Memeriksa Vania (Revisi)

99.8K 4K 48
                                    

Setelah selesai memasak, Vania memutuskan mandi terlebih dahulu seraya menunggu Rio yang masih berolahraga pagi di luar. Baru saja ia membuka lemari mencari baju yang akan ia pakai, Vania mengernyitkan dahinya bingung melihat kantong plastik besar dalam lemarinya di bagian bawah yang memang masih kosong.

"Apaan ini?" gumam Vania bingung lalu mengambil kantong plastik itu dan membukanya.

"Astaga banyak banget" kaget Vania melihat banyak sekali produk pembalut di dalamnya. Bukan hanya itu, ada minuman dan kompresannya juga.

"Siapa yang beli?" pikir Vania mencoba mengingat. Dia tersenyum kecil menyadari siapa yang membelikannya semua ini. Vania memutuskan mengambil satu minuman lalu meminumnya sebelum pergi ke kamar mandi.

Baru saja menyelesaikan acara mandinya, Vania dibuat terkejut ketika tak sengaja melihat suaminya shirtless tak jauh darinya sedang menerima panggilan. Vania menelan salivanya lalu sedikit memalingkan wajahnya seraya berjalan mengambil ke arah meja riasnya tanpa menoleh sama sekali ke arah suaminya.

Ini memang bukan pertama kali dia melihat cowok shirtless, tetapi rasanya begitu lebih mendebarkan ketika melihat suaminya seperti itu. Pipinya saja sampai terasa panas menahan rasa malunya.

"Vania" panggil Rio setelah mematikan ponsel.

"Ah iy.....iya ada apa?" tanya Vania sedikit gugup tanpa mengarahkan pandangannya pada Rio.

"Maaf, aku nanti tidak bisa mengantarmu. Aku harus secepatnya ke rumah sakit" jelas Rio.

"Ah iya, tidak apa-apa. Nanti aku bisa naik taksi" jaeab Vania dan dijawab deheman oleh Rio.

Rio memilih pakaian yang akan dipakainya lalu membawanya ke kamar mandi. Vania mengalihkan pandangannya ketika mendengar pintu kamar mandi tertutup. Ia menghela napas dalam mengontrol rasa malunya.

"Panas banget pipi gue" gumam Vania seraya menangkup pipinya yang begitu merona.

---------------------

Vania melirik ke arah Rio yang begitu santai makan di hadapannya. Ia hanya bisa membuat masakan sederhana setiap pagi dengan bantuan youtube. Ia tak percaya dengan ingatannya lagi karena takut masakannya tidak enak seperti pertama kali saat memasakkan tumis untuk suaminya.

"Tumben berangkat jam segini. Ada yang darurat?" tanya Vania memecah keheningan.

"Tidak. Ada urusan penting yang harus aku selesaikan" jawab Rio dan diangguki oleh Vania.

"Kakak ngapain beliin aku pembalut sebanyak itu? Apalagi lengkap banget" tanya Vania menghentikan gerakan Rio.

Rio terdiam sebentar memikirkan jawabannya, "Aku lihat kamu begitu lelah. Aku pikir kamu butuh itu secepatnya. Kak Tiara juga sering seperti itu, jadi aku mengerti" jelas Rio dan diangguki oleh Vania.

"Terima kasih" ujar Vania dan hanya diangguki oleh Rio.

"Setelah mengajar, kamu nggak usah terlalu capek bersihin apartemen. Lebih baik kamu istirahat saja" titah Rio.

"Ah tidak apa-apa. Tidak terlalu sakit hanya perutku sedikit merasa tidak enak" jelas Vania.

"Ah, aku sudah terlambat. Aku berangkat duluan" ujar Rio melirik ke arah jam tangannya lalu meminum air putih sebelum beranjak dari duduknya dengan membawa tasnya.

Vania ikut beranjak dari duduknya lalu mengikuti langkah Rio. Setelah Rio memakai sepatunya, Vania menyalimi tangan suaminya dan mengantarkannya sampai depan pintu. Vania terus memperhatikan Rio sampai pintu lift membatasi penglihatannya.

-

Vania mengetik satu persatu nilai ulangan para siswa di kantor. Ia sedikit melirik ke arah Erisa yang begitu serius membuat soal ulangan.

MY BELOVED DOCTORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang