I. 오해 (Kesalahpahaman)

457 35 4
                                    

'Apa kalian tahu apa yang paling menyedihkan di dunia ini? Yakni ketika kalian berhadapan dengan situasi dimana seseorang yang selama ini kalian cintai ternyata tidak mencintai kalian lagi.'

Di bawah sinar sunset yang begitu hangat, Kim Junmyeon berdiri dengan raga yang telah pergi sebagian jiwanya. Penglihatannya terfokus pada punggung sesosok gadis yang tengah melangkah dengan getir menuju mobil yang diparkirkannya di tepi sungai Han.

Junmyeon dapat melihat dari kejauhan sisa air mata di pipi mulusnya yang kian mengering. Ia pun masuk ke dalam mobil tanpa menoleh kepada Junmyeon sedikit pun, dan tahu-tahu lenyap begitu saja dengan seketika dari pandangannya.

Menyadari pria yang menjadi alasan gadis itu untuk putus dengan Junmyeon ada di dalam mobil itu, membuatnya semakin geram.

"Park Chorong! Miwooo!"

"Kenapa kau meninggalkanku? Kau tak boleh melakukannya!"

"Aku benci padamu!"

Junmyeon tahu bahwa sungai Han dan matahari yang nyaris terbenam seluruhnya di ufuk barat sana tidak akan membalas teriakannya, bahkan mendengarnya saja mungkin tidak. Tapi entah mengapa ia tak dapat berhenti melakukan aksi konyolnya, yakni berteriak keras bagai orang gila hingga tanpa sadar menarik perhatian para pejalan kaki yang sedang melintas di sana. Hatinya saat ini benar-benar hancur. Bahkan rasanya hingga ia jadi ingin mati dan lenyap saja dari muka bumi ini secepatnya.

Menit demi menit pun berlalu. Namun, tetap saja ia enggan untuk beranjak dari bawah jembatan yang kini menaunginya dari rintik-rintik hujan. Ia rasakan sakit pada telapak tangan kanannya yang sedari tadi terus meremas dengan kuat kalung yang pernah ia berikan pada Chorong.

Ia memperhatikan benda logam itu dengan tatapan kosong. Entah kenapa kilatan-kilatan masa lalu mulai berkelebat dalam pikirannya. Kenangan indah bersama gadis itu, muncul satu persatu, dari sejak pertama pertemuan mereka hingga momen dimana ia mengalungkan kalung ini di leher gadis itu. Semua itu sungguh menyesakkan dadanya dan tanpa sadar ia pun menangis.

Saat hari kian gelap, Junmyeon pun akhirnya memutuskan untuk pulang. Dalam perjalanannya, tiba-tiba muncul keinginannya untuk mampir ke kedai daging. Yah, perutnya lapar sekali. Ia merasa benar-benar stres hingga memutuskan untuk memesan tiga porsi daging dengan lima botol soju. Ketika hidangan siap, ia pun mulai melahapnya dengan ganas dan terus menambah pesanan soju-nya.

"Bangunlah tuan! Kedai ini akan segera tutup. Kau tidak dapat terus tidur disini!"

Sayup-sayup Junmyeon mendengar ada suara seorang gadis yang terus memanggil-manggilnya. Kemudian ia rasakan tubuhnya berguncang-guncang hebat. Ia pun mengangkat kepalanya yang terasa berat dari atas meja secara perlahan, sampai tahu-tahu sosok Chorong mendominasi penglihatannya yang masih setengah rabun.

Junmyeon tersentak kaget dan seketika itu pula terjengkang jatuh dari kursinya.

'Aku tidak percaya ini!'

Segera ia usap-usap kedua kelopak matanya dengan cepat dan memastikan bahwa ia tidak sedang bermimpi. Namun, kali ini ia harus menelan kekecewaan karena sosok Chorong yang ia tangkap tadi telah menjelma ke dalam wujud ahjumma pemilik kedai.

"Rupanya hanya ilusi ...," desahnya kecewa.

"Gwaenchanayo?" tanya ahjumma itu bingung melihat tingkah Junmyeon barusan. "Apa tuan ingin dipesankan taksi? Tuan sepertinya sedang mabuk berat ... Aigoo ...."

Junmyeon menggeleng pelan. "Tidak usah," sahutnya sembari meraup jaket di atas meja lalu menyerahkan tiga lembar pecahan 10000-an pada ahjumma itu. Tanpa menunggu uang kembalian yang seharusnya ia terima, Junmyeon bergegas pergi dari tempat itu meski harus memaksakan dirinya berjalan dengan langkah kaki yang sempoyongan.

Cinderella's FriendWhere stories live. Discover now