21. Rindu Salah

677 57 4
                                    

Ada rindu yang menyeruak begitu saja. Rindu yang salah untuk dirasakan saat ini.

***

Konon katanya, rindu akan datang saat dua atau lebih orang yang mulanya dekat lantas terpisahkan karena satu atau banyak hal.

Setuju?

Ya. Sangat. Jelas.

Namun, sepertinya aku salah merindu. Aku justru merindukan seseorang yang berada di sisiku. Sosok lain dari tubuh seseorang yang berada di dekatku, itu yang kurindukan.

Salah? Tentu.

Aneh? Tentu tidak.

Semoga kalian tak akan pernah merasakannya. Sungguh, rindu itu menyebalkan. Apalagi rindu yang salah.

Salah waktu, salah tempat, dan salah tujuan!

Bukan hanya sangat menyebalkan. Tepatnya itu sangat menyesakkan.

- Fetch -

Suara deru knalpot motor milik Dheo akhirnya terhenti di halaman rumah Meirlin. Ya, kali ini agak berbeda dari biasanya. Untuk pertama kalinya motor Dheo bisa masuk sampai ke depan rumah Meirlin, setelah selama ini selalu terparkir tepat di depan pagar rumah.

Senyum Meirlin mengembang sempurna, hingga menunjukkan lesung tipis yang nyaris tak terlihat di pipi kirinya. Dheo saja baru menyadarinya setelah 2 tahun bersahabat dengannya.

Dheo melepaskan helmnya sendiri, lalu menerima helm yg diberikan Meirlin. Kaku. Keduanya bergerak dalam kekakuan yang tidak dibuat-buat.

"Makasi ya Meir udah temenin gue beli buku gak jelas ini," ungkap Dheo sambil menggoyang-goyangkan plastik putih berisi sebuah buku.

Meirlin mengangguk. Masih dengan senyum yang sama. "Makasi juga udah ditraktir es krim tadi. Mau duduk dulu gak?" Tawar Meirlin.

Sekali lagi berbeda dari biasanya, Dheo mengiyakan tawaran Meirlin.

Keduanya berjalan beriringan sekitar sepuluh langkah hingga sampai di teras rumah, lalu Dheo berhenti terlebih dahulu dan langsung duduk di kursi yang disediakan di situ.

"Nyokap lo belum pulang?" Tanya Dheo saat melihat Meirlin sedang berusaha membuka kunci pintu rumahnya.

"Iya. Kayaknya pulang malam. Yuk masuk," ajak Meirlin setelah membuka pintu rumahnya lebar-lebar.

Dheo memberikan tatapan tak bermakna. "Di sini aja Meir. Panas soalnya."

Meirlin mengangguk, "Ya udah, gue masuk bentar dulu. Jangan tiba-tiba ngilang lo".

Dheo terkekeh mendengar kalimat terakhir Meirlin. Ya, bukan apa. Hanya saja memang Dheo tidak pernah benar-benar mengunjungi rumah sahabatnya yang satu ini.

Sedikit jahat bukan? Sangat!

Tak lama kemudian Meirlin kembali keluar sambil membawa segelas minuman. "Syukur deh kalo gue masih ngeliat orang di sini," ucap Meirlin saat melihat Dheo yang masih anteng di tempatnya.

"Air putih aja gak papa kan ya? Cuman lo doang kan ya," lanjut Meirlin sambil menempati kursi lainnya di samping meja kecil yang berperan sebagai pemisah antara kursinya dan kursi yang diduduki Dheo.

"Ngapa jadi repot-repot kasi minuman segala sih? Gue aja nih ya kalo di rumahnya Qian malah dapet kerjaan alias jadi babunya dia daripada minuman gini," ungkap Dheo tanpa sadar lalu meminum minumannya. Hingga ia pun tidak menyadari perubahan raut wajah Meirlin.

FETCH [Completed]Where stories live. Discover now