Bimbang kembali (Revisi)

100K 3.9K 28
                                    

Reynan menunggu dengan antusias di depan ruangan Dokter Almira Zufarhana, seorang dokter kandungan yang selalu menjadi incarannya. Rio memutar matanya jengah tak sengaja melihat sahabatnya saat akan berjalan ke arah lift.

"Ngapain di situ?" tanya Rio mengagetkan Reynan.

Reynan meringis kecil melihat Rio berada di hadapannya, "Nunggu ayang bebeb dong" jawab Reynan dengan santainya.

Rio mengerutkan dahinya sebentar lalu terkekeh pelan, "Kayaknya gue tadi nggak sengaja liat Almira udah pulang" ujar Rio membuat Reynan terdiam.

"Lo yakin?" tanya Reynan dan diangguki oleh Rio.

"Ya, gue tadi mau pulang, terus ponsel gue ketinggalan. Jadi, balik lagi" jelas Rio.

Reynan mendesah panjang seraya menengadahkan kepalanya. Mengapa sangat sulit mendapatkan Almira yang notabennya kakak tingkatnya dulu semasa kuliah.

Rio yang melihat wajah Reynan hanya mendesah pelan lalu menepuk bahu Reynan, "Yaudah, gue pulang dulu" pamit Rio namun langsung dicegah Reynan dengan menarik lengan kemeja Rio.

"Ada apa?" tanya Rio bingung.

"Temenin gue dulu. Gue nggak ada temen ngobrol" pinta Reynan.

"Tapi gue......." ujar Rio akan menolak.

"Ya gue tau, ada yang nungguin lo di rumah" potong Reynan dengan nada lesunya.

Rio menghela napas dalam melihat wajah frustasi Reynan, "Oke, di mana?" putus Rio menerima permintaan Reynan.

Rio mendudukkan dirinya di sofa lalu menyadarkan punggungnya yang terasa pegal. Sedangkan Reynan pergi ke kamar untuk mengganti bajunya terlebih dahulu.

Rio sekarang berada di apartemen Reynan yang letaknya tak terlalu jauh dari rumah sakit tempatnya berkerja. Apartemennya cukup sepi karena Reynan hanya tinggal sendiri, sedangkan keluarganya tinggal di Bandung.

"Nih minum" ujar Reynan meletakkan satu kaleng soda di depannya. Reynan membuka kalengnya lalu duduk di samping Rio.

Rio mengambilnya lalu membukanya. Dia meminumnya sedikit lalu meletakkannya di meja kembali. Ia melirik ke arah Reynan yang masih meminum sodanya.

"Gimana hubungan lo sama Vania?" tanya Reynan mengawali.

"Biasa saja" jawab Rio sekenanya.

Reynan menganggukkan kepalanya mengerti, "Padahal awalnya gue kira lo nggak bakalan nikah, eh nyatanya sekarang malah lo nikah duluan. Secara mama lo perfeksionis gitu dan juga lo masih belum ngelupain dia" kekeh Reynan lalu kembali meminum sodanya.

"Gue berusaha buka hati gue buat Vania. Gue tahu, sekuat apapun gue mencintai Shafa, tapi pada akhirnya gue tetep sama Vania" pungkas Rio.

Reynan yang mengerti perasaan sahabatnya menepuk bahu Rio pelan untuk menenangkannya, "Gue nggak tau sepenuhnya tentang perjuangan lo sama Shafa. Tapi gue rasa, Vania yang emang terbaik buat lo"

"Tuhan seperti memuluskan perjalan Vania dapetin lo. Dari mulai hilangnya Shafa, lo ketemu dia, orangtua lo suka sama dia, dan akhirnya menikah. Mungkin Vania emang jodoh lo" tambah Reynan.

Rio menganggukkan kepalanya paham. Ia tahu perjalanannya dengan Shafa sangatlah sulit, berbeda dengannya saat bersama Vania. Orangtuanya bahkan menyukai Vania berbeda dengan Shafa yang begitu ditentang oleh mereka.

"Lalu lo sama Almira gimana?" tanya Rio mengalihkan pembicaraan.

Reynan mendesah panjang seraya menundukkan pandangannya, "Sulit banget dapetin dia. Tapi gue tetep yakin kalo Almira adalah jodoh gue" jawab Reynan menyemangati dirinya sendiri. Rio tersenyum lalu menepuk bahu Reynan.

MY BELOVED DOCTORМесто, где живут истории. Откройте их для себя