VII. 중매 (Perjodohan)

166 22 2
                                    

"Joohyun. Akhirnya kau datang juga," serbu Taeyeon begitu Joohyun datang.

Joohyun hanya menganggukan kepalanya dengan malas. Taeyeon pun memeluk adik sepupunya itu dengan girang. Sementara Taehyung hanya menyaksikan tingkah keduanya dari balik tubuh Joohyun.

"Loh, ini kan anak yang kemarin? Kenapa kalian datang sama-sama?" Taeyeon kaget tahu-tahu saja melihat wajah Taehyung nongol saat memeluk bahu Joohyun.

"Saat kau memintaku ke sini. Aku sedang bersamanya. Jadi aku mengajaknya saja sekalian," bohong Joohyun.

Ia menyikut kaki Taehyung yang agak jauh dari kakinya. Membuat Taehyung tersentak kaget. "Ya kan Taehyung?"

"A ... ah ... ah ... iya, begitulah," jawab Taehyung gelagapan. Ia tak menyangka terperangkap dalam kebohongan kecil Joohyun.

"Ck, arasseo. Aku akan segera mencoba gaun pengantinnya. Kalian berdua duduklah di situ dulu."

Joohyun segera duduk, sementara Taehyung masih berdiri di tempatnya. Joohyun menatapnya sambil tersenyum. "Hm, ternyata kau tahu diri juga Kim Taehyung-ssi,"

Taehyung menggelengkan kepalanya miris. Ia tak menyangka gadis di hadapannya ini sungguh keterlaluan. Berbicara dan berperilaku bak putri raja, dan ia adalah budaknya.

Taehyung mungkin tak salah jika menilai gadis seperti Joohyun adalah putri-putri yang hanya peduli soal kasta, harta dan status. Karena kenyataannya Joohyun memang begitu. Belum lagi sifat sombong dan seenaknya gadis itu.

Untuk kesekian kalinya, Taehyung kembali merutuki nasibnya. Terperangkap dalam perjanjian perbudakan tak berperikemanusiaan Joohyun. Memikirkan hal itu tiba-tiba radar otak Taehyung menyala. Ia menatap Joohyun tajam. Ada sesuatu yang terasa mengganjal pikirannya seketika.

"Joohyun-ssi," panggil Taehyung dengan ragu-ragu. Joohyun menoleh ke arahnya dengan malas.

"Boleh aku tanya sesuatu padamu?"

Joohyun diam tak menjawab. Namun rupanya Taehyung tak peduli. Joohyun tidak mengiyakan tetapi tidak juga menolak. Anggap saja Joohyun mengatakan 'ya' dengan diamnya.

"Sebenarnya berapa lama sampai perjanjian di antara kita akan selesai?"

Joohyun tetap diam walaupun kini wajahnya mulai tampak berpikir. "Hanya sebulan saja. Bukan waktu yang lama bukan?"

"Kau orang susah, dan aku tak mau disalahkan kalau-kalau studimu nanti gagal hingga masa depanmu jadi suram. Aku hanya tidak suka orang sepertimu melakukan kecerobohan pada orang lain. Dan karena merasa kasihan atas kemiskinanmu, menganggap semuanya selesai begitu saja. Lagipula kau tidak punya uang untuk bayar ganti rugi. Jadi satu-satunya yang bisa kau lakukan saat ini untuk ganti rugi adalah dengan jadi pelayan rangkapku. Tak ada yang gratis kan Taehyung-ssi?" lanjut Joohyun dengan tampang cueknya.

Taehyung mendengarkan penjelasan Joohyun antara perasaan lega atau merasa tertindas. Tapi setidaknya penderitaannya hanya satu bulan. Tak akan lebih pikirnya.

Taehyung pada akhirnya hanya mengangguk-anggukan kepalanya. Toh badai pasti berlalu. Setelah perjanjian selesai maka ia tak akan punya hubungan apa pun lagi dengan Joohyun.

Seakan melihat cahaya di ujung jalan, Taehyung merasa perjalannya untuk bebas dari perjanjian ini akan segera datang. Taehyung seketika tersenyum senang. Wajahnya menjadi sedikit lebih ceria.

Joohyun pun menatap Taehyung yang tingkahnya mulai aneh. Laki-laki itu kini nampak memikirkan sesuatu sambil tersenyum-senyum sendiri, terkadang menyeringai.

Ia pun memilih untuk membuang mukanya. Khawatir kalau-kalau pegawai di butik ini mengira Joohyun telah membawa pasien gangguan kejiwaan. Malu sekali kalau orang-orang berpikir ia dan Taehyung adalah orang yang saling mengenal satu sama lain.

Je hebt het einde van de gepubliceerde delen bereikt.

⏰ Laatst bijgewerkt: May 12, 2020 ⏰

Voeg dit verhaal toe aan je bibliotheek om op de hoogte gebracht te worden van nieuwe delen!

Cinderella's FriendWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu