BAB 35 | Alexa And Brian

965 31 0
                                    

******************************

Sepulang sekolah, Alex berniat akan pergi ke toko es krim yang merupakan salah satu kebiasaan dulunya. Apalagi kalau lagi stress di siang bolong begini dia biasanya beli es krim. Walaupun memiliki tameng baja, dalamnya seumpamanya sebuah kapas berwarna pink!

Akhirnya, mata elangnya menemukan sebuah toko es krim bernama "WuEnakCoy!" di pinggir jalan saat ia di dalam bus. Sepertinya toko es krim tersebut toko yang Alex nanti-nantikan akhirnya selesai dibangun.

Asoooy, tancap lah!

Buru-buru Alex turun dari bus dan melesat cepat untuk masuk ke dalam toko es krim tersebut. Tak lupa sumpahan serapah dari nenek-nenek yang hampir dibuat jantungan gara-gara aksi nekat Alex yang melompatinya dari kursi roda karena menghalangi jalan.

Dia mendesah nikmat saat mencicipi es krim green tea cup keduanya ditambah dengan sprinkles meses warna-warni, rasa favoritnya. Ia bagaikan terbang di langit ketujuh, apalagi dahaganya luruh begitu saja.

Sambil keluar toko yang menurutnya surga itu, Alex masih dengan cengiran creepy-nya menepuk-nepuk perutnya karena kenyang sehabis makan cup kelimanya. Sudah pastinya toko es krim ini jadi tempat favoritnya karena memberinya bonus sebagai pelanggan pertama dari pemiliknya sendiri, Mr. Wu.

Ia yang hendak akan pulang ingin bobo, menangkap sebuah motor familier yang khas terparkir di restoran bernama "OkRestoran" sebelah toko es krim ini.

Karena penasaran, Alex masuk ke dalam restoran tersebut dan kompak mangap setelah sorotan matanya menyisir ke seisi restoran pada sebuah titik. Ia lihat ada Fika dan Bram lagi duduk bersama.

Tanpa pikir panjang, Alex menghampiri mereka berdua. Tentu dia merasa super jealous dan terkhianati oleh temannya, apalagi Alex sempat melihat Bram menyentuh tangan Fika di meja. Sejak kapan mereka berdua dekat?

"A-Alexa?" Fika terkesiap melihat Alex yang tiba-tiba muncul di sampingnya dan ekspresinya seolah melihat pocong. Namun wajar, karena Alex menatapnya dengan tatapan super creepy-nya itu.

"Kalian ngapain di sini?" tanya Alex kepo dan tak lupa nada tajamnya.

Karena mereka berdua tidak menjawab. Alex mengambil bangku dan duduk di antara mereka, memandang mereka satu persatu masih dengan tatapan creepy-nya. Fika yang menunduk ke bawah, lalu ke Bram yang masih berpura-pura melihat kemanapun selain ke wajahnya.

"Kenapa lo gak bilang sebenernya ke Alexa?" Bram akhirnya memecahkan keheningan.

Atas lontarannya barusan, ia dihadiahkan tatapan tajam dari Fika.
"Maksud lo apa?" tanya Alex benar-benar bingung.

"Lo tanya sendiri aja ke dia." Bram mengudikkan dagunya ke Fika.

Fika menggeleng. "Ini yang terbaik kok. Gue keluar sekolah."

"Tentu aja enggak, idiot!" Bram membalasnya geram.

"Lo gak ngerti Bram!" elak Fika.

"Tentu aja, secara gue gak ngerti tipe goody two shoes kayak lo, Fik." Bram menggelengkan kepalanya dengan berdecak.

Hah? Apaan katanya? Fengshui? Usus?

"Ada apaan nih? Kalian... kenal satu sama lain?" Alex menginterupsi mereka.

Two Masks In LoveDonde viven las historias. Descúbrelo ahora