kasur. "Aku nggak tau lagi, Ser. Aku sedang tidak ingin berurusan lagi dengannya. "

Skyscraper DesireWhere stories live. Discover now